Antara Jin Obor, Ahlul Badri, dan Manusia Bunian

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

SEBAGIAN besar masyarakat kita tidak bisa membedakan makhluk-makhluk Allah, seperti jin obor, ahlul badri dan manusia bunian yang bermukim di hutan rimba belantara Aceh. Masyarakat mengkategorikan mereka sebagai aulia atau wali Allah. Padahal dari sejumlah hadits Nabi Muhammad SAW tentang kewalian, dapat disimpulkan bahwa wali Allah adalah manusia yang paling rajin ibadahnya, paling taat, dan paling zuhud di dunia.

Orang zuhud adalah orang yang kanaah dengan rizki yang halal. Meninggalkan yang haram dan berhati-hati dengan masalah subhat (perkara yang samar). Sedangkan kanaah sendiri berarti merasa cukup dengan yang dia punya.

Wali Allah bukanlah seperti hayalan kebanyakan orang, memakai jubah, memakai gamis dan berjenggot. Wali Allah juga sering kali digambarkan sebagai sosok yang melayang di udara serta bertapa siang dan malam dalam gua.

Wali Allah adalah orang yang mengenal diri melalui proses menggali diri, mengkaji diri dan kemudian menutup dirinya agar tidak difanatikan. Jadi Wali Allah berasal dari golongan manusia. Mereka bukan jin, bukan ahlul badri dan bukan pula golongan manusia bunian.

Jin Obor

Pada 2000, di daerah-daerah pegunungan Simpur, Kecamatan Syiah Utama, Bener Meriah, masih sering terlihat jin obor. Orang Gayo menyebutnya jin besuluh. Dia melayang melintasi pegunungan itu alih- alih berjalan. Di tangannya terdapat obor. Dalam satu rombongan, biasanya, terdiri dari 14 jin. Wajah mereka seperti manusia. Saat mereka berjalan di tengah hutan, kadang kala dapat dilihat dengan mata telanjang. Namun tidak jarang mereka terlihat sekilas dan menghilang.

Beruntunglah orang yang bisa bertemu dengan rombongan jin obor tersebut dengan syarat sampaikan salam khusus, “Assalamu’alaikum Reje Penyengi.” Raja jin obor menjawab, “Alaikumussalam”. Jin obor tidak akan menyahut atau membalas salam kita kalau tidak disebutkan namanya, “Reje Penyengi”.

Biasanya, saat seseorang bertemu dengan dengan Reje Penyengi, dia meminta keberkahan amal untuk kekuatan lahir dan batin, termasuk ilmu perang.

Ahlul Badri

Ahlul badri adalah sebutan umum bagi empuni tempat, penunggu suatu kawasan.Termasuk kawasan hutan belantara yang tidak kita ketahui namanya.

Kalimat salam kepada mereka adalah “Assalamualaikum ya Ahlul Badri.” Apabila kita mengetahui nama empuni tempat itu, mereka dipanggil dengan sebutan Amirul Mukminin, maka kalimat salamnya adalah “Assalamualaikum, ya Amirul Mukmini, ya Teungku Polan.” Ahlul Badri atau Amirul Mukminin termasuk makhluk gaib.

Kalau kita membawa kemenyan dan membakarnya dengan salam lengkapnya, “Bismillahirrahmanirrahiim, orom izinmu Ya Allahu Akbar, Siti mulie alam perseh ken talingku orom ahlul badri atau amirul mukminin Teungku Polan atan kawasan ini.
Asslamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh ya Ahlul Badri atau Amirul Mukminin Teungku Polan, ko jema alus, kami jema kasar, ko engon ko kami, kami gere pas nengon ko, bantu dan enti ganggu kami mungenal rizkini Allah.”

Terjemahan bebasnya: “Bismillahirrahmanirrahiim, dengan izinmu Ya Allah Maha Besar, Siti Mulie alam perseh untuk penyambung dengan Ahlul Badri atau Amirul Mukminin Teungku Polan dalam kawasan ini. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Ya Ahlul Badri atau Amirul Mukminin Teungku Polan, engkau makhluk ghaib, sedangkan kami makhluk kasar, engkau dapat melihat kami, sedangkan kami tiada bisa melihat engkau, bantu kami dan jangan ganggu kami mencari rezeki Allah.”

Manusia Bunian

Asal-usul Manusia Bunian masih belum diketahui. Menurut cerita orang-orang tua, mereka berasal dari orang-orang yang mencintai Nabi Muhammad saw, tapi tidak mau ikut berperang pada masa Perang Uhud. Pada waktu itu Sayiidina Ali Bin Abi Thalib marah karena kaum muslimin yang tidak mau berperang. Meminta perlindungan kepada Nabi Muhammad saw dan diberikan “amalan surat Al-Kahfi” yang membawa mereka kepada dimensi alam lain.

Mungkin karena itu pula mereka pada dimensi alam lain selalu berperang. Ada juga kalangan yang menyebut mereka berasal dari jiwa- jiwa yang moksa. Namun pada dimensi alam lain mereka terpecah dua. Manusia Bunian Kebenaran (MBK), yang berkomitmen menjalankan syariat kebenaran. Bahkan saat menemukan sesuatu di jalan, kalau bukan haknya, mereka tidak mau mengambil.

Sistem pemerintahan yang mereka anut adalah sistem kerajaan. Sebagai mana layaknya kehidupan manusia kita di bumi ini, mereka pun demikian. Bahkan teknologi mereka lebih canggih daripada kita. Mereka mengendarai unidentified object (UFO) atau pesawat piring terbang. Secara fisik mereka lebih tinggi dari rata-rata manusia di bumi, lebih rupawan, bermata agak biru.

Hanya saja waktu di sana berjalan lebih lambat daripada waktu kita. Pada dimensi alam mereka, satu jam di alam kita sama dengan sepekan di alam mereka.

Pusat kerajaan MBK di daerah Ketapang, Kalimantan. Di Bener Meriah sendiri mereka berpindah-pindah, semula di Burni Teuded, kemudian berpindah ke Pucuk Uning dan sekarang kerajaan mereka berpusat di Bur Kul atau Gunung Geureudong. Sehingga tidak heran kita sering mendengar suara rapa’i di sana. Adapun musuh mereka adalah Manusia Bunian Limunan (MBL) yang berpusat Peurto Rico.

Kecerdasan dan kesaktian Manusia Bunian Kebenaran di atas rata-rata manusia di alam kita. Kelebihan mereka dapat dari melestarikan sifat jujur.

(Sumber SANG GERILYAWAN, Memoar Panglima GAM)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.