Pembagian Tauhid

oleh

Oleh : Dr. Jamhuri Ungel, MA*

Pendahuluan

Penanaman nilai ketauhidan pada setiap individu muslim sangatlah penting karena tauhid merupakan fondasi dalam beragama utamanya agama Islam. Pentingnya tauhid ini melebihi pentingnya ilmu-ilmu atau aspek lain dari agama tersebut. Untuk itu setiap muslim diwajibkan mempelajari dan memahami arti dari tauhid.

Tauhid berasal dari kata dasar واحد atau احد dengan arti satu, tunggal atau juga diartikan dengan tidak berbilang, ulama menggabung dua kata tersebut menjadi واحد احد yang dimaknai dengan tidak berbilang sebagaimana disebutkan.

Kemudian menjadi kata توحيد yang dimaknai dengan ke-Esa-an Allah, sedangkan ilmu yang mempelajari tentang hal ini disebut dengan ilmu tauhid. Dalam literatur barat disebut dengan teologi (teo artinya Tuhan dan logi artinya ilmu).

Ilmu tauhid lebih fokus dapat dipahami sebagai ilmu yang membahas tentang “Tuhan” itu Sendiri dari berbagai sisi-Nya, baik dari sisi Zat, sifat dan nama-Nya.

Namun karena Tuhan tidak mengizinkan kita untuk berpikir tentang Zat-Nya, maka kita tidak membahas tentang hal tersebut. Sehingga dalam membahas tentang tauhid ulama membatasi diri pada pembahasan, tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah dan tauhid asma’ was shifah.

Tauhid Uluhiyah

Kata atau lafazh uluhiyah berasal dari kata dasar lahu (له ) yang mempunyai arti untuk-Nya atau milik-Nya, selanjutnya menjadi الالوهية artinya semuanya kembali atau milik Allah.

Ulama juga memaknainya dengan أفراد الله بالعبادة atau أفراد الله بافعال العباد mengakui ke -Esa-an Allah dengan ibadah atau mengakui ke-Esa-an Allah dengan perbuatan-perbuatan ibadah
Perbuatan ibadah yang dimaksudkan di sini bukanlah hanya perbuatan ibadah yang bersifat mahdah (yaitu perbuatan ibadah yang telah ditentukan waktu dan tata cara pelaksanaan) tetapi ibadah yang dimaksudkan adalah semua perbuatan yang diperintahkan oleh Allah, mulai dari ibadah zhahir, bathin, perkataan dan perbuatan.

Yang pasti tidak melakukan perbuatan dan perkataan yang menafikan kepemilikan Allah, artinya kita beribadah dengan mengaitkan kepada yang lain, baik itu kepada tidak siapapun atau kepada sesuatu yang menyamai Tuhan.

Ketika kita berniat untuk beribadah sebenarnya kita sudah melakukan ibadah dengan tauhid uluhiyah karena setiap berniat kita menyebut “lillahi ta’ala”, ini adalah bentuk perwujudan dari tauhid karena kita sudah menyatakan bahwa ibadah kita karena Allah SWT., dengan niat tersebut semoga kita memahami secara benar bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan tidak ada karena yang lain selain daripada karena Allah.

Selanjutnya kita harus berani secara tegas dan benar mengatakan bahwa semua perbuatan yang baik (yang disuruh dan tidak dilarang) adalah untuk Allah. Mengerjakan pekerjaan kantor, membersihkan kebun dan sawah, menjaga toko, membaca dan lain-lain semuanya karena Allah.

Ketika kita mengikatkan perbuatan kita kepada Allah maka dipastikan tidak ada kecurangan, tidak akan ada seseorang yang mengambil hak orang lain, tidak ada seseorang yang akan menipu orang lain, dikarenakan mereka yang mempunyai ketauhidan akan selalu mengatakan bahwa perbuatan yang mereka lakukan karena Allah.

*Ketua Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fak. Syari’ah dan Hukum UIN R-Raniry Banda Aceh

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.