Oleh : Prof. Dr. Lukman Hakim A.Wahab, M.Ag*
Merebos udara dingin yang menusuk tulang, melewati hamparan perkebunan kopi yang membentang subuh itu kami memutuskan untuk shalat berjamaah di Masjid Agung Baitussalam Bener Meriah.
Bagai kami sebagai pendatang, agak sedikit terkejut saat wudhu’ menyentuh air dataran tinggi yang terasa begitu dingin menyengat.
Sesaat memasuki masjid agung kabupaten itu, aura kemegahan begitu kentara meskipun terlihat memang pembangunannya belum sepenuhnya rampung.
Mesjid itu terlihat indah dan mewah cukup mewakili kemakmuran dan suburnya tanah Bener Meriah, yang saat itu masyarakatnya sedang dalam masa panen kopi.
Namun sayangnya kuantitas jamaah yang memakmurkannya belum serasi dengan luas dan kemegahan masjid agung ini.
Sesaat setelah kami melaksanakan shalat sunat tahiyatul masjid, kemudian terlihat seorang muazzin berjubah rapi mengumandangkan azan dengan fasih dan merdu.
Salah seorang jamaah tetap yang menemani riset kami di sana tiba-menghampiri kami dan membisikkan bahwa sang muazzin yang sedang melantunkan azan itu adalah Drs. Haili Yoga, M.Si Bupati Bener Meriah.
Jamaah tadi juga menyampaikan kepada kami bahwa sang bupati selalu hadir di setiap subuh untuk menjadi muazzin di sana selama beliau tidak sedang berdinas keluar dari Bener Meriah.
Lantunan azan sang muazin seakan menjadi penanda bahwa bupati sedang berada di daerah, dan siapa saja yang berkepentingan bertemu beliau dapat menjumpainya di Masjid Agung Baitussalam.
Pengalaman melihat sendiri seorang bupati yang sedia mengumandangkan azan, ditambah testimoni jamaah tentang kebiasaannya itu tentunya membuat kami terperanjat kagum.
Bagaimana tidak, sudah banyak daerah yang kami kunjungi belum pernah menemukan kenyataan bahwa ada seorang pimpinan wilayah baik dari tingkat desa, kecamatan dan kebupaten yang menyempatkan diri menjadi muazzin.
Kami merasa bahwa sosok bupati yang menjadi muazzin adalah pribadi yang langka. Spontan kami sempat membayangkan bahwa betapa akan sangat mengesankan jika semua pemimpin di daerah-daerah lain juga melakukan hal yang sama
Kumandang Azan dan Tanggung Jawab Seorang Pemimpin
Beranjak dari rasa penasaran dan kagum dengan sosok muazzin ini kemudian kami memutuskan untuk mencoba berkenalan dengan beliau setelah shalat subuh usai.
Dari perkenalan itu, meskipun kami hanya musafir riset yang singgah sesaat tapi dapat merasakan bahwa beliau adalah sosok yang ramah, bersahaja dan juga punya selera humor.
Dengan penuh kemuliaan sang bupati kemudian mengajak kami untuk bergabung dalam majelis ngopi bersama bakda subuh. Kegiatan ngopi bersama antara bupati dan beberapa jamaah pengurus masjid ini terlihat begitu akrab dan penuh kekeluargaan.
Menurut pengakuan sang bupati kebersaman itu mereka lakukan setiap hari setelah salat subuh yang di sana mereka dapat mendiskusikan hal-hal terkait pengembangan masjid dan kegiatan sosial keagamaan lainnya.
Dalam pertemuan yang singkat itu, sembari menyeruput secangkir bapak bupati sempat menyampaikan beberapa hal tentang keinginan dan azamnya untuk peningkatan spritualitas masyarakat Bener Meriah.
Menurutnya tidak ada cara lain untuk mensyukuri kesuburan dan kemakmuran tahan Bener Meriah dengan hasil pertanian yang melimpah ruah selain mengajak masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Panggilan azan yang selalu dikumandangkan beliau anggap sebagai tanggung jawab seorang pemimpin untuk membangunkan masyarakatnya untuk memulai hari-hari mereka dengan shalat berjamaah.
Setelah menjalankan shalat berjamah itu baru masyarakat bersiap-siap untuk berkebun dan kerja-kerja lainnya untuk mendapatkan rizki yang halal dan penuh berkah.
