Catatan Mahbub Fauzie*
Tahun Baru Islam, 1 Muharram yang menandai awal kalender 1447 Hijriah ini, memiliki makna dan hikmah yang sangat mendalam dalam kehidupan umat Islam, tidak terkecuali dalam pembinaan keluarga.
Momentum ini mengingatkan umat Islam akan hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Peristiwa penting yang secara historis mengandung banyak pelajaran bagi kaum muslimin. Baik dari sisi pribadi Nabi, keluarga dan para sahabat setianya.
Selain perpindahan tempat menuju kondisi dan situasi yang baru dan penuh harapan, hijrah juga merupakan simbol transformasi menuju kehidupan yang lebih baik, nilai-nilai baru, dan kedekatan dengan Allah.
Dalam konteks pembinaan keluarga, hijrah dapat dimaknai sebagai kesempatan refleksi, introspeksi dan evaluasi perjalanan kehidupan rumah tangga selama ini.
Keluarga dapat memanfaatkan momen Tahun Baru Islam untuk mengevaluasi perjalanan hidup bersama, baik dalam aspek ibadah, hubungan antaranggota keluarga, maupun pencapaian tujuan keluarga.
Refleksi ini mencakup sejauh mana nilai-nilai Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pendidikan anak, tanggung jawab suami-istri, dan silaturahmi.
Juga refleksi, introspeksi dan evaluasi untuk lebih memantapkan iman dan takwa, peningkatan ibadah dan perbaikan akhlakul karimah.
Makna hijrah dalam keluarga juga merupakan kesempatan untuk lebih menata kehidupan yang lebih baik. Tahun Baru Islam mengajarkan pentingnya perubahan (hijrah) dari kebiasaan buruk ke arah yang lebih baik.
Keluarga bisa menjadikan momen ini sebagai komitmen untuk memperbaiki diri, seperti meningkatkan kebiasaan shalat berjamaah, mempererat komunikasi keluarga, atau mengurangi kebiasaan konsumtif.
Selanjutnya, dengan memaknai hijrah dalam kehidupan keluarga, sebagai kesempatan dalam menerapkan nilai keteladanan. Kisah hijrah Nabi Muhammad SAW menanamkan nilai-nilai keberanian, kesabaran, dan tawakal yang dapat menjadi teladan bagi keluarga.
Dari kisah hijrah Nabi, keluarga dan sahabatnya, dimaksudkan para orang tua, sebagai pemimpin keluarga, bisa mencontohkan semangat hijrah ini anggota keluarga, terutama kepada putra putrinya sebagai genarasi penerus.
Melalui peringatan tahun baru Hijriyah, dimungkinkan lebih meningkatkan solidaritas dan kebersamaan. Hijrah Nabi juga melibatkan peran kaum Muhajirin dan Anshar, yang menunjukkan pentingnya kerja sama dan solidaritas.
Keluarga dapat belajar untuk saling mendukung dalam suka dan duka serta membangun soliditas sosial dan kebersamaan yang kokoh.
Hijrah juga dapat menjadi wahana dalam mendidik generasi yang tangguh. Peristiwa hijrah mengajarkan pentingnya pendidikan iman dan akhlak dalam mempersiapkan generasi yang tangguh menghadapi tantangan hidup.
Dalam hal ini, keluarga bisa memanfaatkan momen ini untuk memperkuat pendidikan agama anak-anak. Merivalitalisasi tujuan hakiki pendidikan generasi muda, mulai dari unit terkecil kehidupan masyarakat, yakni keluarga.
Hijrah juga menanamkan ketulusan dan keikhlasan serta semangat rela berkorban demi kemaslahatan keluarga dan masyarakat, terutama umat Islam demi Izzul Islam wal Muslimin, kemuliaan Islam dan kaum muslim.
Hijrah membutuhkan pengorbanan besar, baik harta, waktu, maupun tenaga. Dalam pembinaan keluarga, nilai pengorbanan dapat ditanamkan dengan saling mengutamakan kebutuhan bersama.
Semoga dengan menjadikan 1 Muharram sebagai momen untuk melakukan upaya refleksi, introspeksi dan evaluasi umat Islam, terutama keluarga muslim, diharapkan dapat memperbarui semangat dalam menjalankan kehidupan yang lebih islami.
Dengan semangat hijrah, setiap rumah tangga muslim dapat mewujudkan keluarga yang lebih sakinah, harmonis dan berkualitas Aamiin.
*Penghulu Ahli Madya / Kepala KUA Kecamatan Atu Lintang, Aceh Tengah.