Perseteruan Win Wan Nur vs Tagore Menguji Nyali Ke-Gayoan Kita

oleh

Oleh : Buniyamin*

Perseteruan dalam narasi media sosial dalam beberapa hari terakhir yang berujung pelaporan Win Wan Nur oleh Tagore Abubakar kepada pihak kepolisian dalam hal ini Polres Aceh Tengah merupakan tanda bahwa sebegitu rapuhnya lah nyali Ke-Gayoan kita selama ini.

Dari satu sisi Win Wan Nur menginginkan pencarian kebenaran sejarah berdasarkan pada realitas dan rasionalitas, sesuatu yang berdasarkan fakta dan masuk akal.

Sementara, di sisi lain Tagore sebagai tokoh dan juga katanya pemilik benda bersejarah, sama sekali tidak peduli, apakah segala teori tentang sejarah Gayo, masuk akal atau tidak. Tagore ingin bahkan memaksa semua orang untuk mempercayai hipotesa sejarah yang tidak masuk akal, sebagaimana dirinya mempercayainya.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Tagore melakukan itu supaya orang-orang menobatkannya sebagai tokoh yang benar-benar memiliki legitimasi atas kekuasaan karena dia memiliki alasan pembenar atas kepemilikan benda-benda antik yang dia sebut merupakan bukti sejarah.

Sedangkan Win Wan Nur sebagai anak muda, sama sekali tidak peduli dengan segala legitimasi maupun pengakuan atas ketokohan. Dia hanya ingin sejarah Gayo yang akan diwariskan kepada anak cucu kelak benar-benar teruji, memiliki landasan yang kokoh, sehingga bisa menjadi acuan bagi generasi Gayo mendatang agar mereka tidak gagap hidup dalam kemajuan zaman dan peradaban yang semakin tinggi

Dan menurut Win Wan Nur, ini semua tidak akan terjadi kalau sejarah tidak digali berdasarkan premis awal yang rasional.

Tapi, Tagore yang konon katanya selaku ketua Dewan Adat Gayo (DAG) sehingga seringkali dengan penuh percaya diri mengatasnamakan Gayo untuk sesuatu yang merupakan masalah pribadinya.

Sebagai contoh, Tagore mempertontonkan kepada kita bagaimana pongahnya dia mengatakan bahwa sikap kritis Win Wan Nur yang mempertanyakan kebenaran klaim sepihak Tagore, sebagai sikap yang menyakiti hati orang Gayo.

Saya tidak tahu orang Gayo mana yang dimaksud Tagore, karena saya tanya sama kerabat saya di Gayo Lues, mereka tidak sakit hati, saya tanya orang Serbejadi, mereka tidak sakit hati, saya tanya orang Kalul, juga tidak sakit hati. Jadi orang Gayo mana yang dimaksud Tagore, sakit hati atas pernyataan Win Wan Nur.

Justru saya dan masyarakat Gayo Lues merasa sakit hati dengan klaim sepihak Tagore yang mengklaim dirinya merupakan ketua Dewan Adat Gayo, padahal kami orang Gayo Lues tak pernah memilihnya dan tak dilibatkan dalam proses pembentukan Dewan Adat Gayo versinya.

Orang Serbejadi dan orang Kalul yang saya tanyai juga menyatakan hal yang sama. Mereka sakit hati karena Tagore secara sepihak mengklaim dirinya sebagai Ketua Dewan Adat Gayo.

Lebih jauh, orang Gayo Kalul juga merasa sakit hati karena dulu ketika kampanye untuk jadi anggota DPR RI, Tagore mengumbar 7 janji yang satupun tak pernah dia penuhi sampai hari ini.

Jadi Tagore, berhentilah mengatasnamakan Gayo untuk urusan ketidaksukaan pribadimu kepada Win Wan Nur.

Perlu anda ketahui wahai Tagore, struktur organisasi DAG mu memiliki dewan penasehat tapi mandul.

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, jika DAG yang kental dengan budaya Ke-Gayoan bukankah seharusnya DAG mampu merajut benang kusut atas darah serumpun ini?

Sorak sorai atas rapuhnya nyali ajaran Ndatu kita ” Salah Bertegah Benar Berpapah ” akan menjadi celah begitu mudahnya kita mengalami pendangkalan rasa Gayo yang kita miliki.

Ini terjadi akibat sesama kita sarat dipenuhi ambisi atas sebuah kepentingan dan menjadikan identitas pribadi sebagai sebuah kebenaran, akibatnya, ruh pemersatu budaya yang kita gaungkan selama ini, jadi tidak ada gunanya sama sekali.

Sudah benarkah nyali yang kita gaungkan selama ini ” Asal Linge Awal Serule” benar-benar kita hayati atau itu semua hanya sebagai pemanis retorika kita.

Saya selaku orang Gayo, terus terang, ingin kembali kepada prinsip ” Ike Bulus Enti Mutingki Ike Bulet Enti Musagi ”

Tapi sayangnya, kamu Tagore menggiring semua untuk kepentingan pribadi.

Jadi Tagore, mulai hari ini berhentilah menjual nama Gayo untuk kepentingan pribadimu.

• Penulis adalah seorang warga Gayo asal Gayo Lues

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.