Jadi Tim Sukses Jangan Merasa Paling Menderita

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

“Kambing, hidup saya sangat menderita, setiap pagi tugas saya hanya bertelur, tetapi tidak pernah dinafkahi,” kata ayam petelur kepada kambing etawa tetangganya.

“Hey Ayam, penderitaanmu tidak seberapa dibandingkan saya, asal kamu tahu, setiap pagi dan sore hari susu saya selalu diperas, tapi tidak pernah dinikahi” jawab kambing penuh emosi.

Demikian cerita seorang kawan yang berakhir dengan gelak tawa. Di ujung tawa, hikmah yang bisa dipetik dari cerita di atas, kita yang mengobral diri paling menderita, kenyataannya banyak orang lain lebih menderita dibandingkan kita.

Tidak lama lagi, tepatnya tanggal 14 Pebruari 2024 mendatang, tim sukses pasangan presiden dan wakil Presiden maupun legislatif, khususnya tim kontestan yang menang, tidak sedikit yang akan membangun cerita bahwa dirinyalah yang paling menderita memperjuangkan kandidatnya.

Tujuan dari membangun opini cari perhatian itu agar diprioritaskan dalam segala keberuntungan yang diprogramkan para kandidat. Masalahnya kalau benar berjuang bisa diterima, tapi jika tidak, apalagi main dua kaki. Tentu mereka itulah yang masuk dalam golongan orang munafik.

Kenyataan itu akan berlaku. Tim sukses akan saling bercerita soal deritanya berjuang. Siapa yang bersuara keras dan ngotot akan membuat banyak kandidat yang tertipu. Di sinilah bermula punca perpecahan antara kandidat dan tim suksesnya.

Semula mereka akan membangun cita-cita keberhasilan bersama. Sayangnya, diakhir cerita kandidat menang akan meninggalkan tim suksesnya. Secara ekonomi kandidat barangkali diuntungkan karena tidak perlu berbagi rizki. Tapi secara moral dia akan jatuh.

Tim sukses harus pandai mengukur diri. Jangan licik. Ambil porsi sesuai menurut pengorbanan. Tidak berlebihan membangun cerita. Pun demikian kandidat menang harus juga cerdas membaca tim suksesnya. Perlu ketegasan menempatkan tim sukses menurut porsinya. Waspadai pembual dan penjilat yang merusak hubungan konsituen.

Saya pribadi, setiap orang yang mengeluhkan hidupnya dan menceritakan deritaannya, saya teringat kepada cerita ayam dan kambing tadi. Kok bisa begitu, ya?

(Mendale, Pebruari 12, 2024)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.