Oleh : Kenara Seni*
“Melintas sungai menapaki bukit serta menyirip tebing curam terjal seakan alam menyiapkan persyaratan wajib bagi para “penebuk”. Artinya secara alami, alam sudah menjaga keseimbangannya sendiri, dengan memberikan tantangan bagi warga membuka hutan untuk menjadikan kebun kopi arabika.
Bahkan istilah nebuk sudah menjalar ke jantung rakyat Gayo sebagai tenaga dalam menggerakkan urat nadi perekonomian masyarakat.
Uten betene belang bepancang, falsafah Gayo menjadi inspirasi bagi pengulu uten untuk mematri para calon petani dan kearifan lokal yang dimiliki sangat memperhatikan sisi penyelamatan lingkungan.
Naluri Pengulu Uten yang multi dimensi, mampu menentukan wilayah yang layak untuk di jadikan lahan perkebunan. Demikian sebaliknya, ada wilayah tertentu tidak boleh dijamah oleh manusia apalagi dijadikan perkebunan.
Kejadian ganjil diluar nalar sering mewarnai saat prosesi pembukaan lahan misal, para calon petani di ganggu makhluk astral yang menampakan sosok wanita tua yang diiringi tetabuhan gemuruh, bahkan saat waktu tertentu terlihat melintas kedatangan makhluk aneh seperti harimau berkaki tiga.
Dahsyatnya serangan bisa terjadi seperti kecelakaan tertimpa pohon. munculnya penyakit aneh, apabila di diagnosa tidak ditemukan penyakit. Dan gangguan hama seperti gajah, monyet, babi hutan dan hewan buas lainnya.
Kejadian unik di negeri Gayo, apabila suatu wilayah dikotori sikap jahiliyah maka tak segan-segan alam bereaksi dengan mengirimkan banjir bandang, longsor bahkan di wilayah itu terjadi penurunan produksi kopi (frost istilah Brazil) dan (Maram istilah Gayo).
Untuk kewaspadaan, Pengulu Uten mengucapkan ungkapan bahasa Gayo sepertiĀ “enti riyee uten ini” seakan sinyal ini mengingatkan setiap kata hati, ucapan dan langkah perlu di jaga untuk mematuhi rambu-rambu kewajaran. Bahkan apabila terjadi pelanggaran hal buruk bisa terjadi.
Fenomena keretakan manusia dan kebun kopinya sudah mulai tampak, dahulu 1 hektare kebun kopi bisa menghidupi 1 keluarga dan sukses menunaikan ibadah haji bahkan masih bisa menyekolahkan anak-anak nya. Tetapi sekarang terjadi sebaliknya, 1 petani kopi Arabika memiliki 2 atau lebih tokenya.
Tertulis sebait kalimat, agar hidupmu tak gagal jika dekat alam, maka makan dan tidurlah pada pelukannya. Sebuah makna keseimbangan bahwa alam dan manusia adalah sepasang hidup dan kehidupan.
Mulai dari bentangan pegunungan, tertata barisan kopi Arabika di pagari hamparan hutan, hingga lautan biru, semua tampak memesona di saat lentik jari manis anak cucu meracik secangkir espresso untuk ama nya.
(Pantan Terong, 6 Desember 2023)