Oleh : Feriyanto*
Orang-orang Makassar terkenal tangguh dan juga pemberani, nenek moyang orang Makassar adalah pelaut dan pedagang. Kita perlu belajar banyak dari orang Makassar dalam meletakkan pondasi berfikir dalam politik dan ekonomi.
Dalam penglihatan saya, selain orang Jawa, maka orang Makassar-Bugis lah orang nomor dua yang mendominasi ekonomi dan politik Nasional kita, selanjutnya ada orang Batak.
Jika Jawa sudah menjadi lumrah mereka kuat karena populasinya yang lebih besar dibandingkan etnis lain di Indonesia. Namun yang menarik adalah, bagaimana orang Bugis Makassar yang populasinya hanya sedikit lebih banyak dari orang Aceh tapi eksis dalam kancah Nasional.
Bangsa Bugis-Makassar adalah bangsa pemberontak pada mulanya. Hal tersebut tentu tak terlepas dari karakter dasar orang-orang Makassar yang berani. Pemberontakan orang Bugis Makassar seperti Kahar Muzakkar dengan DI/TII dan juga Andi Azis dengan Indonesia Timur.
Namun pada akhirnya orang-orang Bugis-Makassar melakukan dialog dan merubah target perjuangan, jika mereka hanya akan membentuk wilayah kecil, mengapa mereka tidak berupaya berjuang bersaing yang lebih luas dan besar dan mewarnai Indonesia.
Orang Makkasar telah berhasil meletakkan cara pandang yang “out of the box”, berani dan juga cerdas. Ternyata Berani dan Cerdas adalah falsafah hidup yang memang sudah ditanamkan bagi orang Makassar yang yakni: “Macca Na Warani” Cerdas juga berani. Keberanian saja tidak cukup tanpa kecerdasan, orang Gayo menyebutnya “Soro Gadung”.
Fikiran-fikiran itulah yang telah mengantarkan sosok seperti Bj. Habiebie, Jusuf Kalla mucul sebagai tokoh Nasional, Aksa Mahmud, Tanri Abeng, Ryaas Rasyid, Abraham Samad, Quraish Sihab, Baharudin Lopa, Erwin Aksa dan masih banyak lainya.
Orang Makassar juga berfikir jauh lebih maju, Jusuf Kalla dengan Aksa Mahmud mendirikan Persatuan Saudagar Bugis Makassar (BPSM) sebagai kawah candradimuka melahirkan saudagar-saudagar Bugis-Makassar yang selain mampu mengusai ekonomi Nasional juga melahirkan generasi pemimpin nasional.
Mereka terus melakukan kaderisasi kepemimpinan hingga stok generasi tidak pernah putus hingga sekarang, sampai ke kampus dan bahkan sekolah-sekolah dilakukan berjenjang. Dan tentu saja bukan hanya menyempit dan berhenti pada komunitas ke Makassar an saja, tapi lebih luas; Indonesia Timur.
Kecerdasan orang Makassar tidak membungkus diri sebagai kelompok yang eksklusif, yakni Sulsel saja, tapi sebagai simbol perjuangan Indonesia Timur.
Maka sudah selayaknya kita belajar dari orang Makassar, ketimbang kita larut dalam euforia masalalu, memuji diri tanpa berfikir kedepan. Bagaimana orang-orang Gayo bisa tumbuh dan berkembang secara ekonomi dan politik.
Tentu harus memiliki semangat maju, sebagaimana JK mengatakan, jangan cerita kebesaran masa lalu, Kita harus terus bekerja dan berusaha untuk masa depan, jangan banggakan masa lalu, jangan berpatokan pada masa lalu,” kata JK saat memberi sambutan Hari Damai Aceh ke 18, tahun lalu.
Masyarakat Gayo harus punya semangat maju, dengan membentuk sumberdaya manusia yang hebat, selain Gayo sudah punya sumberdaya alam yang kaya.
Para pengusaha-pengusaha Gayo harus berfikir dan besatu membentuk pengusaha yang go Nasional, pemimpin-pemimpin Gayo harus menciptakan kaderisasi politik yang bisa bersaing di kancah Nasional.
Sudah saatnya kita membangun kesadaran bersama untuk membangun persatuan, jangan hanya saling sikut-menyikut antar sesama, tapi tumbuh dan bersaing keluar. Sekali lagi, belajarlah pada orang Bugis-Makassar.
Dalam banyak cerita ‘kekeberen’ yang katanya, kekuasaan kerajaan linge sampai pada kerajaan Bugis di Makassar, tapi itu kekeberen. Sementara Kapal Pinishi sudah berlayar sampai ke Benua Eropa hingga Amerika. []