Oleh : Win Wan Nur*
Dari sekian peserta jambore Leuser yang berlangsung di dusun Merodot, Kampung Ujung Pasir, Bintang beberapa waktu yang lalu. Nourman Hidayat, bisa dibilang adalah satu sosok paling menarik.
Pertama, dari namanya yang mirip-mirip almarhum Norman Edwin, sosok legendaris dari Mapala UI yang namanya identik dengan nama Mapala sendiri.
Di luar kemiripan nama, Nourman, yang merupakan alumnus Fakultas Hukum USK ini adalah anggota UKM PA Leuser angkatan ke-10
yang saat ini berprofesi sebagai advokat terkenal di Aceh. Di saat ini, di usianya yang menjelang 50 tahun, adalah satu dari sekian banyak anggota Mapala Leuser yang masih aktif.
“Seharusnya, Nopember 2021 lalu saya sudah di basecamp Everest via Nepal. Namun karena pandemi, saya batal ke sana atau terpaksa menunda untuk bisa berada di basecamp atap dunia itu.” ungkapnya pada LintasGAYO.co yang mewawancarainya.
Dia juga mengaku kalau saat ini dirinya bersama teman-teman seangkatan di Leuser, sedang bersiap untuk melakukan pendakian kembali ke Bur Ni Kelieten, sekedar untuk menikmati alam ciptaan Tuhan yang luar biasa.
Selain aktivitasnya, hal menarik lain, dari sosok Nourman dan keluarganya adalah pemecah rekor sebagai anggota Leuser dengan keluarga inti terbanyak bergabung di UKM PA Leuser.
Mulai dari kakak perempuannya, adik sampai istrinya adalah anggota Mapala Leuser, almarhum abang iparnya, juga anggota Leuser.
Kisah keluarga Nourman di Leuser, berawal dari kakak angkat mereka yang sudah lebih dulu masuk Leuser. Sang kakak angkat mengajak kakak kandungnya, Rachmawati yang lebih dikenal dengan nama Inong, lalu dirinya ikut bergabung, kemudian adik perempuannya Dian Mainar, yang dikenal dengan nama Dek Na, yang meski awalnya keinginannya masuk Leuser ditentang Nourman, tapi karena keinginan Dek Na diback up oleh para Leuser Wati Diksar X, akhirnya Nourman tak bisa berkata apa-apa, dan tiga orang anggota keluarga inipun bergabung dengan Leuser.
Tak cukup sampai di situ, Kak Inong kakaknya, menikah dengan anggota Leuser juga, Nourman pun begitu, usai ditinggal selamanya oleh almarhumah istrinya, Nourman pun menikah dengan anggota Leuser dan Dek Na adiknya juga menikah dengan anggota Mapala STIK Pante Kulu. ditentangdan terakhir istri sy juga dari mapala Leuser.
Kakak saya bersuamikan anggota mapala leuser. adik kandung saya bersuamikan anggota mapala juga.
Tidak berhenti sampai di situ, belakangan beberapa keponakannya juga bergabung dengan Mapala Leuser. Praktis, 9 anggota keluarga Nourman adalah anggota mapala.
Saat dirinya ditemui LintasGAYO.co di ajang Jambore Leuser di Merodot, Nourman menyatakan besarnya rasa bahagianya bisa berjumpa dengan seluruh anggota Leuser, baik senior maupun junior.
“Sesuatu yang sangat membahagiakan bisa bersama mereka tanpa ada batas tertentu, tanpa memandang status sosial dan jabatan. Ini adalah keluarga kedua kami. ” ujarnya.
Saat ditanya apakah profesinya sekarang (sebagai advokat) menghambat aktivitas kepecintaalaman nya? Nourman membantah, jangankan saat menjadi advokat, bahkan saat dirinya menjadi anggota legislatif dua periode di Aceh besar (2004-2009 dan 2009-2014) aktivitas kepecinta alamannya sama sekali tidak terganggu, bahkan Nourman merasakan bahwa pengalamannya di Leuser memberi manfaat yang besar sekali saat berada di lapangan.
“Saat tsunami Aceh tahun 2004, saya bisa tidur nyenyak di gudang maupun di atas lantai yang basah, berbaur dengan para pengungsi tanpa canggung, meski saya seorang anggota dewan, “Kenang Nourman sambil tertawa.
Usai mengikuti Diksar angkatan 10 pada tahun 1993, Nourman yang di Leuser memiliki nomer anggota LL.164. US. tergabung dalam tim EJSL’94 yang melakukan ekspedisi pedakian jalur selatan Leuser selama 23 hari, yang dimulai pada bulan Juli 1994 dan sukses mencapai puncak pada bulan Agustus di tahun yang sama.
Sebagai anggota Mapala Leuser, Nourman mengaku ingin meluruskan kesalahan persepsi orang bahwa menjadi pencinta alam adalah hidup yang radikal dan tidak ada manfaatnya.
“Justru pendakian itu melatih setiap anggota untuk tidak pernah berhenti berjuang hingga sampai puncak. Hingga sampai ke tujuan. Lalu bonusnya adalah rasa syukur bisa berada di sebuah tempat paling indah di dunia, yaitu puncak gunung”.
Mapala Leuser itu anti dengan narkoba, anti juga dengan sikap oportunis.
“Kita dibiasakan untuk tidak ambil manfaat dengan kekuasaan. Hingga kini saya merasakan hal itu.
Saya berharap Mapala Leuser akan dapat memberi kontribusi besar untuk Aceh dan dunia sekalian.” pungkasnya.