Catatan Muhammad Syukri
Partai politik (Parpol) sejatinya semacam kawah “candradimuka.” Tempat para anggotanya dilatih menjadi kader dengan berbagai kualifikasi.
Ada yang dilatih sebagai bakal calon anggota legislatif, atau sebagai bakal calon kepala daerah, sebagai orator dan agitator, bahkan sebagai administrator partai.
Di era Orba, Parpol di daerah sering menyelenggarakan sekolah kader bagi anggota partainya. Memasuki era reformasi, keberadaan kader bahkan terabaikan.
Lihat saja seorang tokoh politik yang sebelumnya berada di partai X, tetiba dalam Pemilu berikutnya sudah lompat pagar ke partai Y.
Kenapa kondisi itu bisa terjadi? Karena pemahaman terhadap ideologi partainya tidak kuat, sehingga partai politik dianggap sebagai batu loncatan untuk meraih jabatan politik.
Apa dampaknya? Sewaktu pengisian jabatan politik tertentu, misalnya kepala daerah, Parpol seolah-olah tidak memiliki kader yang berkualifikasi tokoh.
Fakta itulah yang sedang terjadi di Aceh Tengah. Buktinya beberapa Parpol, tak terkecuali Parpol pemenang Pemilu, sedang membuka penjaringan bakal calon kepala daerah.
Apakah mereka tidak menyiapkan kader untuk jabatan politik itu? Pertanyaan tetsebut mengisi kepala setiap orang di daerah ini.
“Koq peraih kursi terbanyak di DPRK Aceh Tengah harus mencari tokoh dari luar partainya?” Begitu bisik-bisik yang terdengar.
Masyarakat mulai skeptis. Jangan-jangan Parpol di Aceh Tengah memang sedang mengalami krisis tokoh. Sungguh kasihan kalau itu terjadi.
Kenapa kasihan? Artinya fungsi Parpol itu belum berjalan sebagaimana mestinya.
Seharusnya, sebagaimana ditegaskan dalam pasal 11 (angka 5) UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik bahwa fungsi Parpol sebagai sarana rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
Rekrutmen itu bukan kapan butuh, saat itu dicari. Tetapi harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum kontestasi pengisian jabatan politik dimulai.
Dengan begitu, sang tokoh sempat dimatangkan di sekolah kader sampai mereka paham tentang ideologi partai. Bak kata pribahasa, sedia payung sebelum hujan. []