Universitas Gajah Putih Gelar Dialog Kupi Uyem Bakoe

oleh

TAKENGON-LintasGAYO.co : Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon akan menggelar dialog bertajuk Kupi, Uyem, Bakoe, Kamis 16 Desember 2021. Kegiatan ini dalam rangka Desember Kopi Gayo.

Rektor UGP, Elliyin, S.Hut, MP, yang turut menjadi narasumber dalam dialog itu mengatakan, berbicara mengenai kopi, pinus dan tembakau, masyarakat di dataran tinggi Gayo patut bersyukur, karena hal itu merupakan anugerah yang luar biasa.

“Walaupun di beberapa daerah memiliki kondisi geografis yang sama tetapi Kopi Arabica Gayo ini berbeda. Selain dari cita rasa dan aroma, kopi Gayo merupakan andalan perekonomian masyarakat Gayo pada umumnya,” kata Elliyin.

Begitu juga dengan tembakau yang memiliki sejarah gemilang di dataran tinggi Gayo, bagaimana dengan tembakau ini juga bisa menjadi penopang perekonomian masyarakat Gayo sejak dulu, walaupun di beberapa tahun belakangan ini tembakau agak meredup.

“Begitu juga dengan pinus yang tidak terlepas dari kehidupan ekonomi masyarakat Gayo,” tegasnya.

Terkait dengan tanaman kopi sebutnya lagi, Uiversitas Gajah Putih sendiri di Fakultas Pertanian memiliki prodi pengelolaan tanaman kopi.

“Yang alhamdulilah prodi ini merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia yang secara khusus mempelajari permasalahan tentang kopi. Kopi merupakan anugerah yang luar biasa bagi masyarakat yang berada di dataran tinggi ^ayo,” ungkap Elliyin.

“Kemudian kenapa kopi Gayo belum bisa memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian masyarakat Gayo dan belum bisa dijadikan satu-satunya andalan di dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, ini diakibatkan kita masih menjual kopi dalam bentuk green bean (biji), belum dalam bentuk olahan,” katanya.

“Secara diversifikasi produk kopi masih dapat dikembangkan secara luas, selain kebutuhan pangan, kopi juga dapat diolah menjadi kebutuhan non pangan, seperti, produk kecantikan, obat-obatan, pengharum dan lainnya, yang mana indsutri pengolahan kopi kita masih rendah,” tambahnya.

Dilanjutnya, permasalahan lain dalam budidaya kopi belum adanya pengaturan zona.  Zona-zona mana yang cocok untuk budidaya tanaman kopi. “Kebayakan sekarang yang kita lihat, masyarakat masih melakukan uji coba dalam budidaya kopi sehingga hasilnya tidak maksimal,” ucapnya.

“Disamping masih minimnya industri pengolahan kopi, penetapan zona yang cocok untuk budidaya tanaman kopi juga masyrakat dihadapkan pada keterbatasan lahan,” sebutnya.

Untuk tanaman pinus, Gayo memiliki lahan hampir 97.300 Ha sesuai SK Menteri kehutanan Nomor 556/KPTS II/1997 konsesinya hutan pinus yang sebagian berada di Aceh dikuasai THL yang mana konsesi ini akan berahir pada tahun 2035.

“Apa mereka ilegal, tentu tidak. Pertanyaannya apa hutan pinus ini bisa di kelola oleh masyarakat, jawaban nya bisa karena ada beberapa kebijakan yang diatur, masyarakat diberikan hak untuk mengelola hutan adat, kemudian ada kekhawatiran, kalau masyarakat yang mengelola hutan adat apa tidak akan merusak hutan, ini perlu dilakukan pendampingan dan pelatihan-pelatihan, sehingga masyarakat mampu mengelola hutan sehingga dapat menambah pemasukan dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyrakat,” tandasnya.

Dalam kagiatan ini juga hadir, Banleg DPRK Aceh Tengah Susilawati, Dekan Fakultas Pertanian UGP Salmandi, SP. MP, Kadis Pertanian dan Perkebunan Prov. Aceh, Asosiasi Kopi Gayo Indonesia. Asosiasi Tembakau Gayo, Asosiasi Getah Pinus Masyarakat Gayo, Gayo Institut Salman Yoga juga Fikar W Eda yang dalam pembukaan acara membacakan musikalisasi Puisi Kopi, Uyem dan Bako, mahasiswa, tokoh budaya LK ARA dan komunitas lainnya.

[Mat/DM] 

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.