Oleh : Fauzan Azima*
Masyarakat mengkiaskan orang kaya dengan sebutan “naga.” Pada jenjang nasional ada sebutan “sembilan naga” dan di negeri kita orang-orang menamakan dengan istilah “tiga naga.”
”Sembilan naga” itu adalah Robert Budi Hartono (perusahaan rokok Djarum), Anthoni Salim (Salim Group), Tomy Winata (Artha Graha Group), Rusdi Kirana (Pemilik Lion Air), Sofjan Wanandi (Gemala Group), Jacob Soetoyo (Pemilik Surya Citra Media), James Riady (Lippo Group), Edward Soeryadjaya (Pendiri Astra Internasional) dan Dato Sri Taher (Mayapada Group).
“Tiga naga” di kampung halaman kita memang tidak bisa dibandingkan dengan “sembilan naga.” Tapi pengaruh dan relasinya cukup signifikan di Tanoh Gayo ini. Mereka adalah Sona Lisdi Hakim (CV. Tuah Miko), Mugie (Owner Kostel 813) dan Andi Irham (PT. Fisafa ikhtieri cipta). Kita juga bersyukur punya crazy rich Aceh, Shella Saukia.
Ketika kita melisankan “sembilan naga” atau “tiga naga” dengan maksud menunjukkan rasa iri dan benci, sesungguhnya sadar atau tidak sadar kita telah mendeclair diri sebagai “cacing” sebab mengecilkan orang sama saja dengan mengkerdilkan diri sendiri.
Sebagai langkah bijak adalah dengan membaca detail riwayat hidup pribadi para “naga” dan crazy rich itu. Jangan kita baca mereka hari ini yang bergelimang harta dan punya pengaruh kuat di dalam pemerintahan, tetapi usaha yang mereka rintis sudah sejak lama mereka lakoni dengan penuh keringat dan air mata.
Sebagai mana alam semesta beserta isinya adalah energi. Begitupun dengan uang adalah energi. Alam semesta tidak faham dengan bahasa kita, tapi akan tertarik ke dalam energi manusia yang tingkatan energinya yang lebih tinggi.
Manusia berenergi tinggi dalam menarik uang apabila pada dirinya diliputi prilaku rasa syukur, kebahagiaan, kedamaian, gembira, cinta kasih dan optimis. Ke-enam perbuatan manusia di atas disebut sebagai energi uang.
Sona Lisdi Hakim, Mugie, Andi Irham dan Shella Saukia hidup dan kehidupannya telah selaras dengan energi uang, kekayaan dan relasi. Kita perlu belajar dari mereka untuk bisa konstan dalam memelihara energi positif yang berkelimpahan itu.
Orang atau keluarga yang konsisten memelihara energi uang tidak perlu kerja dari pagi sampai petang untuk mengais rezeki. Orang berenergi uang, pasti akan dikejar uang secara ajaib dan menyenangkan dari sumber yang terduga maupun yang tidak terduga.
Dengan demikian berhentilah membenci orang kaya dan berfikir negatif tentang asal usul kekayaannya. Berfikir negatif sama dengan menutup diri dari keberlimpahan uang dan kekayaan lainnya.
Kalau ingin kaya, wajib hukumnya menjauhi prasangka buruk, baik terhadap Allah SWT, kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Bukankah Allah akan mengembalikan sesuatu menurut sangkaan kita. Kalau prasangka buruk, maka kejelekan yang kita dapat. Sebaliknya kalau berprasangka baik, maka kita akan menuai keberuntungan.
Dalam sebuah hadis qudsi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Allah berfirman sebagai berikut:”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (H.R.Tabrani dan Ibnu Hibban).”
Kita berharap negeri kita ada seribu Sona Lisdi Hakim, Seribu Mugie, Seribu Andi Irham dan seribu Shella Saukia. Artinya negeri kita telah punya empat ribu orang kaya. Seterusnya mereka akan bahu membahu untuk kaya bersama yang berkomitmen untuk mendukung dan mendorong orang yang belum beruntung secara ekonomi menjadi orang kaya.
Akhirnya, mari kita doakan orang-orang kaya semakin kaya supaya kita kecipratan kaya. Seperti membaca sholawat, hakekatnya bukan untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW yang memang sudah tinggi dan mulia, tetapi untuk memuliakan diri kita di hadapan Allah SWT.
(Mendale, April 16, 2024)