Oleh : Vera Hastuti, M. Pd
Panjat pinang dan perayaan kemerdekaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam menyambut HUT RI. Seluruh wilayah nusantara pasti mengadakan perlombaan ini.
Permainannya sangat menarik, penuh tantangan dan mengundang euforia kebahagian. Betapa tidak, setiap orang yang mengikuti lomba tersebut selalu mendapatkan sorak semangat dan dukungan penuh dari para penonton.
Perlombaan panjat pinang berbeda dengan lomba lainya, dibutuhkan kerja keras kelompok, kerja sama antar tim, dan kekompakan antar peserta. Karena ketiga elemen itu menjadi penentu suksesnya perlombaan.
Filosofinya, untuk memenangkan permainan panjat pinang dibutuhkan persatuan dan kesatuan antar pemain, kekompakan, keuletan, dan melalui proses perjuangan demi mencapai satu tujuan dan kebahagiaan.
Panjat pinang zaman sekarang telah dimodifikasi dan memanfaatkan bahan yang mudah didapat di sekitar, karena dibeberapa daerah sulit mendapatkan pohon pinang, maka dipakailah pohon bambu dengan beragam hadiah yang menarik. Namun, tahukah kita? ternyata panjat pinang menyimpan luka dan sejarah kelam Indonesia.
Sisi Kelam Panjat Pinang
Ternyata perlombaan panjat pinang sudah ada sejak penjajahan Belanda. Pada masa itu panjat pinang diadakan setiap tanggal 31 Agustus untuk merayakan hari Ulang Tahun putri Belanda, Ratu Wilhelmina. Awalnya, perlombaan panjat pinang dikenal sebagai de Klimmast, yang memiliki arti ‘memanjat tiang’.
Selain itu, dimasa penjajahan, Panjat pinang diadakan untuk merayakan hajatan besar Belanda. Misalnya untuk acara ulang tahun, pernikahan, atau juga hajatan besar lainnya. Yang menjadi tamu undangan adalah dari kalangan mereka sendiri, sedangkan para peserta panjat pinang itu sendiri dari kaum pribumi.
Kaum pribumi yang pada saat itu hidup dalam kesengsaraan dan kekurangan sengaja dijadikan peserta. Bangsa Belanda menjadikan panjat pinang ini sebagai tontonan yang sangat menarik. Saling injak, saling jatuh dan saling berebutan untuk medapatkan hadiah.
Hal yang dilakonkan oleh kaum pribumi ini ternyata dapat memancing kebahagiaan Belanda karena mereka dapat tertawa sepuasnya melihat kaum pribumi yang menjadi peserta panjat pinang.
Sedangkan bagi pribumi sendiri sangat senang dengan ajakan dijadikan peserta karena hadiah yang disimpan di atas pohon pinang merupakan hadiah mewah pada saat itu.
Dulu para penjajah memasang batang pohon pinang yang telah dilumuri minyak atau oli di sebuah tanah lapang. Bedanya pada masa itu hadiah yang diperebutkan adalah bahan pokok seperti beras, roti, gula, tepung, dan pakaian. Pada masa itu, barang tersebut adalah sebuah kemewahan bagi masyarakat Indonesia yang saat itu hidup serba kekurangan.
Masih Pantaskan Lomba Panjat Pinang Diadakan?
Dengan adanya sejarah kelam tersebut, kemudian timbul pertanyaan, masih pantaskah permainan panjat pinang yang notabene peninggalan bangsa Belanda dan merupakan “pelecehan” untuk kaum pribumi dilakukan? Sementara masyarakat Indonesia bersusah payah memanjat dan meraih hadiah, orang-orang Belanda hanya menonton dari bawah.
Mereka menganggap hal ini sebagai lelucon dan menertawakan ketika ada orang yang terjatuh. Dan hal inilah yang menjadi alasan mengapa banyak orang yang menentang lomba panjat pinang diadakan di Indonesia.
Banyak orang menganggap bahwa panjat pinang hanya membawa kenangan buruk di masa penjajahan. Masa-masa di mana kita, bangsa Indonesia ditindas dan ditertawakan oleh bangsa lain.
Ada juga yang menilai bahwa panjat pinang sebenarnya mengukuhkan strata sosial yang ada di masyarakat. Namun tidak sedikit yang menilai bahwa panjat pinang diadakan untuk meneladani perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. Selain itu, ada beberapa nilai yang bisa diambil yaitu kerja sama, semangat, dan pantang menyerah untuk meraih sesuatu.
Semua kembali lagi kepada diri kita sendiri. Kita masih bisa mengambil banyak hal positif dari sebuah pertandingan panjat pinang. Selalu berpikir postitif sehingga kita akan dapat semakin maju.
Disadari atau tidak, tahu atau belum tahu tentang sejarah kelam ini, saya melihat bangsa Indonesia justru mampu melihat sisi baik dan semangat kebersamaan dari perlombaan panjat pinang ini.
Paling tidak, melalui lomba panjat pinang ini, kita dapat mengambil hikmah bahwa lomba panjat pinang dapat memberikan pelajaran bahwa kita memang harus kerja keras, kompak, bersatu padu, dan berjuang apabila kita menginginkan sebuah perubahan besar dan apabila kita mau mencapai suatu kemenangan.
Yang terpenting, Panjat pinang membutuhkan kerja sama yang solid. Bagaimana tidak, siapa yang bisa memanjat batang menjulang itu seorang diri? Terlebih lagi, pinang sudah diolesi dengan minyak atau oli untuk menambah keseruan lomba. Lagi pula, tak lengkap rasanya perayaan 17 Agustus tanpa adanya lomba panjat pinang.
• Guru SMAN 1 Takengon, tinggal di Jalan MJM Takengon.