TAKENGON-LintasGAYO.co : Kegiatan pelatihan life skill masyarakat kampung di Parkside Petro Gayo Hotel Takengon kini terus menjadi perbincangan heboh dikalangan masyarakat setempat.
Kegiatan yang melibatkan dua orang peserta dari masing – masing desa di Aceh Tengah menguras dana desa tahun 2025 senilai Rp 25 juta. Jika dari 295 desa yang ikut, maka anggaran yang dikeluarkan dapat mencapai Rp 7,3 miliar.
Kegiatan yang berlangsung sejak 24 – 28 Februari 2025 itu diselenggarakan oleh Lembaga Edukasi Training Center Indonesia (ETCI). Lembaga ini berasal dari Deli Serdang, Sumatera Utara, sebagai pihak ketiga.
Senin lalu, beredar sebuah pesan berantai menyebut nama Kajari Aceh Tengah. Dalam isi pesan itu, Kajari mengarahkan para reje (Kepala Desa) dan bedel untuk hadir pada 24 Februari 2024 di Parkside Petro Gayo Hotel Takengon.
“Assalamualaikum 🙏
Ama reje bwene (Kepala desa semuanya) dan juga bapak ibu bedel sekecamatan kebayakan. Bahwa besok Senin tgl 24 februari 2025
Arahan dari pak Kajari agar dapat hadir semua ke hotel parkside Brijin ..,” begitu isi pesan tersebut.
Terkait : Pelatihan Life Skill Keterampilan Masyarakat Kampung di Aceh Tengah Berpotensi Sedot Dana Desa 7,3 M
Melihat itu, Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Aceh Tengah, Andi Hendrajaya membantah jika dirinya terlibat dalam kegiatan pelatihan life skill yang bersumber dari dana desa tersebut.
“Kami kejaksaan tidak ada keterkaitan dengan kegiatan tersebut seperti informasi yang beredar. Disebut kami mendukung, tidak ada itu,” kata Kajari, Jum’at, 28 Februari 2025 diruang kerjanya.
Menurutnya, kegiatan pelatihan life skill menggunakan pihak ketiga. Begitu juga seluruh desa di Aceh Tengah memiliki struktur jelas, memiliki atasan seperti camat hingga bupati termasuk dibawah APDESI.
“Mereka juga memiliki sebuah forum yang namanya forum reje. Nah di dalam situ apakah ada kami kejaksaan? Tidak ada kan. Jadi tidak ada keterlibatan kami dalam kegiatan ini,” sebutnya.
Selain itu, Kajari juga membantah telah memerintahkan para reje mengirimkan dua orang peserta dari masing – masing desa dalam kegiatan pelatihan life skill pada 24 Februari 2025.
“Tidak ada itu, bisa di cek. Seperti yang saya bilang tadi, tidak ada keterkaitan kegiatan itu dengan kami. Coba lihat, ada nggak mereka rapat dengan saya, atau ketemu diluar. Tidak ada,” ucapnya.
Saat ini, Kajari mengatakan pihaknya fokus melakukan monitoring penggunaan dana desa melalui sebuah aplikasi agar dana desa tidak disalahgunakan.
“Artinya aplikasi ini bisa disebut dengan jaga desa. Supaya anggaran dana desa bisa tepat sasaran. Jadi, soal informasi yang beredar keterlibatan kami di pelatihan life skill, itu tidak benar,” kata Kajari.
[Red]