Berharap Bupati Aceh Tengah yang Ideal dan Berkualitas

oleh

Oleh : Drs.Darmawan Aman Riko*

Salah satu isu terkini dan menjadi pembicaraan di Kota Takengon dan Aceh Tengah secara umum adalah siapa bupati Bupati/Wakil Bupati yang akan kita pilih. Bermunculan nama-nama kandidat, yang ingin menjadi orang nomor satu/dua di Aceh Tengah.

Kabupaten Aceh Tengah memerlukan Kepala Daerah yang berkualitas, yang nantinya mampu menangani berbagai masalah, misalnya tentang devisit anggaran, bagaimana meningkatkan PAD, parawisata, pendidikan, dan masih banyak masalah lainnya.

Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh calon pemilih, dengan harapan menghasilkan kepala daerah yang berkualitas.

Pertama

Anti politik uang. Artinya, pemilih yang menentukan pilihannya tidak karena motif imbalan materi atau menerima suap sejumlah uang ataupun bentuk materi lainnya dari pihak atau paslon tertentu. Di sini, pilihannya didasarkan atas ketajaman dan kejernihan hati nuraninya. Tidak tergoda iming-iming sejumlah uang.

Bagi pemilih tipe ini, hak yang mendasarkan secara politik tidak bisa diukur dengan uang atau materi lain. Hati nurani yang berbicara. Apalah artinya sejumlah uang jika dibanding dengan hak konstitusi sekaligus hak yang sangat asasi.

Tidak mengenal “serangan fajar”. Jangan sampai demi uang yang tidak seberapa, masyarakat secara keseluruhan yang korban (tidak terurus dengan baik), daerah jalan di tempat dan mundur akibat dipimpin orang yang terpilih karena uang, yang kemampuannya minus.

Kedua

Walau anti politik uang, mereka tidak asal pilih. Hak suara diberikan secara selektif, visi, misi, dan platform yang diusung partai/koalisi partai dan calon kepala daerah menjadi pertimbangan utama untuk memutuskan pilihannya.

Dengan demikian, hanya calon kepala daerah yang memiliki VISI dan MISI yang logis dan ”TERUKUR” yang dipilih, tidak asal pilih (sah kenak)

Ketiga

Ada standar yang bisa digunakan untuk menyikapi apa yang ”dijual” oleh kandidat dan tim suksesnya. Tangible, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy.

Tangible artinya apa yang disampaikan nyata, konkret bisa dilakukan pada saatnya memimpin. Reliability artinya kandidat kepala daerah yang berkompetisi layak diandalkan memimpin daerahnya. Keandalan pada aspek bertipe penerobos (breakthrough leadership).

Disebut sebagai penerobos (breakthrough) karena kepala daerah model ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan yang luar biasa (extra-ordinary), bukan kepala daerah yang biasa-biasa saja (pendidikan, ilmu, pengalaman, wawasan, jam terbatang, komunikasi, lobi, diplomasi, dan jaringan sebatas Aceh Tengah atau Aceh/mesti punya jaringan yang luas dan kuat nasional dan bahkan global).

Terobosan terhadap daerahnya dengan jalan, memperbaiki kembali (reinvent) mental dan karakter bawahan, dan perbaikan kelembagaan secara menyeluruh. Tipologi kepala daerah semacam ini mampu jadi pengungkit penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses, dan nilai-nilai kedaerahan (local wisdom) agar lebih baik dan lebih relevan.

Responsiveness artinya tanggap, respons, terhadap apa yang diinginkan masyarakatnya. Apa yang tidak diinginkan oleh masyarakatnya, sepanjang menuju kebaikan.

Tidak sebatas memikirkan diri, keluarga, kampung, kelompok, tim sukses atau partai pendukungnya. Karena, saat terpilih, tidak ada lagi bupati kelompok tertentu, tapi sudah jadi pemimpin masyarakat secara keseluruhan. Mesti adil dan berpikir untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Genap si nge munge, agih si belem.

Assurance, artinya melindungi masyarakat dari sesuatu yang sering, bahkan pasti terjadi, seperti bencana alam dan kesehatan, bahkan sampai kematian.

Ada langkah, tindakan nyata yang diambil, gere ongot pelin. Empathy artinya kepala daerah dengan kemampuan mengajak orang lain menciptakan keinginan untuk menolong sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, serta mengetahui apa yang orang lain rasakan.

Keempat

Memilih kepala daerah bukan berdasarkan urang UKEN atau urang TOA (enti men uken toa), melainkan berdasarkan kualitas yang dimilikinya.

Memilih yang terbaik untuk kemajuan daerah. Daerah, masyarakat, bahkan negara lain sudah jauh maju di depan, kite galip uken toa kin bahasen; wan tempeh si ara ni ilen.

Misalnya, kapabilitas, menunjukkan kemampuan diri kandidat, baik intelektual maupun moral, yang dapat dilihat dari catatan rekam jejak (track record) pendidikannya, sikap dan perilakunya serta karya, prestasi dan kontribusinya selama ini. Pemimpin yang baik tidak akan muncul tiba-tiba, tetapi melalui proses yang panjang.

Aksestabilitas, menunjukkan tingkat penerimaan pengikut terhadap kehadiran pemimpin yang terlihat dari dukungan yang bisa dilihat. Kompatibilitas, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dari pemerintah tingkat atasnya dan mengakomodasikan kebijakan dari pemerintah tingkat bawahnya, maupun tuntutan dari pengikutnya.

Kelima

Bisa menjadi pertimbangan dengan mengadopsi falsafah mencari jodoh dalam perkawinan. Ini mencari “jodoh” untuk memimpin, yaitu bibit, bobot, bebet. Bibit, memiliki makna biji, sama dengan orang menanam tanaman, harapannya akan muncul kepala daerah yang berkualitas. Bobot, memiliki makna kualitas pribadi baik sikap dan perilaku juga intelektual serta berpendidikan. Bebet, memiliki makna garis keturunan.

Dalam menanti kepala daerah yang ideal, peran dari pada calon pemilih sangat menentukan kepala daerah yang berkualitas.

Enti salah pilih dan milih kena sen/penosah ni jema, gere sekidah pe we ya. Gelah beramal tidur nipi jege mi kite ni. Genap si nge munge, agih si belem. Gelah si timang beret, si juel murege mi kite pilih. Keti maju daerahte ni, maju masyarakat te ni, nguk maju anak kumpu keturunente ku arap so.[]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.