Aceh Tengah Miskin Buku-Buku Muatan Lokal

oleh

Takengon-LintasGAYO.co: Kabupaten Aceh Tengah sangat miskin dengan buku-buku yang bermuatan kearifan lokal, baik yang terkait dengan buku Bahasa Gayo, budaya, sejarah, kuliner, situs, adat, sastra, parawisata dan lain-lain.

Demikian disampaikan salah sorang peserta diskusi sejumlah penggiat literasi dan pengelola Taman Baca Masyarakat (TBM) di tanah Gayo Kabupaten Aceh Tengah bersama Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh yang baru Karyono, S.Pd., M. Hum Selasa, 15 Februari 2022 disalah satu café di Kota Takengon.

Pemerintah dan lembaga terkait kurang memperhatikan bidang ini padahal buku adalah produk pertama dalam membudayakan dunia literasi serta jendela dunia.

Reje (Kepala Kampung) Paya Tumpi Baru Idrus Saputra mengatakan pemerintah kurang memperhatikan tentang literasi ini, kampung-kampung dan komunitas lainnya biasanya bergerak sendiri-sendiri tanpa dikoordinir ataupun difasilitasi.

“Pemerintah kurang memperhatikan tentang literasi ini, padahal Aceh Tengah sangat kaya dengan objek yang perlu ditulis dan diketahui oleh generasi muda. Contohnya seperti tiponomi nama-nama kampung-kampung disepanjang Danau Lut Tawar, legenda, sejarah dan lain-lain,” kata Idrus yang akrap disapa dengan nama Ados ini.

Peserta lainnya menambahkan dinas terkait dan Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Aceh Tengah tidak mempunyai program penulisan dan penerbitan/pengadaan buku-buku tentang muatan lokal, bahkan untuk koleksi bacaan buku lokal Perpustakaan Daerah mereka justru meminjam dari komunitas literasi yang ada untuk digandakan. “Ini kan ironis,” katanya.

Menanggapi hal tersebut Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh Karyono, S.Pd., M. Hum mengatakan program penulisan hingga penerbitan ada program khusus.

“Program penulisan hingga penerbitan ada tahapannya sendiri, itu biasanya masuk dalam kigiatan bengkel sastra yang dirancang dan dilaksanakan oleh Balai Bahasa,”jelasnya.

Salah seorang pelaku literasi dan penulis Gayo Vera Hastuti mengaku sangat senang mendengar jawaban dan program yang disampaikan Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh.

“Kegiatan literasi hingga pada tahap penerbitan buku kita selama sangat kurang, kami sangat senang jika memang Balai Bahasa dapat mempasilitasi hal tersebut. Karena yang menjadi kendala kita selama ini adalah pada proses puncak dari kreativitas literasi,” kata Vera yang baru-baru ini karyanya terbit bersama sejumlah penulis Gayo dalam buku “Subang” terbitan The Gayo Institute (TGI).

[AR]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.