Oleh : Zulfikar Ahmad Aman Dio*
Saat bangsa Mesir kuno membangun Piramida, agar bahan bangunan presisi dibutuhkan satuan pengukuran panjang yang saat itu disebut dengan “digit”, “palm”, “span” dan “cubit”.
“Digit” selebar dari jari tengah, kalau “palm”, panjang dari jari kelingking sampai telunjuk yang dirapatkan, “span” adalah jarak terjauh dari ibu jari sampai kelingking yang dijarangkan, sedangkan “cubit” adalah jarak dari siku sampai ke ujung jari tengah.
Satuan cubit digunakan bertahun-tahun, bahkan sampai ke Eropa. Namun, karena panjang tangan manusia berbeda-beda, akhirnya disepakati meter sebagai satuan panjang standar international yang digunakan sampai saat ini.
Satuan cubit secara tradisional di Gayo disebut SETA dan SINGKUL. Seta dan Singkul adalah ukuran panjang dari ujung jari tengah sampai siku.
Seta biasanya digunakan untuk mengukur panjang kain. Satuan Singkul adalah SENINGKUL (sara singkul = satu siku), jadi untuk menyebut tiga siku bukan tulu singkul, tapi TULU SENINGKUL, jadi selalu digunakan “seningkul” roa seningkul, onom seningkul (dua siku, enam siku) dst.
Satuan panjang lainnya yang dikenal secara tradisional di Gayo adalah JENGKAL, DEPA dan ELAK.
Jengkal adalah jarak terjauh dari ujung jari tengah sampai ujung ibu jari, namun jika disebut “JENGKAL TUNJUK” artinya jarak terjauh dari ibu jari sampai ke ujung jari telunjuk.
DEPA biasanya digunakan untuk navigasi termasuk untuk mengukur kedalaman. Satu depa setara dengan panjang dari ujung jari tengah sampai ke bahu.
Selain untuk satuan panjang, DEPA juga berati mahar (unjuk), “depa pemen ku tengah a seratus” (mahar menantu perempuan saya dulu seratus).
Satuan panjang yang sudah sangat jarang terdengar di Gayo, terutama Gayo lut adalah ELAK. Satu elak panjangnya dari ujung jari tengah sampai ke tengah dada.
Beberapa konversi satuan panjang di Gayo :
2 Depa = 1 Elak
2 Jengkal = 1 Seta
*Peneliti dan Pemerhati Bahasa dan Budaya Gayo