Oleh : Wendy Achmmad Mustaqim*
Kekayaan alam di Tanah Gayo sangatlah beragam. Tidak hanya terkenal karena ikan Depik (Rasbora tawarensis), ribuan spesies flora dan fauna tumbuh di kawasan pegunungan yang mayoritas berada di atas ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.
Julukan Dataran Tinggi Gayo pun melekat dan sudah mendunia. Salah satu yang menarik adalah temuan spesies baru bunga pacar merah endemik pada awal tahun 2024.
Spesies baru bunga pacar dengan warna merah yang menawan ditemukan dari hutan sekitaran Kota Takengon, Aceh Tengah.
Tersebar di wilayah yang merupakan bagian utara dari Dataran Tinggi Gayo, spesies bunga dengan nama latin Impatiens bungeilang ini tumbuh di sela-sela hutan tropis pegunungan. Penemuan ini diterbitkan pada jurnal ilmiah Taiwania volume 69 nomor 3 (hlm. 57-61).
Impatiens bungeilang atau dapat disebut Pacar Merah ini merupakan spesies endemik, alias hanya ditemukan di Dataran Tinggi Gayo.
Sebaran geografisnya pun sangat terbatas di kawasan pegunungan sebelah barat Puncak Pantan Terong dan Puncak Origon. Hingga saat ini, bunga dengan warna merah cerah ini hanya ditemukan di tiga tempat saja.
Pemberian nama “bungeilang” merujuk pada bunga dari spesies ini yang berwarna merah. Memiliki bentuk kelopak bawah seperti corong yang memanjang, spesies ini dapat dikenali dengan mudah apabila seorang bepergian ke hutan di Tanah Gayo.
“Bunga pacar merah Gayo”, demikian nama dalam bahasa Indonesia yang disarankan, merupakan satu dari sekitar 40 jenis bunga pacar yang ada di Sumatera. Dataran Tinggi Gayo merupakan salah satu pusat keragaman bunga pacar di dunia.
Tersebar hanya di tiga lokasi, spesies ini sedang diusulkan sebagai tumbuhan terancam punah. Mengikuti panduan dari International Union for Conservation and Nature (IUCN), badan yang berwenang menentukan risiko kepunahan spesies, spesies ini dikategorikan ke dalam kritis atau Critically Endangered (CR). Status ini berarti setingkat di bawah kepunahan.
Spesies yang ditemukan saat eksplorasi hutan oleh para peneliti dari Program Studi Biologi Universitas Samudra, Langsa dan Badan Riset Inovasi Nasional, Jakarta tahun 2022 lalu ini jelas memerlukan perhatian khusus terkait kelestariannya.
Dua dari tiga populasi yang diketahui terancam oleh aktivitas alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan. Partisipasi semua pihak baik dari pemerintahan hingga masyarakat umum sangat diperlukan untuk menjaga spesies endemik Dataran Tinggi Gayo ini dari kepunahan.
Gambar dan keterangan
*Penulis merupakan staf pengajar Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Samudra dan aktif dalam kegiatan penelitian pada bidang sistematika dan konservasi tumbuhan.
Ia merupakan alumni Biologi, Universitas Indonesia tahun 2014 dan Biologi Tumbuhan, IPB University tahun 2019. Saat ini telah menulis lebih dari 11 buku keragaman tumbuhan, 46 chapter dan artikel ilmiah sebanyak 57 baik pada jurnal nasional maupun internasional dan menemukan setidaknya 19 spesies baru tumbuhan Indonesia. Salah satu fokus kajian keragaman tumbuhan saat ini adalah Dataran Tinggi Gayo di bagian utara Sumatera. Selain itu, ia juga berperan juga sebagai editor dan mitra bestari pada jurnal nasional maupun internasional. Seringkali juga menjadi narasumber pada seminar serta pelatihan identifikasi tumbuhan hingga tingkat internasional. Selain itu, aktif terlibat dalam asesmen status konservasi IUCN Red List sebagai anggota IUCN SSC Indonesian Plant Red List Authority, Yayasan Tumbuhan Asli Nusantara, dan juga mengelola web di Digital Flora of Indonesia.