Oleh : Kenara Seni*
Ahli berkata, majunya sebuah bangsa bila masyarakat menghargai budaya. Jelas budaya salah satu tolok ukur perkembangan peradaban itu.
Situasi budaya Gayo yang tersebar di 5 kabupaten di Provinsi Aceh, sudah terbentuk asimilasi budaya baru yang relevan serta beriringan siaran langsung (live) proses kehilangan beberapa bagian budaya itu sendiri.
Bahasa Gayo salah satu produk budaya saat ini menuju kepunahan. Situasi itu dipercepat dengan generasi apatis dan belum muncul sinyal regulasi penyelematan.
Tidak tertutup kemungkinan bahasa Gayo ke depan hanya akan menjadi dongeng penghantar tidur bahkan temuan baru bagi tim arkeologi karena sudah menjadi mumi.
Masyarakat Gayo memiliki karakteristik unik dan toleran terhadap perubahan, hal ini juga menjadi pemicu degradasi budaya itu sendiri.
Ide Gayo Serumpun yang pernah dinarasikan beberapa tokoh Gayo dianggap relevan sebagai bahan kajian dan solusi untuk di angkat ke layar lebar.
Sentuhan interpretasi dan imajinasi grand design kekinian sangat diperlukan, embrio revolusioner itu masih di rahim Ine kandung, negeri Linge sangat representatif menjadi tuan rumah sambil menunggu kelahiran wujud itu.
Jerit lengking kegelisahan hinggap di alam mimpi anak negeri. Pembicaraan itu alot terkadang hanya menjadi hembusan angin merebak kemana ia suka.
Meraih mimpi dan menggapai cita menjadi sia sia karena mungkin di Lauh Mahfudz belum ada tercatat ketetapan.
Apalah artinya cinta bila hidupmu penuh keresahan jiwa, kasih sayang masih terserak hingga kau tak ingat pulang. Disaat rindu ingin pulang kampung dan mencari jati dirimu. Disaat itu pula harta dan jabatan tak bernilai.
Disaat sisa umur, alangkah indahnya bercengkrama bercerita ditemani anak cucu di Tanoh tembuni.
(Pantan Terong, 13 Nopember 2023)