Oleh ; Sadikin*
Keindahan ekosistem Danau Lut Tawar merupakan anugerah Allah SWT bagi umat manusia, khususnya masyarakat Gayo. Sebagian menyebutnya dengan istilah sekeping tanah surga.
Disamping menyejukkan mata, Danau Lut Tawar menjadi saksi bisu sejarah, peradaban dan legenda yang ceritanya bisa dijadikan hikmah untuk hidup dan kehidupan masyarakat Gayo.
Danau Lut Tawar juga menjadi sarang berkembang biaknya ikan depik. Satwa indemik itu punya cerita yang agung sebagai mana dituturkan orang tua secara turun temurun sejak dahulu kala. Begitupun ikan kawan, keperas tue dan jejolong.
Ikan-ikan yang khas itu semula hidup rukun dan damai. Kehadirannya seperti nuansa alam yang tertata apik. Kedamaian itu tidak berlangsung lama. Kemudian tangan-tangan jahil menabur benih satwa predator, ikan graskap ke danau kebanggaan orang Gayo itu.
Kini ikan-ikan graskap telah tumbuh dewasa. Kemunculan ikan kanibal itu merusak ketenangan rumah tangga ikan endemik. Sontak aksi ikan graskap menghebohkan penduduk di sekitar Danau Lut Tawar.
Ikan graskap telah berkuasa seenak perutnya. Perilakunya mirip gerakan yajud Majud. Tidak saja memangsa sesama satwa sejenis, lebih parah lagi, merusak biota Lut Tawar.
Di laut lepas Graskap diibaratkan ikan kakap atau hiu bermulut besar, bebas berenang memburu makanannya ikan teri yang diistilahkan sebagai ikan depik Lut Tawar. Kehadiran pendatang ikan Graskap mengkhawatirkan pribumi ikan depik.
Style graskap tidak beda dengan penjabat di daerah kami yang dijuluki sebagai negeri di atas awan. Kehadirannya sekedar mengambil keuntungan dari anggaran daerah dan investasi pengusaha besar selama menjadi penjabat. Setidaknya dia berkuasa dan bebas berbuat semaunya sampai awal tahun 2025.
Nasib pribumi seperti ikan depik. Ketakutan dan ditakut-takuti orang pribumi sendiri yang bertindak sebagai “tukang tilok” dari tuannya seorang penjabat yang cuek dengan kondisi daerah.
Pribumi meringkuk seperti tikus tersiram air madu. Mereka hanya bisa bengong melihat tindakan penjabat dan kroninya yang rakus di negerinya sendiri.
*Penulis adalah Ketua Umum Aliansi Masyarakat Gayo (AMG)