Lantunan azan sang bupati ini menjadi simbol seruan seorang pemimpin mengajak masyarakatnya bersimpuh bersyukur atas nikmat-nikmat yang Allah berikan. Bagi beliau tidak ada sosok lain yang paling bertanggung jawab menyeru masyarakat ke jalan Allah.
Tidak ada suara lain yang lebih indah diperdengarkan kepada masyarakat mengawali hari mereka selain suara azan.
Menurut beliau kebiasaannya menjadi muazzin ini kemudian sudah menjadi semacam kegemaran dan gaya hidup, sehingga kemanapun beliau hadir dimasjid akan senantiasa mengumandangkan azan.
Beliau juga menyampaikan bahwa pernah beberapa kali menjadi muazzin di Masjid Haji Keuchik Leumik ketika datang ke Banda Aceh.
Bahkan menurut informasi yang disampaikan Prof. Fauzi Saleh yang menjadi pembimbing haji pada tahun 2023 bahwa Bapak Bupati Drs. Haili Yoga, M.Si bahkan sering menjadi muazzin bagi rombongan jamaah haji saat berada di tanah suci.
Pembanguan Berbasis Al-Quran
Kebiasaan bapak bupati ini menjadi muazzin ternyata bukan terjadi begitu saja, tapi sudah menjadi kebiasaannya semenjak kecil.
Semenjak remaja beliau sudah sering mengikuti musabaqah azan dan al-Quran dalam berbagai tingkatannya. Kebiasaan yang telah terpupuk lama inilah yang kemudian beliau lanjutkan dan ejawantahkan dalam kegiatan sosial keagamaan saat beliau menjadi bupati saat ini.
Ada semacam keinginan kuat bapak bupati dalam menjalankan tugasnya sebagai bupati agar masyarakatnya dekat dengan al-Quran.
Azan inilah yang kemudian melahirkan kebijakan yang beroritasi pada al-Quran seperti: Program Gemar Membaca Al-Quran dan Program Gampong Qurani.
Program Gemar Membaca Al-Quran ini diperuntukkan bagi semua perangkat kerja di bawah kepemimpinannya termasuk para kepala dinas dan jajarannnya, para camat, geuchik, guru dan bahkan masyarakat umum.
Untuk memotivasi agar Program Gemar Membaca Al-Quran ini berjalan baik maka bapak bupati akan memberikan penghargaan kepada orang yang paling banyak membaca al-Quran pada jenjangnya masing- masing.
Sehingga nantinya akan ada beberapa kategori penghargaan, misalnya kategori kepala dinas, camat, pegawai, kepala desa, guru dan lain. Untuk penentuan siapa yang berhak mendapatkan penghargaan ini berdasarkan laporan bulanan tentang berapa bagian dari al-Quran yang telah mereka baca.
Progres ini langsung terhubung ke hanphone bupati, dan sempat pula beliau tunjukkan kepada kami dari layar whatsapnya.
Saat ini beliau juga sedang menggerakkan satu program yang sebut sebagai Program Gampong Qur’ani. Melalui program ini beliau ini ingin mengerakkan kembali kesadaran masyarakat untuk membaca, menghafal dan memahami al-Quran untuk seluruh kampung yang ada dalam wilayah Kabupaten Bener Meriah.
Menurut beliau dengan cara kembali kepada Al-Quran inilah masyarakat akan terhindar dari “stunting”. Stunting menurut itu tidah hanya dipahami sebagai penyakit fisik tetapi juga penyakit psikis, seperti tidak nyambung jiwanya ketika diseru kepada kebaikan dan kebenaran. Inilah hakikat stunting yang sebenarnya.
Melalui tulisan ini penulis menganggap bahwa kebiasaan dan gerakan qurani yang dilakukan oleh Pj Bupati Drs. Haili Yoga, M.Si adalah sebuah teladan yang layak menginspirasi setiap pemimpin dari daerah lain.
Bahwa pembangunan yang harus digalakkan itu tidak hanya diorientasikan pada persoalan fisik semata, tetapi perlu juga membangun kembali kesadaran masyarakat untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik.
Karena hakikat tanggung jawab seorang pemimpin adalah menakhodai masyarakatnya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Wallahu’alam bis shawaf…!
*Dosen Teologi Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh. Peneliti pada Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM ) Prov. Aceh