El Niño dan Teladan Nabi Yusuf AS

oleh

Oleh : Yopi Ilhamsyah*

Sejak puasa Ramadhan yang berlangsung dari akhir Maret-April 2023, suhu panas menyengat kita rasakan melanda seluruh wilayah Aceh. Suhu di siang hari seperti terekam pada termometer di rumah saya (Banda Aceh) mencapai angka 38 derajat Celcius bahkan pada malam hari suhu udara tidak beranjak turun di bawah 30 derajat Celcius. Sementara suhu udara rata-rata tahunan di Aceh sekitar 27 derajat Celcius.

Saya terbangun di waktu subuh, sejenak memperhatikan termometer, saya mengamati suhu udara sekitar 28 derajat Celcius dari yang biasanya 26 di pagi hari.

Jika ditilik dari kondisi normalnya, ini berarti telah terjadi penyimpangan kondisi suhu udara atau dalam istilah ilmiah dikenal dengan sebutan “anomali” dengan peningkatan sebesar 10 derajat Celcius di siang hari dan anomali kenaikan suhu udara sebesar 2 derajat Celcius di pagi serta malam hari di Aceh.

Mengapa suhu udara meningkat begitu drastis pada Maret-April 2023 di Aceh?

Pada pertengahan Maret, matahari berada tepat di atas wilayah Aceh dalam perjalanannya menuju belahan bumi selatan. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Ekuinoks Maret.

Karena wilayah Aceh terletak di sekitar Khatulistiwa, kita mengalami peristiwa Ekuinoks Maret. Meskipun matahari tegak lurus di atas wilayah Aceh, ini tidak berarti bahwa suhu maksimum akan langsung kita rasakan pada saat itu juga.

Dalam Ilmu Fisika, setiap materi/bahan memiliki daya tampung / kapasitas panas (heat capacity) masing-masing. Materi/bahan ini menyerap panas terlebih dahulu untuk kemudian dilepas kembali ke udara. Oleh karena itu, setiap materi/bahan memiliki prinsip kelambatan panas (lag).

Dengan merujuk prinsip kelambatan panas (lag), sinar matahari yang menerpa permukaan Bumi akan diserap terlebih dahulu oleh daratan hingga mencapai kedalaman tertentu baru kemudian dilepas kembali ke atmosfer. Sebagai contoh, matahari berada tepat di atas kepala kita sekitar pukul 12.30 WIB.

Namun demikian, suhu panas menyengat baru akan kita rasakan sekitar pukul 14.00 hingga 15.00 WIB. Ini menandakan ada lag sekitar satu hingga dua setengah jam antara saat penyinaran maksimum dengan saat peningkatan suhu maksimum.

Dengan demikian, suhu udara maksimum akan kita rasakan sekitar satu bulan setelah peristiwa Ekuinoks Maret, yaitu di bulan April.

Pada bulan April, Aceh sedang memasuki musim pancaroba kecepatan angin menjadi berkurang sementara kelembapan udara tetap tinggi, hal ini mengakibatkan udara menjadi sangat panas dan tidak nyaman baik pagi, siang maupun malam hari di bulan April sebagaimana yang kita rasakan selama Ramadhan kemarin.

Memasuki Mei 2023, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan press-release terkait kemunculan El Niño di Indonesia. Lalu apa itu El Niño?

El Niño adalah istilah dalam Bahasa Spanyol untuk menyebut bocah laki-laki. El Niño pertama sekali diamati oleh para nelayan di Peru, Amerika Selatan di mana pada saat itu telah terjadi peningkatan suhu permukaan laut yang berimbas terhadap hasil tangkapan ikan nelayan. Implikasi lainnya adalah terbentuknya anomali cuaca di Peru selama kemunculan El Niño ini.

