Generasi yang Merasa Kecukupan

oleh

Oleh. Dr. Jamhuri Ungel, MA*

Upaya yang selalu dipikirkan oleh orang tua bagaimana agar semua kebutuhan dalam keluarga terpenuhi, orang tua tidak mau kalau keluarganya kekurangan makanan, baik itu makanan yang menjadi kebutuhan utama/primer maupun yang menjadi kebutuhan sekunder. Apapun usaha dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.

Melirik kebelakang dalam kehidupan masyarakat tradisional dimana pada saat itu masyarakat memenuhi kebutuhan mereka dengan bertani (bersawah dan berkebun), kebutuhan mereka terpenuhi bahkan hasil dari pertanian dan perkebunan melebihi kebutuhan sehari-hari.

Sehingga mereka mempunyai waktu jeda untuk bekerja, artinya setelah panen padi dari sawah mereka istirahat untuk bekerja, demikian juga ketika mereka selesai panen dari kebun.

Pada saat ini mereka tidak perlu memikirkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kalaupun perlu cukup sekedar untuk membeli gula, garam, terasi, dan lain-lain yang sifatnya sebagai tambahan.

Anak-anak pada masa ini tidak perlu uang jajan karena semua yang diinginkan ada di kebun milik orang tua atau milik tetangga mereka, kalau mereka mau mereka bisa mengambil sendiri, dan kalau mereka menginginkan makanan milik tetangga cukup dengan meminta izin untuk mengambilnya dan tetangga merasa senang bila ada anak-anak yang mau memakannya.

Hal ini terjadi karena pada masa ini tidak niat orang untuk menjual hasil dari apa yang mereka tanam, yang mereka niatkan hanya untuk dimakan oleh keluarga dan tetangga mereka.

Saling Membutuhkan

Keadaan masyarakat pada saat ini saling membutuhkan, tidak ada orang yang bisa hidup tanpa orang lain baik itu keluarga dekat atau keluarga jauh, baik itu tetangga dekat atau juga tetangga jauh sehingga silaturrahmi dan ikatan kekeluargaan dan ikatan sosial sangat kuat.

Ketika satu waktu mereka kedatangan tamu kerumah sedangkan gula tidak ada maka istri (ibu) keluar dari pintu belakang pergi kerumah tetangga untuk meminjam gula dengan takaran satu gelas (karena mereka belum menggunakan timbangan).

Pada saat mereka mau masak dan mereka tidak mempunyai bahan untuk olahan sayur mereka boleh meminta kepada tetangga, ketika mereka lewat lalu mereka melihat di kebun tetangga ada pohon yang sedang berbuah mereka boleh mengambil sekedar untuk dimakan (yang tidah boleh untuk dijual).

Bahkan ketika mereka baru panen sayur dan buah-buahan mereka saling membagi. Bapak-bapak biasa membangun silaturrahmi sesama mereka yaitu ketika selesai shalat subuh, mereka singgah kerumah tetangga minum kopi atau teh bahkan terkadang makan pagi di rumah tetangga sambil menunggu terbit matahari untuk selanjutnya berangkan bekerja.

Ketika anak-anak mereka ada yang sekolah atau kuliah diperantauan (merantau) mereka tidak segan-segan saling membantu, baik dengan memberi pekerjaan kepada orang tua anak yang sedang sekolah/kuliah dengan memberi upah atau juga dengan memberi uang sebagai pinjaman/hutang.

Mereka tidak pernah berpikir kapan hutang harus dibayar sepanjang utang itu untuk kebutuhan pendidikan anak. Semua yang dilakukan orang tua (upahan, berhutang, dll) diketahui oleh anak-anak mereka, sehingga anak-anak sadar betul kalau silaturrahmi sangat diperlukan, sehingga di telinga kita tidak asing mendengan kalau anak-anak diperantauan mempunyai ayah atau keluarga angkat.

Merasa Cukup Hilangnya Kebutuhan

Kehidupan zaman modern yang berorientasi pada kehidupan materiil menghilangkan batas antara mereka yang mempunyai materiil dengan mereka yang tidak memiliki materiil, perbedaan hanya terjadi pada mereka-mereka yang lahir pada masa tradisional.

Mereka yang lahir dan mengalami masa tradisional kini banyak yang telah hidup dalam kelompok masyarakat menengah ke atas. Pada prinsipnya mereka tidak mau pengalaman mereka berulang pada generasi sesudah mereka.

Apapun yang menjadi profesi orang tua dia akan kerjakan sendiri tanpa mau melibatkan anak-anak mereka, mereka bercita-cita dan berkeinginan satu saat anak mereka menjadi orang sukses jauh melebihi orang tua, biar anak-anak mereka sekolah dan belajar tanpa harus selesai sekolah membantu orang tua.

Akhirnya anak-anak tidak tau dan tidak merasakan susah dan senangnya kehidupan orang orang. Semua anak-anak merasakan hidup mereka cukup walaupun tidak berlebih.
Anak-anak merasa kebutuhan mereka tercukupi, apa yang mereka butuhkan terpenuhi.

Ketika mereka punya kebutuhan lalu meminta kepada orang tua, orang tua mereka berusaha dari manapun diusahakan yang penting kebutuhan anak teratasi. Orang tua tidak pernah memberi tahu dari mana dia dapatkan uang, anak-anak juga tidak mau tau orang tuanya membawa uang.

Pada saat kebutuhan anak bisa dipenuhi oleh orang dan anak tidak tau bagaimana orang tua mencari dan memenuhi kebutuhan, mereka merasa cukup dengan keberadaan orang tua dan tidak membutuhkan adanya orang lain.

Anak-anak tidak pernah berharap kalau paman, bibi, kakak dan saudara untuk memberikan sedikit uang untuk memenuhi kebutuhan mareka, berbeda dengan anak-anak dahulu mereka sangat menunggu dan bangga kalau ada saudara yang memberikan sedikit uang ke tangan mereka untuk sekedar jajan.

Kalaupun paman, kakak dan bibi memberi dan mereka terima, namun tidak menghargai karena mereka tidak sangat membutuhkan. Sehingga mereka tidah membutuhkan adanya orang lain dalam hidup mereka, itulah yang terjadi pada masa generasi sekarang ini.

*Ketua Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fak. Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.