Oleh: Rahmah Ketiara *)
Sebenarnya saya enggan mengomentari sesuatu yang ditulis media. Namun, hari ini tergelitik membaca gagasan seseorang. Menurutnya, tanah kelahiran saya akan dijadikan kabupaten devisa.
Berbicara devisa, barangkali kata asing bagi petani. Seolah-olah devisa itu sebuah gagasan baru yang wah dan hebat.
Dalam pikiran si pencetus gagasan, petani kopi hanya tahu, harga gelondong merah atau gabah per kaleng yang dibayar dengan rupiah.
Itu keliru. Petani yang dibina Kopepi Ketiara dan koperasi petani kopi lainnya, tahu bahwa nilai nominal yang diterima dari penjualan gelondong merah, berasal dari US Dolar alias devisa.
Mereka juga paham, sejak ekspor kopi arabika Gayo menembus pasar dunia, maka sejak detik itu petani sudah mengantongi devisa (US Dolar).
Berapa devisa yang diterima para petani Aceh Tengah? Pada tahun 2022 (news.republika.co.id), nilai ekspor kopi dari Aceh Tengah mencapai sekitar Rp 1,069 triliun atau sekitar 74,41 juta US Dolar.
Meskipun tidak ditabalkan sebagai kabupaten devisa, toh Rp 1,069 triliun itu tetap masuk ke kantong petani, setelah dikurangi biaya produksi, distribusi, dan pemasaran.
Dan tahun 2023, Kopepi Ketiara ikut andil memasok devisa bagi perekonomian Kabupaten Aceh Tengah.
Nilainya memang tidak besar, hanya 6,2 juta dolar atau setara dengan Rp 87,4 M (kurs US dolar Rp 14 ribu). Namun, angka sebesar itu sudah membantu meningkatkan daya beli masyarakat.
Oleh karena itu, jangan terkesima dengan gagasan kabupaten devisa. Itu hanya istilah, atau pemanis bibir untuk menggaet pemilih.
Sesungguhnya konsep dasar kabupaten devisa sudah dilakukan lebih dahulu oleh Kopepi Ketiara, dan koperasi petani kopi lainnya. Misalnya:
1. Pelatihan dan Pendampingan:
Masyarakat (terutama anggota koperasi) sudah mendapatkan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam produksi untuk kebutuhan ekspor.
2. Bantuan Sarana Produksi:
Kami secara rutin menyediakan bantuan sarana produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.
3. Akses Pasar:
Membantu petani mengakses pasar internasional, sehingga mereka tahu produk yang diminati buyer. Atas pengetahuan itu, petani termotivasi dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.
Kenapa Kopepi Ketiara bisa menjalankan konsep dasar kabupaten devisa tersebut?Karena Kopepi Ketiara adalah organisasi merdeka, tidak disetir oleh dalang.
Oleh karena itu, kabupaten devisa hanya bisa dinyalakan oleh orang-orang merdeka. Bukan wayang yang patuh kepada apa yang dikatakan sang dalang.
Sebenarnya, program yang dibutuhkan petani kopi hari ini bukan nama kabupaten devisa, tetapi bagaimana perkebunan kopi mereka bisa direvitalisasi.
Lalu, kompetensi penyuluh pertanian harus ditingkatkan. Dan, bagaimana mengajarkan petani mampu mengelola lahan pertanian berkelanjutan (ramah lingkungan).
Program seperti itu hanya bisa dikerjakan oleh orang merdeka. Orang yang tidak dipaksa mengerjakan keinginan sang dalang.
Itulah program yang ditawarkan paslon beriman (Bardan Sahidi Karimansyah) kepada rakyat Aceh Tengah. Dan, kalau pembaca setuju, mari bergabung bersama beriman untuk Aceh Tengah lebih baik.
*) Ketua Kopepi Ketiara