Catatan: Muhammad Syukri*
Beberapa bulan lalu, saya bersama Pak Karimansyah mampir ngopi ke LTC cafe, yang terletak sebelum tanjakan Paya Tumpi. Nama tempatnya Mencikey.
Belum pun kopi disajikan Bobby Tarigan, sang pemilik cafe, tiba-tiba muncul Pak Iman (begitu biasanya saya memanggil Imaduddin) di depan pintu.
Saya ajak bergabung ke meja kami. Dia bersedia. Duduklah kami berempat di meja nomor dua. Bincang-bincang kesana kesini, ngalor ngidul, akhirnya berkutat tentang pemilih di Pilkada 2024. Menurut prediksinya, perilaku pemilih tak jauh beda dengan Pileg 2024 lalu.
“Money politik?” tanya saya. Pak Iman mengangguk.
Saya tahu, saban sore Pak Iman nongkrong disana menikmati live musik. Pernah suatu waktu, saya mendengar dia bersenandung lagu lawas dengan suara bariton.
Keren, suaranya mirip Broery Pesolima. Saya minta izin merekam performnya, dengan halus ditolaknya.
“Kita ini cari hiburan, bukan ingin jadi artis,” katanya tertawa.
Bagi saya, Pak Iman adalah kenalan lama, teman masa kecil. Kami seusia. Dulu sekali, dia bermukim di Kampung Hakim Bale Bujang, bersisian dengan rumah saya di Kampung Asir-asir Bawah. Sering bertemu dan bertegur sapa.
Bertemu Pak Iman, kerap kali di warung kopi. Cerita kami tidak jauh dari persoalan intrik politik lokal. Perilaku politik pemilih belum berubah sampai hari ini.
Saya akui, dia sangat ahli dalam urusan counter isu. Benar-benar kader partai yang terlatih. Ada saja ide segar untuk menetralisir isu yang akan dan sedang berkembang.
Hal paling menarik yang sering kami bicarakan, terkait pesatnya pertumbuhan kontraktor suara. Mereka tak malu-malu mendatangi para caleg, menawarkan jasa suara.
Bukan itu saja, kami juga ngobrolin suka duka caleg dalam mencari suara. Pernah dalam Pileg beberapa tahun lalu, dikisahkan Pak Iman, kerabatnya sendiri tak memilih dia. Itu biasa dalam politik.
“Usai penghitungan suara, saya datangi rumahnya dengan membawa sembako. Saya tak memarahi mereka, isterinya bahkan yang memarahi suaminya,” ungkap Pak Iman tertawa.
Hari ini, Senin 28 Oktober 2024, saya membaca berita duka di media online. Pak Iman telah meninggalkan kita. Kembali ke rahmatullah. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun semoga husnul khatimah.
Aceh Tengah telah kehilangan tokoh penting, pengusaha, politisi cerdas, teman ngopi dan mitra diskusi politik.
Kami hanya bisa berdoa, semoga Pak Iman mendapat tempat yang layak disisi-Nya sesuai dengan amal ibadah almarhum. Amin ya Rabbal ‘Alamin. []