Oleh : Rizkan Abqa, SM, MM*
Amal jariyah menjadi amalan seseorang yang tidak akan terputus pahalanya meski ia telah meninggal. Dalam hadist Abu Hurairah diriwayatkan Rasulullah Saw terdapat tiga amalan jariyah, yakni sedekah jariah, ilmu bermanfaat, dan doa anak sholeh. Hadits tersebut diriwayatkan dari Abu Hurairah ra dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh yang berdoa baginya.( H.R.Muslim)
Cukuplah kematian sebagai penggetar hati, penetes air mata, penghancur kelezatan, serta memutus pertemuan. Segala urusan dunia tidak membuat seseorang lalai akan akhirat. Urusan dunia tersebut seperti bekerja, mencari nafkah, kuliah, membangun rumah, berkebun, dan sebagainya.
Harta yang telah dikumpulkan tidak akan menyelamatkan seseorang dari siksaan-Nya, kecuali tiga amalan yang berkualitas, kekal, dan bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Amalan tersebut akan memberikan pahala baginya selama amalnya masih dimanfaatkan oleh orang lain.
Allah SWT menciptakan manusia untuk dapat beribadah kepadaNya, segala takdir dan apapun yang kelak akan terjadi, telah Allah susun rapi dalam takdir setiap hambaNya. Entah kapan maut akan menjemput kita tidak ada yang mengetahui.
Segala urusan dunia akan terhenti saat itu. Segala apa yang diperjuangkan di dunia tidak akan berlanjut lagi, kecuali pada tiga amalan manusia.
Pertama adalah Sedekah Jariyah, Sedekah merupakan pemberian sesuatu dari seorang muslim kepada yang berhak menerimanya secara ikhlas dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharapkan ridha Allah.
Sedangkan sedekah jariyah ialah sesuatu yang terus menerus manfaatnya seperti wakaf tanah, buku-buku hingga lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren dan lain sebagainya.
Amalan tersebut memang sangat dahsyat karena pahalanya senantiasa terus mengalir dan tidak terputus meskipun yang bersedekah sudah tiada.
Maka dari itu, sudah seharusnya umat muslim menyiapkan bekal di akhirat dengan bersedekah jariyah.
Kedua Ilmu yang Bermanfaat, ilmu yang menjadikan seorang Muslim mengetahui tugas, fungsi, dan perannya di muka bumi.
Sehingga, ia menjadi lebih dekat dan cinta kepada Allah SWT. Tidak hanya perkara dunia, ilmu yang bermanfaat juga harus mencakup perkara agama beserta segala hal yang berkaitan dengannya. Contohnya seperti, ilmu akidah, fiqih, akhlak, hadits, sejarah Islam, tasawuf, dan lain-lain.
Ilmu yang tidak hanya menjadi milik kita sendiri, ilmu yang tidak hanya mengisi isi kepala kita sendiri, ilmu yang senantiasa kita transfer kepada orang lain, kapan pun dan dimana pun, selama ilmu itu masih berguna untuk sesama, maka selama itu pula pahala kita mengalir hingga di kemudian hari.
Bagaimana jika ilmu yang telah kita bagi kepada orang lain dibagi juga kepada generasi berikutnya, maka semakin mengalir pahalanya, bukan semakin habis karena dibagi. Masya Allah kuasa Allah begitu besar dalam hidup manusia. Bahkan saat manusia sudah dipanggil untuk kembali saja masih Allah siapkan amalan-amalan yang akan mengalir terus pahalanya.
Ilmu yang bermanfaat juga akan menuntun seorang Muslim menuju surganya Allah. Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Melalui ilmu yang dimilikinya, Allah akan memudahkan seorang Muslim untuk mengerjakan amal shaleh. Seperti diketahui, amal shaleh merupakan cara setiap hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ketiga adalah Doa Anak Sholeh, Doa kepada kedua orang tua adalah kebaktian yang masih bisa dilakukan seorang anak kepada orang tuanya yang telah meninggal dunia dan terus memberikan kebaikan pada orang tua. Doa seorang anak akan terus mengalir kebaikan dan manfaat dan balasan kebaikan bagi kedua orang tua tatkala amal-amal lainnya telah terputus. Allah SWT berfirman :
Artinya: “Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS Al-Ankabut: 8).
Wallahu a’lam bish-shawabi