Manusia Dihukum Oleh Perbuatannya

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

“But lage but, semayang bek tingai (berbuat jahat lanjut, sembahyang jangan ditinggal)” adalah ungkapan orang kita yang menganggap enteng tentang berbuat maksiat.

Selanjutnya “Kalimat Basmalah” disalahgunakan untuk mengampangkan orang berbuat salah dengan alasan Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jadi, sebesar apapun kesalahan kita asal minta ampun kepada Tuhan, kesalahan itu menjadi nol. Sunguh cara fikiran keliru.

Melalui tulisan ini saya mengingatkan wujud diri yang tampak ini sebagai sifat Muhammad dan pembaca untuk senantiasa berbuat baik dan kritis dalam mengelola akal, fikiran, rasa, perasaan mengenai kemanusiaan untuk menjadi manusia seutuhnya, yang disebut asal manusia dari cahaya kembali kepada cahaya.

Tuhan telah mendelegasikan kekuasaannya kepada manusia ketika dideclairkan sebagai khalifah di muka bumi. Sejurus dengan itu, di dalam raga manusia disertakan perbuatan baik dan buruk. Si buruk juga harus kita tahu, tapi jangan melaksanakannya.

Tentu saja tidak fair mengatakan bahwa ketika kita sakit atau mengalami kesialan bahwa itu hukuman dari Allah. Padahal Dia telah menyerahkan kekuasaannya kepada makhluknya sebagai khalifah di muka bumi. Termasuk menghukum dirinya sendiri akibat dari perbuatan buruknya.

Kalau jujur kita kelak akan menuai hasil manusia seutuhnya, sebaliknya kalau kita menjadi pengkhianat atau berpaling dari berbuat baik, kita juga akan menerima akibat jeleknya. Jadi kita akan mendapat ganjaran bergantung amal baik dan buruk kita sendiri.

Sejujurnya saya pribadi mengalami sakit stroke sebab perbuatan jelek saya sendiri. Tidak sepatutnya saya menyalahkan siapapun, apalagi berprasangka buruk kepada Allah yang menghukum saya.

Demikianlah mulianya manusia, sampai menghukum dirinya diserahkan kepada dirinya sendiri karena Tuhan dan alam semesta sudah terepresentasi pada manusia. Hanya saja sejauh mana kita menjaga kemuliaan itu?

Kalau kita merasa mulia harus dibuktikan. Salah satu caranya; silahkan masuk ke dalam hutan rimba yang penuh dengan binatang buas. Apakah kita selamat atau justru jadi kotorannya. Binatang buas; baik yang melata atau berkaki empat melihat kita sebagai manusia seutuhnya sebagai cahaya, mereka akan menghindar, atau sebaliknya mereka melihat kita sebagai makanannya.

Jadi jangan salah pemahaman. Kalau sedikit-sedikit serahkan kepada Allah, Itu sama saja dengan cerita, budayawan Remy Sylado dalam syair lagunya “Totok Titik dan Guru Aljabar” yang menceritakan tentang siswa Totok dan Titik yang berjanji bertemu di bawah pohon pada sebuah bukit.

Sayangnya, guru aljabar menguping pembicaraan mereka, dan pada waktu yang sudah diperjanjikan dengan maksud mengintip, guru aljabar sudah naik di atas pohon sebelum Totok dan Titik datang.

Pada waktu itu, Titik menyampaikan rasa kekhawatirannya kepada Totok kalau terjadi apa-apa pada dirinya. Sulit mengontrol air yang mengalir dari hulu ke hilir bertemu samudera yang luas.

“Itu mah tanggung jawab yang di atas” kata Totok seolah ingin lepas dari tanggung jawab.

“Kamu yang melakukannya, kok saya yang bertanggung jawab” kata guru aljabar sambil meluncur dari atas pohon dan ngacir meninggalkan Totok dan Titik.

(Mendale, April 17, 2023)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.