Oleh karena itu, kondisi suhu permukaan Samudera Pasifik menjadi indikator kemunculan El Niño. Jika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik naik di atas satu derajat Celcius, maka El Niño disebut telah muncul berkekuatan sedang sementara jika suhu permukaan laut terus memanas melebihi dua derajat Celcius, maka El Niño berstatus kuat (strong) telah hadir dan siap mengancam wilayah yang berada di sekitar Samudera Pasifik. Jika suhu permukaan laut terus memanas, maka kehadiran El Niño dapat mengancam kelangsungan kehidupan di Bumi.

Di Indonesia, kemunculan El Niño ditandai dengan suhu permukaan laut yang lebih dingin. Oleh karenanya, laju penguapan oleh laut menjadi berkurang, awan-awan yang terbentuk juga sedikit, langit biru dibarengi sinar matahari yang terik menjadi fitur utama yang kerap kita jumpai selama berlangsungnya El Niño di Indonesia.

Jika kondisi laut yang relatif dingin semakin meluas ke barat ditandai dengan status El Niño yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, maka wilayah Aceh ikut pula terdampak. Hal yang kita rasakan adalah musim kering yang berkepanjangan.

Dampak ini mulai kita rasakan sejak Mei di mana dalam kondisi iklim normal bulan Mei adalah puncak musim penghujan di Aceh tidak lagi kita rasakan tahun ini. Dampak turunannya adalah defisit air pada waduk, bendungan, embung serta irigasi yang mengancam ketahanan pangan di Aceh.

Suhu udara yang tinggi di daratan berakibat meledaknya hama tanaman yang turut mengancam produktivitas pangan. Pembukaan lahan dengan cara membakar di tengah suhu udara yang sangat tinggi mencapai lebih dari 38 derajat Celcius dapat menyulut kebakaran lahan dan hutan. Berhati-hati pula dalam membakar sampah di pekarangan rumah. Demikian juga dengan sanitasi yang buruk dapat berakibat munculnya penyakit.

BMKG melaporkan bahwa El Niño semakin menguat mencapai 60 persen pada bulan Juli dan 80 persen di bulan September 2023. Dengan mempertimbangkan efek kelambatan panas (lag), maka puncak El Niño akan kita rasakan pada bulan Oktober hingga Desember.

Periode El Niño dengan suhu tinggi di darat yang berdampak musim kering yang lebih kering dari biasanya tentunya harus disikapi dengan tindakan yang bijak. Kekeringan ekstrem yang berlangsung selama tujuh tahun pernah terjadi pada masa Nabi Yusuf AS.

Hal ini dikisahkan dalam Al Qur’an Surat Yusuf ayat 43 di mana ada seorang Raja pada saat itu bermimpi ada tujuh ekor sapi gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus serta sang raja juga melihat dalam mimpinya ada tujuh tangkai gandum hijau dan tujuh tangkai gandum kering.

Oleh Nabi Yusuf ditakwilkan bahwa setelah tujuh tahun masa subur, negeri Mesir pada saat itu akan memasuki tujuh tahun masa paceklik. Angka tujuh merujuk tahun berlangsungnya El Niño yang dalam penelitian ilmiah ditemukan berlangsung selama dua hingga tujuh tahun sekali. Efek perubahan iklim kini mengakibatkan frekuensi El Niño semakin sering.

Nabi Yusuf AS lalu diangkat menjadi bendahara negeri. Beliau mengelola pertanian dan perkebunan serta lahan dan pengairan di masa subur selama tujuh tahun dengan efektif. Benih-benih gandum terbaik ditanam sehingga produksi menjadi optimal, gudang-gudang dibangun, makan secukupnya / tidak mubazir. Akhirnya, Nabi Yusuf beserta rakyatnya dapat terhindar dari paceklik El Niño pada masa itu.

Hikmah yang kita petik dari kisah Nabi Yusuf AS ini antara lain: tetap bekerja keras dan berdoa, hemat tidak boros dan amanah. Pemimpin yang amanah! Ya inilah sosok-sosok yang kita harapkan hadir guna menyikapi El Niño tahun ini.

*Dosen Meteorologi Laut, Fakultas Kelautan dan Perikanan USK. Peneliti Sains Atmosfer Pusat Riset STEM USK

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.