Dengan Squad Pincang, Indonesia Bantai Vietnam 3 – 0 di Kandang Lawan

oleh
Pemain Timnas, Marselino Ferdinan tengah berduel dengan pemain Vietnam. (Foto : PSSI)

Oleh : Win Wan Nur*

Berakhir sudah pertandingan game keempat kualifikasi piala dunia 2026, Grup D Zona Asia yang mempertemukan Vietnam dan Indonesia di stadion My Dinh, Hanoi.

Hasilnya sudah kita ketahui bersama, 3 – 0 untuk kemenangan Indonesia, copy paste dengan hasil yang diperoleh Indonesia dalam kemenangan terakhir kita di kandang Vietnam, 20 tahun yang lalu di ajang AFF 2004.

Saat itu Indonesia yang ditukangi Peter Withe, membantai Vietnam yang ketika itu dilatih oleh salah seorang pelatih legendaris Indonesia, Alfred Riedel.

Ketika itu gol-gol Indonesia dicetak oleh Mauly Lessi, Boaz Salossa dan Ilham Jayakesuma.

Kali ini skor identik kembali tercipta, melalui sundulan Jay Idzes, pemain kesayangan baru fans sepakbola Indonesia yang digelari Jayadi.

Jay Idzes, menciptakan gol di pertandingan keduanya bersama Indonesia ini setelah memanfaatkan umpan dari tendangan sudut yang dieksekusi oleh pemain keturunan terbaru kita, Thom Haye yang digelari oleh fans sepakbola Indonesia sebagai Professor Toha.

Selebrasi Gol Para Pemain Timnas Indonesa. (Foto : PSSI)

Gol kedua diciptakan oleh Ragnar Oratmangoen, yang baru pertama kali tampil membela Indonesia. Pemain yang mendapat panggilan Wak Haji ini, mencetak gol dari sudut sempit.

Lalu gol ketiga, diciptakan oleh Ramadhan Sananta, yang juga diawali skema tendangan sudut yang dieksekusi Prof Toha.

Gol yang membunuh upaya Vietnam dalam mengejar ketertinggalan ini, menjadi unik karena diciptakan dalam bulan Ramadhan, oleh pemain bernama Ramadhan.

Menjadi lebih spesial, karena sebelum pertandingan, Vietnam yang sejak kekalahan di Jakarta mulai jatuh mental, menggunakan segala cara dalam usaha meredam Indonesia salah satunya menggunakan cara klenik alias perdukunan yang identik dengan bersekutu dengan setan.

Sementara kita sebagai orang Islam, percaya kalau setan itu dirantai selama bulan Ramadhan, seolah mempertegas keyakinan itu, cara yang kita yakini adalah bersekutu dengan setan yang dilakukan Vietnam ini benar-benar gagal meredam Indonesia dan untuk lebih meyakinkan, goal yang membunuh pertandingan ini diciptakan oleh pemain bernama RAMADHAN.

Kemenangan ini terasa semakin manis, karena sejatinya Indonesia datang bertandang ke Vietnam dengan squad yang timpang, Indonesia dihantam badai cedera dan demam yang menimpa para pemain penting yang membawa Indonesia mengalahkan Vietnam di leg 1 di Jakarta.

Seluruh pemain naturalisasi gelombang pertama, plus Elkan Baggot, tak ada yang bisa dibawa.

Jordi Amat, Shayne Pattynama dan Elkan Baggot, sudah tidak masuk tim sejak di Jakarta karena cedera.

Kemudian Sandy Walsh terkena hukuman dua kali kartu kuning, Ivar Jenner menderita demam demikian pula Rafael Struick, meski kemudian kondisinya membaik dan diterbangkan ke Hanoi, tapi dia tidak sepenuhnya fit dan akhirnya tidak diturunkan sama sekali.

Justin Hubner juga meragukan, tapi akhirnya tetap diturunkan meski kalau dilihat dari penampilannya di lapangan, dia masih terlihat kurang fit. Penampilannya tidak segarang pada pertandingan-pertandingan sebelumnya.

Dan tambahan lagi, Arhan, pemain Indonesia yang paling ditakuti Vietnam, juga ikut terserang demam sehingga, Indonesia kehilangan variasi serangan.

Ketika pertandingan dimulai, Vietnam langsung mengambil inisiatif serangan. Berbeda dengan pertandingan di Jakarta yang mana mereka tak berhasil membuat satupun tendangan ke gawang.

Kali ini di awal-awal babak pertama, mereka sudah menguji kemampuan pertahanan Indonesia dengan satu tendangan tepat ke gawang, untungnya penjaga gawang Indonesia yang kali ini ditempati penjaga gawang utama, Ernando Ari Sutaryadi, yang khusus didatangkan karena badai cedera dan demam yang menimpa kiper-kiper sebelumnya. Tampil cemerlang mematahkan setiap ancaman yang datang ke gawangnya.

Meski Thom Haye dan Ragnar, dua pemain baru ini tampil luar biasa, tapi ketiadaan Ivar Jenner di lini tengah sangat terasa. Lini belakang dan depan seperti kehilangan penyambungnya.

Pemain Vietnam juga leluasa masuk ke pertahanan Indonesia, dan hasilnya Indonesia pun mendapat serangan beruntun 7 hari 7 malam.

Untungnya, solidnya pertahanan Indonesia dan dipadukan dengan lemahnya penyelesaian akhir Vietnam, membuat gawang Indonesia tetap perawan.

Skor di papan pertandingan tak berubah, tetap 3 – 0 untuk kemenangan Indonesia sampai peluit akhir dibunyikan.

Ini artinya, Indonesia menambah 3 poin dan kukuh di posisi kedua klasemen, di bawah Irak yang kembali meraih hasil sempurna setelah mencukur gundul Filipina yang bertindak sebagai tuan rumah.

Hasil ini juga tidak mengubah posisi Vietnam yang bertahan dengan poin tiga hasil kemenangan lawan Filipina dan Filipina sendiri semakin terbenam di dasar klasemen.

Situasi ini tentu saja memperlebar peluang Indonesia untuk lolos ke ronde ketiga Pra Piala Dunia Zona Asia yang juga artinya lolos ke Piala Asia tanpa melalui proses kualifikasi.

Sekarang Indonesia tinggal menunggu dua pertandingan berikutnya yang akan berlangsung di kandang sendiri, melawan Filipina dan Irak pada bulan Juni nanti.

Saat itu, semoga proses naturalisasi Marteen Paes yang berposisi sebagai kiper sudah selesai dan pada saat itu pula kita akan sama-sama menyaksikan, apakah Indonesia memang sudah layak bersaing dengan tim-tim elit Asia, atau sebenarnya ini hanya euforia sesaat karena sebenarnya kemampuan kita masih sebatas bersaing dengan sesama negara Asia Tenggara. []

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.