Mengatasi Kecemasan dan Depresi Gen Z di Era Digital : Faktor dan Strategi Mengatasi

oleh

Oleh : Juwita Pratiwi Aritonang*

Gen z dan Kesehatan Mental

Generasi Z (Gen Z) menghadapi tantangan kesehatan mental yang cukup serius di era digital saat ini.

Data menunjukkan, Gen Z lebih rentan mengalami depresi, kecemasan, dan stres dibandingkan generasi sebelumnya, dengan lebih dari separuh Gen Z melaporkan kecemasan yang memburuk dalam beberapa tahun terakhir

Lebih dari separuh (54%) Gen Z mengatakan kecemasan mereka semakin memburuk selama setahun terakhir, terutama tahun 2023.

Hasil survei Deloitte mengungkap bahwa Generasi Z memiliki kekhawatiran utama terkait biaya hidup (53%), mencerminkan keprihatinan terhadap tingginya biaya kebutuhan dasar.

Selain itu juga mengkhawatirkan pengangguran (22%), perubahan iklim (21%), kesehatan mental (19%), dan keamanan pribadi (17%).

Hal tersebut mencerminkan ketidakpastian ekonomi, kepedulian terhadap lingkungan,dan kesadaran akan kesejahteraan mental dan privasi personal.

Faktor Kecemasan dan Depresi Gen Z

1. Paparan Media Sosial

Generasi Z memang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial daripada generasi sebelumnya. Akan tetapi, aktivitas ini juga menjadi faktor yang meningkatkan risiko gangguan mental.

Selain itu, kehadiran influencer di media sosial sering kali menyebabkan perbandingan fisik dan sosial yang dapat meningkatkan perasaan rendah diri.

Dampak negatif lainnya meliputi gangguan tidur, cyberbullying, pelecehan online, permasalahan citra tubuh, perilaku makan tidak sehat, dan gejala depresi.

2. Memiliki Pandangan Pesimis Terhadap Dunia

Alasan lainnya adalah karena Gen Z memiliki pandangan yang semakin pesimis terhadap dunia. Menurut studi dari Montclair State University, generasi ini cenderung melihat dunia sebagai tempat yang lebih berbahaya, dibandingkan dengan pandangan generasi sebelumnya yang cenderung lebih positif.

Peristiwa-peristiwa terkini, seperti krisis iklim dan kekerasan yang sering terjadi, membuat Gen Z lebih mudah resah. Belum lagi, generasi ini juga mengalami masa pandemi COVID-19 pada masa pertumbuhan mereka, sehingga menimbulkan pandangan yang cenderung negatif terhadap masa depan.

3. Terisolasi dari Lingkungan

Menurut survey, hampir separuh responden Generasi Z menggunakan internet 10 jam atau lebih setiap hari. Hal ini menyebabkan waktu yang lebih sedikit untuk berinteraksi secara langsung atau tatap muka dengan orang lain di sekitarnya.

Dampaknya adalah meningkatnya perasaan terisolasi dan kesepian di kalangan Generasi Z. Akibatnya, mereka menjadi lebih rentan terhadap gangguan mental.

4. Lebih Peduli Isu Sosial dan Politik

Menurut penelitian dari Edelman, sekitar 70% dari Generasi Z di seluruh dunia mengatakan mereka terlibat dalam isu sosial atau politik. Kepedulian ini sering kali dipicu oleh mudahnya akses mereka terhadap berita terbaru melalui internet.

Akan tetapi, hal ini juga membuat Gen Z terpapar secara intensif pada berbagai isu sensitif.

Contohnya seperti perang, kekerasan, konflik politik, rasisme, dan masalah-masalah sosial lainnya yang sering kali belum terselesaikan oleh pemerintah.

Lingkungan politik dan sosial yang tidak stabil dapat memperburuk kecemasan dan juga mendorong pikiran pesimis dari Gen Z.

5. Fear of Missing Out (FOMO) dan Body Image

Perasaan takut ketinggalan informasi atau tren serta ketidakpuasan terhadap citra tubuh (insecure) menjadi pemicu stres dan kecemasan yang umum dialami oleh Gen Z.

Serta penggunaan media sosial yang intensif, perbandingan sosial dan keinginan untuk selalu terhubung dengan dunia luar juga menjadi pemicu utama untuk Gen Z mengalami kecemasan dan depresi.

Strategi Mengatasi Kecemasan dan Depresi

1. Berbagi dan Mendiskusikan Perasaan

Membuka komunikasi dengan orang terdekat atau profesional dapat membantu meredakan kecemasan dan memberikan perspektif baru dalam menghadapi masalah mental.

2. Membangun Koneksi Bermakna dan Dukungan Sosial

Menjalin hubungan yang mendalam dan suportif dengan keluarga, teman, atau komunitas dapat meningkatkan rasa keterhubungan dan mengurangi perasaan kesepian.

3. Pendekatan Spiritual dan Terapi Psikologis

Pendekatan seperti Qur’anic Edu Psychotherapy yang mengintegrasikan praktik zikir, doa, dan refleksi diri terbukti membantu meredakan stres dan kecemasan, terutama bagi mereka yang memiliki ketertarikan pada solusi berbasis spiritual.

4. Konsultasi dan Pengobatan Profesional

Dalam kasus kecemasan atau depresi berat, konsultasi dengan tenaga kesehatan mental dan penggunaan obat-obatan yang diresepkan secara tepat, seperti benzodiazepine untuk kecemasan akut, dapat menjadi bagian dari strategi pengelolaan, dengan pengawasan ketat untuk menghindari ketergantungan.

5. Edukasi Diri tentang Kesehatan Mental dan Penggunaan Media Sosial yang Bijak

Memahami dampak media sosial dan teknologi terhadap kesehatan mental penting agar Gen Z dapat mengelola penggunaannya dengan lebih sehat, misalnya dengan membatasi waktu layar dan melakukan detoks digital.

Secara keseluruhan, kombinasi tekanan dari lingkungan digital, sosial, akademik, dan faktor internal psikologis membuat Gen Z lebih rentan terhadap gangguan kecemasan dan depresi dibandingkan generasi sebelumnya.

Pendekatan dan dukungan dari keluarga, sekolah, serta layanan kesehatan mental sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan ini.

Serta dengan menggabungkan strategi-strategi ini, Gen Z dapat membangun ketahanan mental yang lebih baik dan mengelola kecemasan serta depresi secara efektif di tengah tekanan dan dinamika era digital.

*Mahasiswa IAIN Lhokseumawe asal Sumatera Utara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.