Tokoh “Tungkum Ulu Teridah Uki” di Pilkada 2024

oleh

Oleh ; Sadikin Arisko*

Sebenarnya istilah tungkum ulu teridah uki bukan sekedar ungkapan belaka. Akan tetapi merupakan prilaku keseharian masyarakat, terutama berlaku bagi calon, mantan dan pejabat yang sedang berkuasa.

Tungkum ulu teridah uki menurut istilah bermakna orang yang berperilaku seolah baik, tapi jejak kejahatannya tampak nyata. Dia mempublikasi setiap ibadah ritual dan sosialnya untuk menutupi perbuatan buruknya.

Para tokoh Tungkum ulu teridah uki mulai tumbuh subur bagai jamur di musim hujan pada saat mulai akan digelar pemilihan reje kampung, pemilihan legislatif dan pemilihan kepala daerah (bupati, walikota dan gubernur).

Tebar pesona paling shaleh, paling peduli daerah, paling pinter, paling merakyat dan membrending diri dengan kesederhanaan artifisial. Bahkan ada yang memainkan isu paling banyak uangnya untuk membeli suara rakyat.

Sesungguhnya rakyat sudah tahu prilaku para calon pejabat itu luar dalam. Sepandai-pandai menyembunyikan keburukan rupanya, jejak-jejak kejahatannya tidak bisa serta merta bisa terhapus.

Terutama bagi kalangan kelas menengah ke atas, tokoh “tungkum ulu teridah uki” tampak nyata. Para penipu dengan dalih sang dermawan tidak bisa sembunyi. Barangkali kalangan rakyat di akar rumput bisa ditipu, namun kelak mereka juga akan sadar lakon para pendrama yang selalu berperan sebagai tokoh protagonis.

Pengalaman adalah guru terbaik. Di Aceh Tengah dan Bener Meriah, pengalaman telah mengajarkan kepada kita, siapa saja tokoh yang akan maju sebagai bupati dan wakil bupati pada Pilkada 2024 mendatang telah terbaca track recordnya.

Kebanyakan dari para calon itu menterjemahkan politik bukan saja, seni dan ilmu meraih kekuasaan, tapi kata dalam bahasa Aceh “poli (kumpulkan)” dan “tik (buang)”. Artinya kumpulkan orang sebanyak-banyaknya, setelah tujuan tercapai, konsituennya dibuang.

Tidak salah ada orang berkata politik itu memang kejam. Tim yang kerja keras, kemudian datang kelompok “mutih ni salak (musuh yang mengaku-aku)”. Sehingga terjadilah situasi “kurik wan seladang pogeng tegang tuke mulape (ayam di lumbung padi yang kelaparan).”

Sekali lagi, bergurulah pada peta pengalaman kalau tidak ingin tersesat. Berhentilah memilih calon pemimpin pada Pilkada 2024 mendatang yang sudah terkenal dengan “tungkum ulu teridah uki.”

*Koordinator Aliansi Masyarakat Gayo (AMG)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.