Lestarikan Bahasa Gayo, LintasGAYO.co Akan Tayangkan Cerpen Berbahasa Gayo Setahun Penuh

oleh
(Doc. LGco)

Oleh : Salman Yoga S*

Pasca pengesahan Bahasa Gayo menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia pada 27 Agustus 2024 lalu, atau bahkan jauh sebelumnya, tampaknya pemerintah tiga kabupaten utama Gayo belum berpihak sama sekali dalam pelestariannya. Baik dalam bentuk program ril maupun dalam bentuk apresiasi yang memadai.

Hal ini tanpak jelas dari keberpihakan yang masih sangat minin, bukan saja oleh Pemerintah Daerahnya masing-masing (Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues) tetapi juga oleh legeslatifnya yang sangat jelas tidak mempunyai kepedulian dan interes sama sekali.

Fakta ini sungguh sebuah ironi di tengah semakin tergerusnya segala sisi nilai dan tata Bahasa Gayo, pola komukasi dalam bentuk verbal, terlebih dalam bentuk tulisan disegala lini kehidupan masyarakat.

Yang lebih menyakitkan adalah undang-undang perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan tentang bahasa dan sastra daerah telah lama disahkan sebagai panduan sekaligus sebagai payung hukum pelaksanaan program.

Namun, lagi-lagi Pemerintah Daerah dengan segenap perangkatnya seperti menutup mata dan ingkar undang-undang terhadap hal tersebut.

Sementara itu para pemerhati, penggiat dan seniman bahkan guru sekolah yang berkarya dalam Bahasa Gayo terus berkarya tanpa sambutan dari masyarakat. Kegigihan mereka bukan saja bertepuk sebelah tangan, tetapi juga berjalan sebelah kaki, miris.

Satu sisi mereka mempunyai kepedulian, tetapi pada saat yang sama mereka harus berkorban biaya produksi dan biaya cetak sendiri. Terlebih bila prodak-prodak literasi tersebut memasuki dunia pasar, maka dapat dipastikan tidak ada pembeli yang apresian.

Penetapan WBTb Bahasa Gayo merupakan salah satu perlindungan terhadap warisan budaya daerah yang telah diakui secara nasional, dan ini sudah diupayakan oleh berbagai pihak terkait di tingkat provinsi dan kaum seniman. Sangat disayangkan bila tidak ada program lanjutan dari pemilik bahasa itu sendiri.

Terkait hal tersebut, sejak beberapa tahun silam lembaga Balai Bahasa Aceh yang menyertakan sejumlah sastrawan telah mengupayakan pelestarian Bahasa Gayo. Bukan saja dalam konteks penulisan dan verbalitas, tetapi juga dalam bentuk tulisan dan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI).

Diantara program yang telah dilaksanakan adalah dalam bentuk pelatihan “Kemah Penulisan” telah melahirkan puluhan karya nyata dari kalangan pelajar, baik Tingkat Dasar dan Tingkat Menengah.

Portal berita online LintasGAYO.co, dengan semangat “Cerdas dan Mencerdaskan” sebagai misinya, mencoba mengapresiasi sekaligus mensupport karya para siswa dimaksud, dengan menayangkan karya-karya terbaik mereka dalam bentuk “Cerite Singket” berbahasa Gayo.

Karya-karya para siswa dari berbagai sokolah dari tiga kabupaten (Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues) akan ditayangkan selama satu satu penuh.

Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk apresiasi bagi anak-anak Gayo yang telah berkarya dalam Bahasa Gayo, tetapi juga sebagai “pukulan” dan “cermin” bagi pemerintah daerah agar lebih peduli terhadap budaya dan bahasa bangsanya.

Karya-karya siswa dalam bentuk “Cerite Singket” berbahasa Gayo, akan tayang dua kali dalam satu minggu, dan berlangsung selama satu tahun penuh. Mulai dari 25 Januari 2025 hingga 25 Januari 2026.

Sebagai pemerhati dan pelaku kebudayaan LintasGAYO.co lewat program budayanya, akan terus mencoba untuk tetap konsisten terhadap pengawalan dan pelestarian kekayaan budaya Gayo.

Dan sebagai media terdepan dalam mempublikasikan kearifan dan kekayaan budaya, LintasGAYO.co akan menyisihkan hostingannya demi lestarinya Bahasa Gayo.[]

*Redaktur Budaya dan Sastra LintasGAYO.co

 

 

 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.