Oleh : Wisnu Hasan*
Saat dilantik sebagai Penjabat Bupati Aceh Tengah pada 29 Desember 2022 lalu sosok Teuku Mirzuan sedikit banyak membuat publik Aceh Tengah terkejut. Maklum, sebelumnya tidak banyak masyarakat Aceh Tengah yang mengenali sosok kelahiran Medan 3 Agustus 1965 itu.
Tidaklah mengherankan jika publik bertanya-tanya mengenai latar belakang Teuku Mirzuan yang telah malang melintang di sejumlah SKPA (Satuan Kerja Perangkat Aceh).
Tuntutan segelintir elemen masyarakat yang menginginkan agar putra daerah menduduki kursi PJ Bupati Aceh Tengah membuat cerita ini semakin meriah. Faktanya, orang Gayo merupakan komponen masyarakat yang sangat terbuka dan mayoritas dari mereka sama sekali tidak mempermasalahkan etnisitas seorang Teuku Mirzuan, sejauh sang PJ mampu menjalankan roda dan fungsi pemerintahan dengan baik.
Belum genap sebulan bertugas Teuku Mirzuan mulai menunjukkan harapan baru akan penyelesaian berbagai masalah yang hingga kini belum juga dapat diatasi sscara tuntas, sebut saja masalah penanganan sampah yang masih amburadul, infrastruktur perkotaan yang buruk yang memicu terjadinya genangan air seriap kali hujan turun, masalah distribusi air bersih yang sering diteriakkan netizen via Facebook, serta sederet perhatian lain yang menyita energi dan perhatian sang PJ.
Melalui akun Facebook, Teuku Mirzuan secara kontinyu dan konsisten memposting kegiatan yang ia lakukan dalam mengatasi berbagai persoalan di daerah berhawa sejuk ini. Postingan tersebut dilengkapi dengan dokumentasi berupa foto sehingga masyarakat netizen dapat mengetahui tindakan yang diambil Mirzuan dalam menjawab berbagai kebutuhan daerah.
Yang menarik, kalau dilihat dengan teliti, secara eksplisit Teuku Mirzuan ingin menyelesaikan persoalan dengan menggunakan pendekatan sistem, termasuk penanganan sampah yang selama bertahun-tahun mencoreng wajah Takengon sebagai salah satu kota wisata di Aceh.
Pendekatan dengan menggunakan teori sistem sebenarnya sedikit lebih rumit karena melibatkan banyak elemen, juga perlu jangka waktu yang lebih lama untuk implementasinya yang tentu bermuara pada tingginya biaya (cost) yang harus dianggarkan.
Namun harus diakui, pendekatan dengan teori sistem merupakan solusi terbaik atas persoalan yang belum terselesaikan selama bertahun-tahun.
Ludwig von Bertalanffy, seorang ahli biologi asal Austria yang dikenal sebagai salah seorang pendiri teori sistem, mengatakan bahwa melalui pendekatan sistem seluruh komponen atau sub sistem dapat diobservasi, dianalisa dan dievaluasi untuk memastikan semua sub sistem bekerja dan saling terhubung satu sama lain sehingga sebuah sistem berjalan dengan baik.
Teuku Mirzuan belum genap sebulan bertugas. Masih terlalu dini untuk menilai kinerja seorang pejabat dalam kurun waktu yang singkat. Namun upaya beliau untuk menyelesaikan persoalan dengan mengedepankan pendekatan sistem layak diacungi jempol.
Akhirnya sebagai warga Aceh Tengah kami hanya berharap agar semua yang sudah diinisiasi oleh Teuku Mirzuan dapat terealsasi, baik saat beliau sebagai PJ maupun oleh penerusnya nanti.
*Warga Aceh Tengah