Oleh : Rizkan Abqa, S.M.,MM*
Begitu kerasnya hidup di alam dunia karena banyak hiruk pikuk duniawi yang berupa harta benda, pangkat golongan dan jabatan, aneka macam makanan, dan sebagainya, itu semua terkadang bahkan kerap menghalangi kita untuk beribadah kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Jika seorang putra Adam memiliki lembah yang penuh emas, dia ingin memiliki dua. Tidak ada yang bisa mengisi mulutnya kecuali bumi (kuburan). Allah membalas dengan rahmat kepada dia yang berpaling kepada-Nya dalam penyesalan ”. (Al-Bukhari dan Muslim). Sementara itu, Allah SWT berfirman:
Artinya : “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” (QS. Al-Hadid 57:20)
Keadaan tersebut benar-benar menggambarkan realitas kehidupan dengan bermegah-megahan secara material dan nikmat duniawi, sehingga mereka cenderung terhadap persaingan, dan kesombongan atas kekayaan dan anak-anak. Manusia disibukkan dengan keuntungan dunia sampai kematian datang menimpa mereka.
Allah SWT menjelaskan kepada manusia bahwa kehidupan dan kesenangan dunia hanyalah seperti mainan dan sesuatu yang lucu, sebagai bahan tertawaan dan perhiasan untuk melengkapi dandanan mereka.
Lebih lanjut, para penghuni dunia berbangga-bangga dengan harta dan keturunan yang dianugerahkan kepadanya. Padahal dunia sifatnya sementara dan hanya berlangsung beberapa saat lalu hilang lenyap dan berakhirlah wujudnya.
Allah SWT mengibaratkan keadaan tersebut seperti bumi yang terkena hujan lebat lalu menumbuhkan tanaman-tanaman yang mengagumkan para petani dan membuat mereka riang dan gembira. Kemudian, berubah menjadi kering dan layu, hancur berguguran diterbangkan angin.
Seharusnya manusia tidak lupa bersujud dan mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas semua rahmat yang diterima dengan hati, lidah, dan anggota tubuh. artinya hati kita harus selalu diisi dengan rasa syukur kepada Allah SWT, serta lidah dan anggota tubuh lain yang telah menggunakan nikmat ilahi ini.
Dengan demikian, manusia harus menahan diri dari keserakahan dan kepuasan yang dihasilkan dari kehidupan dunia, karena kepuasan adalah harta yang tidak ada habisnya.
Dewasa ini memang sudah hadir di tengah-tengah kita.
Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak di antara manusia yang sangat mengagung-agungkan kekayaannya, kecantikannya, kekuasaannya. Mereka bekerja siang malam, hujan panas, bahkan sampai lupa akan waktu beribadah pada Allah SWT.
Di saat Allah menghendaki terjadinya hari kiamat, Dia pun memerintahkan malaikat Israfil untuk meniup terompetnya dua kali. Tiupan pertama sebagai pertanda untuk membinasakan seluruh makhluk yang ada di muka bumi dan langit, sedangkan tiupan kedua untuk membangkitkan mereka kembali. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri (menunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar: 68)
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Pada hari kiamat nanti para manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak memakai sandal, tidak berpakaian dan dalam keadaan belum berkhitan. Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kaum pria dan wanita (berkumpul dalam satu tempat semuanya dalam keadaan tidak berbusana?!) apakah mereka tidak saling melihat satu sama lainnya?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, ‘Wahai Aisyah kondisi saat itu amat mengerikan sehingga tidak terbetik sedikit pun dalam diri mereka untuk melihat satu sama lainnya!’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saat itu masing-masing dari mereka memikirkan dirinya sendiri dan tidak sempat untuk memikirkan orang lain, meskipun itu adalah orang terdekat mereka. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Pada hari itu manusia lari dari saudaranya. Dari bapak dan ibunya. Dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 34-37)
Semua manusia saat itu berada di dalam ketidakpastian, masing-masing menunggu apakah ia termasuk orang-orang yang beruntung dimasukkan ke taman-taman surga, ataukah mereka termasuk orang yang merugi dijebloskan ke dalam lembah hitam neraka.
Dalam kondisi seperti itu Allah SWT mendekatkan matahari sedekat-dekatnya di atas kepala para hamba-Nya, hingga panasnya sinar matahari yang luar biasa itu mengakibatkan keringat mereka bercucuran.
Seandainya kita mau berpikir betapa mengerikannya hari-hari itu, lantas kita merenungkan jalan hidup kebanyakan manusia di dunia yang kita lihat selama ini, niscaya kita akan sadar betul bahwa ternyata masih banyak di antara kita yang telah terlena dengan keindahan dunia yang semu ini dan lupa bahwa setelah kehidupan dunia yang sementara ini masih ada kehidupan lain yang kekal abadi.
Kita telah terlena dengan gemerlapnya dunia dan lupa untuk beribadah kepada Allah dan beramal shaleh. Allah telah memperingatkan supaya kita tidak tertipu dengan kehidupan duniawi yang fana ini dalam firman-Nya.
Artinya: “Wahai para manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayai kalian, dan janganlah sekali-kali (syaitan) yang pandai menipu, memperdayakan kalian dari Allah.” (QS. Faathiir: 5)
Maka mari kita manfaatkan kehidupan dunia yang hanya sementara ini untuk benar-benar beribadah kepada Allah SWT mulai dari mencari ilmu, shalat lima waktu, berbakti kepada orang tua, bermasyarakat, serta berbuat baik kepada sesama terutama tetangga, mendidik keluarga sebaik-baiknya. Juga berusaha untuk menjauhi apa yang dilarang-Nya.
Wallahu a’lam bish-shawabi.