(Catatan Akhir Pekan) Pilkada Aceh Tengah 2024 di Bawah Payung Kartel

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Dominasi kartel dalam mengendalikan pemerintahan bukan isapan jempol belaka. Beberapa negara di Amerika Selatan sudah mengalami sulitnya berkembang di bawah bayangan payung gerombolan oligopoli.

Pemerintah dan aparat keamanan negara-negara di sebuah benua yang diapit Samudera Antlantik dan Pasifik itu tidak berkutik sama sekali. Kartel dan bodyguardnya bebas melakukan kekerasan tanpa tersentuh hukum.

Praktik kartel bukan hanya menjadi dominasi di belahan dunia Amerika Latin (nama lain Amerika Selatan). Sebenarnya hampir setiap negara berlangsung praktik kartel. Hanya intensitasnya yang membedakan praktik kartel pada setiap negara.

Menurut James Chen (Investopedia, 2023) kartel adalah organisasi yang dibentuk dari kesepakatan formal antara sekelompok produsen barang atau jasa untuk mengendalikan pasokan atau mengatur atau memanipulasi harga.

James Chen mengungkap karakteristik cara kerja kartel. Menurutnya, anggota kartel dapat menyepakati harga, total output industri, pangsa pasar, alokasi pelanggan, alokasi wilayah, persekongkolan tender, dan pembagian keuntungan.

Disinyalir, praktik kartel seperti digambarkan James Chen sudah, sedang dan akan terus berlangsung di tanoh tembuni kita. Demi memiliki pengaruh dalam pemerintahan dan politik, mereka tidak segan-segan menabur rupiah.

Pun demikian pada Pilkada 2024 mendatang, bisa dipastikan rupiah disebar demi memengaruhi pilihan politik warga. Bagi-bagi uang agar warga memilih seseorang atau calon tertentu untuk duduk diposisi bergengsi di dalam pemerintahan.

Dengan duduknya seseorang diposisi tertentu, kartel akan mengendalikan yang bersangkutan menurut kehendak mereka. Misalnya, mengarahkan semua kebijakan politik dan pemerintahan untuk sebesar-besarnya keuntungan kartel.

Dalam hal pengadaan barang dan jasa misalnya, orang-orang yang ditempatkan di ULP, sebagai PPTK dan KPA tidak lebih hanya alat untuk memuluskan permainan tender. Semua kita tahu persis, namun tidak ada daya melawannya. Sebagian dari kita terpaksa ikut arus. Sehingga lahir ungkapan, “Daripada mati hari ini, lebih baik esok.”

Sejujurnya orang yang menjabat oleh peran kartel tidak lebih dari boneka. Persis seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang. Merasa bermarwah, tetapi sejatinya tidak lebih dari budak kartel.

Pilkada Aceh Tengah 2024 mendatang sebagai ajang pembuktian. Membuktikan kepada diri sendiri dan orang lain bahwa kita adalah orang bermartabat. Orang yang tidak bersedia menyerah pada pengaruh dan kehendak kartel.

Hidup idealis adalah menolak memilih calon kepala daerah yang dibekingi oleh kartel atau apapun sebutannya. Pilihlah calon kepala daerah yang tidak didukung kartel, siapapun dia, yang penting memberikan harapan untuk Aceh Tengah lebih baik.

Sayangnya dari seluruh calon Bupati Aceh Tengah yang digadang tidak ada yang murni bersih dari kartel. Bahkan calon yang melabelkan agama sebagai jargon politiknya juga tidak lepas dari peran kartel.

Jelas, takdir kita hari ini dan akan datang hidup dalam pemerintahan di bawah bayang-bayang payung kartel. Tapi sebagai upaya melepas diri dari tindakan illegal, wajib ain bangkit melawan arus dengan tidak memilih kepala daerah yang dibekingi kartel.

(Mendale, Mei 17, 2024)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.