Pak Wahid Orang Jujur

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Seperti yang pernah saya tulis berulang-ulang, tingkat kehilang-ingatan kita sudah mencapai titik puncak tertinggi.

Ibarat telur ayam pada tiap butirnya kita tulis dengan angka satu, dua dan tiga. Lalu kita pecahkan dan aduk-aduk dalam satu wadah. Sehingga kita tidak tahu lagi manakah telur satu, dua dan tiga. Demikianlah kita sudah jauhnya dari tauhid atau tahu diri.

Dulu, untuk mengembalikan ingatan kita dengan belajar dan mengamalkan kitab Insan Kamil. Inti dari isi kitab itu; tidak ada kebencian walau sedebu, tidak ada kesombongan walau sedebu dan kasih sayang terhadap semua makhluk.

Kini di kalangan masyarakat kitab Insan Kamil telah menjadi kontroversi dan gampang sekali satu pihak dan lainnya saling membid’ahkan.

Satu kitab atau apapun namanya yang bersifat tuntunan hidup kalau sudah diperdebatkan bermakna kitab atau tuntunan itu sudah akan mulai kadaluarsa.

Begitulah cara orang-orang tua untuk menunjukkan atau menggeser suatu ajaran supaya kita harus pandai-pandai mengelola kecerdasan.

Setelah kitab Insan Kamil mulai ditinggalkan. Kini beralih kepada kitab Bako atau kitab jalan-jalan. Inti dari ajaran kitab tersebut adalah kalau ingin dikembalikan ingatan yang sempurna harus jujur.

Jujur merupakan satu kata yang mudah dibaca dan difahami maknanya, namun sangat sulit dilaksanakan.

Sekarang kita hidup di zaman kaliyuga. Ciri-cirinya; umur manusia pendek, kejahatan berkedok kebaikan, penjahat pura-pura baik dan bertebaran para bandit bertopeng agama dan spitualisme.

Di negeri kita, sangat sedikit orang jujur. Satu di antaranya adalah Anggota Provost Satpol PP, Pak Wahid.

Ketika terjadi kudeta upacara penurunan bendera merah putih pada 17 Agustus 2023 lalu, sungguh Pak Wahid telah berlaku jujur.

“Ketika PJ Bupati datang, saya yang menutup pintu gerbang kantor bupati atas perintah Pak Rahmad,” tegasnya kepada beberapa wartawan.

Selanjutnya pembaca dengan mudah bisa menebak. Seorang Rahmad tentu saja hanya bisa sami’na waata’na atas perintah atasannya. Dengan begitu jangan pernah menyalahkan Rahmad.

Akhirnya, sekali lagi jujur itu penting, bukan saja untuk mengungkap kebenaran, tetapi mengembalikan ingatan kita supaya tahu diri atau tauhid.

(Mendale, Oktober 2, 2023)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.