Menyoal Janji yang Belum Terealisasi

oleh

Oleh: Siti Aminah

My beautiful pictureMENDENGAR celotehan rakyat terhadap Pemerintah Kabupaten Bener Meriah kini menuai kritik tajam dari rakyatnya sendiri. menganalisis  perubahan kepemimpinan dari masa ke masa memang diperlukan analisis dari berbagai aspek. Namun, setiap yang menjadi pemimpin tentu sudah siap menerima kritik dari rakyat yang sudah menaruh kepercayaan untuk memimpin daerah itu sendiri.

Bukan persoalan perbandingan antara pemimpin saat ini dan pemimpin masa lalu. Karena, setiap masa pasti ada tokohnya. Jelas, apabila melihat dari konsep dan gaya kepemimpinan juga berbeda-beda. Secara kasat mata, masyarakatlah yang berhak menilai pemimpin daerahnya masing-masing.

Hari ini, masyarakat Bener Meriah benar-benar merasakan kehilangan pemimpin yang pernah dianggap “nakal” sebelumnya. padahal kenyataan hari ini adalah lebih “menyiksa”. Penyiksaan itu tentu tidak dilakukan secara kekerasan. Melainkan, menghambat berbagai sektor ekonomi yang berbasis kesejateraan rakyat kecil.

Sekarang masalah Bener Meriah sudah lepas dari konflik regulasi Pemilukada lalu. Saat ini sudah jelas siapa duduk sebagai pemimpin bararti nasib rakyat sudah tergantung kepada pemimpin sekarang. Meminjam kata Donald H McGannon dalam bukunya “Leadhership is action, not position” mengatakan “pemimpin yang tidak bisa berbuat dan hanya mengandalkan posisinya sebagai pemimpin misalnya pemimpin partai politik, ilmuan, atau eliet aktivis tidak bisa banyak diharapkan. Bahkan harus dipertanyakan apa yang mereka perbuat sebelum mereka berbuat”. Pertanyaan kita hari ini adalah apakah pemimpin kita sudah merealisasikan visi-misinya sebagai pemimpin di daerah ini?

Menyoal Visi Misi

Memang sudah menjadi kewajiban bagi setiap calon pemimpin untuk menyampaikan visi misi secara jelas dihadapan publik. karena visi adalah “mimpi besar” sang pemimpin. Namun, menjadi “dosa” apabila janji dan sumpah setia yang diikrarkan tidak direalisasikan dalam bentuk nyata. Tugas pemimpin adalah mengurusi, memperhatikan, menganalisis, kemudian bekerja keras untuk mensejahterakan rakyat. Tentu semua dilakukan secara bersama, namun pemimpin mempunyai kuasa penuh untuk menentukan kebijakan demi tercapainya cita-cita yang diinginkan.

Hampir beberapa misi kita melihat tidak terlepas dari peningkatan clean and good governance (tata pemerintahan yang baik) , baik dari aspek pertanian, industri, perdagangan dan budaya. Misalnya kelemahan di wilayah Bener Meriah saat ini adalah tidak ada sistem pemasaran yang dibangun oleh pemerintah untuk hasil pertanian. Belum terbangunnya strategi pengembangan pariwisata, dan tidak ada industri pengolahan paska panen. Belum lagi melihat aspek lainnya. Melihat sumber mata pencaharian masyarakat Bener Meriah adalah kebun kopi, maka seharusnya pemerintah memperhatikan, jangan sampai rakyat “lapar” karena harga  sumber mata pencarian anjlok tak menentu.

Untuk menjadikan Bener Meriah menjadi Kabupaten madani tidaklah semudah apa yang kita ucapkan. “bagaimana  rakyat makmur, kalau pemimpinnya belum memakmurkan?  Kalau melihat potensi yang ada di Bener Meriah saat ini, sesungguhnya masyarakat kita selalu sejahtera dibandingkan  wilayah pesisir. Lahan yang luas, Sumber daya alam yang kaya, pertanian yang menjanjikan, dan budaya yang hidup sehingga kita dikenal sampai ke negara asing. Tentu dilihat dari kekayaan yang ada seperti kopi yang sudah mendunia. Sebenarnya itu semua tinggal meneruskan visi misi pemimpin sebelumnya.

Tunaikan Amanah Rakyat

Nabi SAW pernah bersabda  “Hal yang paling jauh dari diri kita adalah waktu, yang paling dekat adalah kematian, yang paling berat adalah amanah. (HR. Muslim). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya. Semoga siapapun pemimpin  bangsa kita, Provinsi, Kabupaten, Desa, bahkan pemimpin keluarga sekalipun bisa menunaikan amanah di muka bumi ini dengan baik.

Mengutip kata bijaknya Alfan Alfian Demokrasi pilihanku  “pemimpin yang gagal mewujudkan janji perubahan secaran sunnatullah tidak dapat bertahan lama. Tetapi Ia masih bisa diuntungkan oleh kondisi eksternal yang menyokong-nya untuk bisa bertahan lama. Sikap apatis, bahkan masokis masyarakat. Masyaratpun tenggelam pada mitologi.”

Tapi yang jelas, siapapun pemimpin yang tidak merealisasikan janji-janjinya akan menjadi catatan dan sejarah bagi masyarakat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam kentek demokrasi yang kompetitif, masih ada regenerasi yang terus memimpikan daerahnya akan menjadi lebih maju dari ketertingalan yang sudah ada.

Menjadi pemimpin memang penuh tanggung jawab. Namun, tanggung jawab yang diberikan haruslah dijalankan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Minimal selama lima Tahun memimpin ada target dan peninggalan yang dikenang oleh masyarakat. Memimpin gila dengan “kekuasaan” tentu tidak akan bisa bertahan lama. Tetapi, memimpin dengan “mencintai” rakyat pasti akan dirasakan dampak sehingga menjadi sejarah penting bagi rakyatnya.

Memimpin itu seperti berperang. Pemimpin adalah aktor yang menyusun strategis untuk memenangkan sebuah pertempuran. Untuk memenangkan peperangan sangat ditentukan oleh keijakan seorang pemimpin. Namun, pemimpin bukan berarti pemegang kekuasaan sepenuhnya. Dalam ilmu strategi kepemimpinan. Rakyat boleh saja patuh dan tunduk kepada penguasanya, tapi rakyat akan membencinya apabila pemimpinnya lalai untuk mengurusi rakyatnya. (wallahua’lam bissawaf”)

*Penulis adalah Pengamat dan Aktifis BPL HMI Aceh berdomisili di Bener Meriah

Comments

comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.