Oleh : Zulfikar Ahmad Aman Dio*
Dalam kurun waktu 20 mendatang. Kecerdasan buatan mendominasi hampir seluruh aspek komunikasi manusia. Penerjemah otomatis, pengenalan suara, dan sistem pembelajaran berbasis AI menjadi standar yang diterima global, yang tersedia dalam ratusan bahasa dunia kecuali bahasa Gayo.
AI belum mengenal bahasa Gayo, akibatnya, bahasa Gayo akan terasing dalam dunia digital dimasa yang akan datang, bahasa Gayo, terpinggirkan dalam memori kolektif digital.
Kosakata unik yang tak dapat diterjemahkan ke bahasa lain akan hilang begitu saja, selanjutnya, budaya hanya catatan sejarah dalam bahasa-bahasa lain.
Tanpa adanya dokumen dan teks yang didokumentasikan, bahasa Gayo tidak akan mampu melangkah ke dunia digital. Korpus bahasa Gayo—kumpulan teks yang menjadi dasar pengembangan teknologi seperti AI—masih sangat terbatas.
Sebagian besar teks yang ada saat ini berupa syair didong dan nyanyian. Meski berharga, materi ini tak cukup untuk melahirkan sistem AI yang dapat memahami dan menggunakan bahasa Gayo dengan baik.
Korpus yang efektif membutuhkan lebih banyak dimensi dan cakupan: dari teks tulisan hingga transkrip percakapan, dari materi seni dan budaya hingga teknologi tradisional. Tanpa itu, bahasa Gayo akan semakin terpinggirkan.
Proses mengumpulkan dokumentasi bahasa Gayo bukanlah tugas yang mudah. Banyak pemilik dokumen langka—seperti *sarahkata* teks tertulis tertua tentang pengakuan kedaulatan Reje Siah Utama, Reje Bukit, Reje Linge, dan Kejurun Petiamang—menyimpan dokumen mereka dengan sangat hati-hati, bahkan enggan memberikannya untuk didigitalisasi.
Walaupun beberapa sarahkata yang terbit antara tahun 1877 hingga 1900 masih dapat ditemukan, proses pencariannya sangat sulit, dan jika dokumen itu ditemukan, persyaratan untuk mengaksesnya seringkali mustahil dipenuhi. Hanya sedikit yang bersedia menyerahkan warisan ini demi kepentingan pelestarian.
Tanpa kontribusi dari mereka yang memiliki dokumen pembangunan korpus bahasa Gayo sulit terwujud. Korpus bahasa yang mencakup berbagai macam teks, dari yang tertulis hingga yang lisan, dari yang bersifat akademis hingga yang berbentuk seni, sangat penting untuk memastikan bahwa bahasa Gayo tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di dunia digital yang semakin terhubung. Tanpa dokumentasi ini, mimpi untuk membangun model bahasa besar (_Large Language Model/LLM_) yang memahami bahasa Gayo tidak akan terwujud.
Tanpa LLM, teknologi pemrosesan bahasa alami (_Natural Language Processing/NLP_) dalam bahasa Gayo pun akan tetap berada di luar jangkauan.
Di tengah tantangan ini, langkah kecil sudah mulai saya lakukan untuk melestarikan bahasa Gayo. Dengan menyusun buku berbahasa Gayo, seperti “Mujahid Gayo wan senie” yang mengangkat kontribusi masyarakat Gayo dalam perang Aceh (1873-1922) dalam dokumentasi dari waktu ke waktu (nyaris _day by day_), “Metamorfosis Ukir Gayo Ari Bebunge Ku Kerawang” yang mendokumentasikan perubahan pola ukir Gayo sejak 3500 tahun lalu.
Sedang dalam proses; buku tentang perubahan pola bahasa Gayo dari tahun 1900 hingga sekarang. Namun, prosesnya masih jauh dari sempurna, dan masih banyak yang perlu dilakukan.
Pentingnya korpus ini semakin terasa ketika kita memikirkan tentang potensi masa depan bahasa Gayo. Terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Gayo, misalnya, akan menjadi langkah penting untuk melestarikan bahasa ini dalam bentuk teks.
Ini akan menjadi fondasi yang kuat untuk membangun korpus digital yang dapat digunakan oleh teknologi AI.
Terjemahan Al-Qur’an ini tidak hanya akan memberikan akses pada generasi mendatang untuk memahami bahasa Gayo secara lebih mendalam, tetapi juga memastikan bahwa bahasa Gayo terhubung dengan perkembangan teknologi masa depan.
Langkah-langkah kecil ini hanyalah permulaan. Tanpa partisipasi aktif dari generasi muda Gayo, tanpa kontribusi mereka yang menyimpan dokumen berbahasa Gayo, korpus ini tidak akan pernah terbentuk.
Semoga mereka yang memiliki dokumen atau rekaman berbahasa Gayo—baik itu teks, buku, syair, atau percakapan—bersedia mendokumentasikan dalam bentuk digital yang dapat diakses agar bahasa Gayo tidak tergerus waktu dan teknologi.
Di tengah tantangan yang ada, saya tetap percaya masih ada yang bersedia berkolaborasi melestarikan bahasa Gayo, Membangun korpus bahasa Gayo secara kolektif dari setiap kata dan cerita, memastikan bahwa ia tidak hilang, tetapi tumbuh dan berkembang dalam dunia digital yang semakin mengglobal. []