Tumbuhan Endemik ; Budidaya Pacar Merah Gayo, Mungkinkah?

oleh
Tumbuhan Pacar Merah Endemik Gayo. (Foto : Wendy A Mustakim)

Oleh : Wendy Achmmad Mustaqim*

Baru-baru ini ‘Bunga Pacar Merah Gayo’ dengan nama latin Impatiens bungeilang menjadi salah satu temuan yang menarik perhatian publik.

Terlebih lagi, spesies dengan status endemik Gayo ini merupakan kekayaan alam yang nilai keunikannya luar biasa.

Potensi pengembangannya ke depan pun cukup besar terutama untuk menghasilkan kultivar-kultivar lokal untuk tanaman hias mengingat bunganya yang luar biasa cantik.

Akan tetapi, sebagai jenis yang baru dikenal di dunia ilmiah, pengembangan tentunya merupakan suatu yang sifatnya perlu waktu.

Hal ini masih ditambah dengan kenyataan bahwa jenis ini keberadaannya di hutan merupakan spesies langka.

Artinya, ketidakhati-hatian dalam memanfaatkan dapat berujung kepada kepunahan. Kepunahan tentunya bukan suatu yang kita harapkan.


Terkait : Spesies Baru Bunga Pacar Merah Endemik Ditemukan di Dataran Tinggi Gayo


Pada saat proses penelitian lapangan yang dilakukan bersamaan dengan penggiat tanaman hias di Takengon dan sekitarnya, diketahui spesies ini agaknya masih jarang dibudidayakan.

Oleh karena itu, hingga saat ini, belum diketahui cara yang tepat untuk metode penanaman yang baik. Ini dikarenakan belum pernah ditemukan para penggiat tanaman hias yang mencoba menanamnya atau menjualnya ke pasar di luar wilayah Gayo.

Namun demikian, berkaca dari habitat yang ada, Pacar Merah Gayo nampaknya dapat ditanam teknik yang khusus. Media yang digunakan sebaiknya adalah serasah atau kompos dan dicampur dengan perlite.

Kemudian, tanaman harus ditumbuhkan pada tempat yang ternaung sebagaimana di habitat aslinya.

Budidaya di tempat terbuka dan panas tidak disarankan karena kemungkinan besar tanaman ini akan mati.

Perlu penelitian mengenai teknik budidaya Bunga Pacar Merah Gayo sehingga dapat menjadi komoditas unggulan lokal.

Peran serta para peneliti, termasuk dari Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Tengah atau Bener Meriah hingga BAPPEDA, sangat diperlukan.

Kerja sama dengan para peneliti di lingkungan kampus sekitaran juga bisa menjadi faktor penting dalam keberhasilannya.

Masyarakat mungkin memiliki banyak pengetahuan tradisional mengenai budidaya tanaman di sekitarnya.

Akan tetapi, pengetahuan itu hingga sekarang belum pernah terdokumentasi khususnya untuk wilayah Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Diharapkan informasi-informasi seperti ini menjadi salah satu fokus kegiatan penelitian ke depannya.

*Penulis merupakan staf pengajar Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Samudra dan aktif dalam kegiatan penelitian pada bidang sistematika dan konservasi tumbuhan.

Wendy A Mustakim
Wendy A Mustakim

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.