Hujan Es di Aceh Tengah dan Langkah Mitigasi

oleh

Oleh : Yopi Ilhamsyah*

Es-es sebesar kelereng berjatuhan seiring dengan turunnya hujan disertai angin kencang di Kecamatan Atu Lintang dan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah.

Kejadian tersebut dilaporkan pada Sabtu dan Minggu tanggal 26 dan 27 April 2025 seperti dilansir dari LintasGAYO.co.

Pangkal Hujan Es

Dalam ilmu cuaca, hujan es merupakan bencana yang diakibatkan oleh badai guruh yang teramati melalui awan hujan hitam yang membumbung tinggi ke angkasa, dikenal dengan sebutan awan Cumulonimbus (CB).

Karena Aceh Tengah dikelilingi pegunungan Bukit Barisan, pembentukan hujan sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi di mana udara yang naik dengan cepat terdesak oleh lereng pegunungan lalu mendingin.

Udara yang berisi uap air ini berubah wujud menjadi air dalam suatu proses pengembunan di dekat permukaan pada ketinggian 500 meter untuk kemudian membentuk awan kumulus.

Sekarang ini Aceh sudah memasuki musim pancaroba, musim peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan di bulan Mei. Kondisi ini ditandai dengan cuaca panas menyengat dari pagi hingga siang hari lalu tiba-tiba mendung dan turun hujan di sore hari.

Besarnya penguapan yang diakibatkan oleh panasnya suhu permukaan karena sinar matahari yang berlangsung dari pagi hingga siang menjadikan air ini terus naik ke angkasa. Awan-awan kumulus kemudian bergabung membentuk awan CB yang menjulang tinggi.

Air yang naik ini kemudian mencapai suatu lapisan di dalam awan CB di mana suhu udara mencapai titik beku nol derajat Celcius. Ketinggian lapisan ini bervariasi di berbagai wilayah –di Indonesia umumnya terjadi pada ketinggian 6000 meter. Air ini kemudian berubah wujud menjadi es, dan semakin ke atas suhu semakin dingin.

Baca Juga : Hutan Gundul, Hujan Es Muncul

Es-es ini lalu berubah menjadi kristal es. Akibat suhu yang berbeda antara permukaan dan lapisan atas, muncullah angin yang bergerak secara vertikal –ada angin naik dan ada angin yang turun.

Semakin besar perbedaan suhu antara permukaan dan lapisan atas, semakin kencang sirkulasi angin ini. Inilah mengapa kita merasakan goncangan hebat ketika berada dalam pesawat terbang saat melintasi awan CB.

Angin yang turun dengan kecepatan tinggi membawa serta es yang berada di lapisan atas menuju permukaan, itu sebabnya saat hujan es sering diikuti dengan hembusan angin kencang.

Sejatinya es ini turun dan berubah kembali menjadi air yang kita kenal dengan hujan setelah melewati lapisan nol derajat Celcius.

Namun karena didorong oleh hembusan angin kencang, proses ini terlewati dan es tetap dalam wujudnya jatuh ke permukaan. Hujan es biasanya berlangsung dalam durasi singkat dan jatuh pada area yang kecil.

Dampak yang ditimbulkan selain dapat merusak properti seperti atap rumah dan kendaraan, dapat pula merusak tanaman kebun.

Aceh Tengah banyak kebun kopi dan terkenal sebagai produsen kopi terbaik di dunia. Ini masalahnya!

Perubahan Iklim

Iklim yang telah berubah seiring dengan masifnya alih fungsi lahan menjadikan suhu udara sudah kelewat panas.

Kondisi ini memicu pembentukan awan CB yang lebih tinggi dengan perbedaan suhu yang signifikan antara permukaan dan lapisan atas, sehingga menginisiasi terbentuknya kecepatan angin vertikal (angin turun dan angin naik) yang lebih besar di dalam awan CB.

Kondisi ini bertanggung jawab terhadap pembentukan hujan es seperti yang terjadi di Pegasing. Bongkahan es yang jatuh ditemukan cukup besar.

Besarnya diameter es yang dijumpai di permukaan menjadi kunci besarnya gerakan udara yang menimbulkan angin di atmosfer, karena dibutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan es-es yang terbentuk di udara.

Biasakan diri dari hal kecil

Kita sepenuhnya sadar bahwa alam telah rusak akibat tindakan kita sendiri. Sebagai contoh di lingkungan kita saja, sampah-sampah terutama sampah plastik berserakan di mana-mana.

Dampaknya telah sering kita alami seperti banjir, tercemarnya tanah dan air sampai-sampai mengganggu kesehatan kita.

Kesadaran! Perasaan inilah yang kita perlukan untuk lalu membangkitkan nawaitu kita, untuk kemudian membangun inisiatif, menggerakkan kita untuk beraksi menjaga dan merawat lingkungan dimulai dari lingkungan kita sendiri dimulai dari rumah kita dulu dimulai dari kamar kita.

Ketika bangun di pagi hari, kita mulai dengan mengutip sisa-sisa plastik kemasan makanan dan minuman, membersihkan sisa-sisa makanan di kamar kita di dalam rumah lalu berlanjut ke luar rumah dengan membersihkan pekarangan rumah kita.

Lebih bagus lagi jika sampah-sampah tersebut dipilah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat sampah lalu berakhir di TPA.

Perlahan kita hijaukan pekarangan rumah kita dengan menanam dan merawat pepohonan.

Lakukan hal ini setiap pagi sehingga aktivitas tersebut menjadi rutinitas kita sebelum berangkat kerja. Rutinitas berupa kebiasaan bebersih ini boleh jadi akan menjadi karakter kita lalu menjadi gaya hidup kita untuk selanjutnya statusnya meningkat menjadi budaya kita.

Jika dilakukan secara bersama-sama maka akan menjelma menjadi karakter masyarakat kita menjadi budaya masyarakat kita yang menyenangi kebersihan yang menyukai keindahan.

Jika dilakukan beramai-ramai maka alam kita, alam Aceh akan kembali bersih, kembali elok dan hijau. Ini semua demi kehidupan kita bersama yang lebih baik dan sehat di masa mendatang. Sebuah aksi kecil untuk mitigasi yang besar. Mari kita coba!

*Dosen Meteorologi Laut, Fakultas Kelautan dan Perikanan USK. Peneliti Sains Atmosfer Pusat Riset STEM USK

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.