Catatan: Mahbub Fauzie*
Senin pagi, 18 Agustus 2025, usai melaksanakan shalat Shubuh, dari kawasan pinggiran kota, Pegasing saya menuju pusat kota Takengon. Suasana masih gelap, suhu udara sekitar 16 derajat celcius, udara dingin, sejuk dan serasa menusuk.
Dalam perjalanan, saya menyetel radio mobil dan menangkap siaran langsung kuliah Shubuh dari Masjid Agung Ruhama Takengon, yang disiarkan RRI Takengon.
Penceramah pada pagi itu adalah H. Wahdi MS, MA, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Tengah. Di penghujung ceramahnya, beliau menyampaikan pesan yang sangat relevan dengan tugas dan kehidupan kita sebagai insan sosial maupun abdi negara.
Beliau mengutip hadits Rasulullah SAW: “Khairunnas anfa’uhum linnas”, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Sebuah kalimat singkat, namun padat makna dan mengandung dorongan moral yang kuat.
Selain itu, beliau juga menyinggung empat sifat utama Nabi Muhammad SAW yang patut diteladani oleh setiap umat Islam, khususnya para pelayan publik: shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathanah (cerdas).
Nilai-nilai ini menjadi fondasi yang kuat dalam membangun kepribadian yang luhur serta integritas dalam menjalankan amanah di tengah masyarakat.
Sesampainya di Takengon, saya singgah di Warung Kopi Fajar, salah satu tempat favorit yang selalu ramai dikunjungi oleh kaum bapak paruh baya usai shalat Shubuh.
Mereka berasal dari berbagai masjid di seputar kota, berkumpul untuk menikmati secangkir kopi dan adakalanya yang sarapan pagi dengan nasi gurih, sambil berbincang hangat memulai hari. Suasana warung yang penuh keakraban ini menjadi wujud kearifan lokal yang indah, di mana nilai-nilai silaturahmi dan kebersamaan terjaga erat.
Tak lama kemudian, belum lama saya duduk, nampak sahabat kami Dr. Johansyah MA dari Dinas Syariat Islam Aceh Tengah dan Tgk Azhar Azis Imam Masjid Agung Ruhama sekaligus Komisioner Baitul Mal, datang bersama dua tamu dari Banda Aceh.
Salah satu tamu yang saya kenal baik adalah sosok yang sangat istimewa: H. Hamli Yunus, S.Ag, qari nasional dan internasional, senior kami di Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry, sekaligus ASN di Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Kiprah beliau dalam pembinaan seni baca Al-Qur’an telah mengharumkan nama daerah dan bangsa di berbagai pentas.
Dalam perbincangan singkat, kami bertukar kabar tentang teman-teman seangkatan, termasuk bang Adib Setiawan yang kini bertugas di KUA Pintu Rime Gayo dan Akhiruddin yang mengabdi sebagai guru di SMP Pantan Nangka, Kecamatan Linge.
H. Hamli hadir di Takengon atas undangan LPTQ Kabupaten Aceh Tengah dan Dinas Syariat Islam, untuk membina qari dan qariah menjelang MTQ tingkat Provinsi, upaya penting dalam mempersiapkan generasi Qur’ani yang berkualitas.
Pagi itu mengingatkan saya bahwa manfaat dapat diwujudkan dalam beragam bentuk, dari khutbah penuh hikmah, pembinaan seni baca Al-Qur’an, hingga silaturahmi sederhana di warung kopi yang hangat dan bersahaja.
Menyimak kuliah shubuh di Masjid (atau mendengarkannya melalui siaran radio), bermedsos, dan diskusi di warung kopi, meski berbeda fungsi, sama-sama menjadi ruang menebar nilai dan inspirasi.
Sebagai khadimul ummah, atau sebagai apapun, kita dituntut lebih dari sekadar menjalankan tugas administratif. Kita harus menjadi teladan, penggerak kebaikan, dan perantara manfaat bagi umat. Pesan “Khairunnas anfa’uhum linnas” menjadi kompas moral yang harus kita pegang teguh dalam setiap langkah.
Semoga momentum pagi yang penuh berkah terus mendorong kita berkontribusi lebih luas melalui dakwah, pendidikan, dan pengabdian keagamaan. Dan karena itulah, saya kembali membuat catatan dari inspirasi di warung kopi ini. Wallahul muwafiq ilaa aqwamith thariq.
Takengon, 18 Agustus 2025
*Kepala KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah.