[Puisi] Jalan Lintang dan Pasar Inpres
Zuliana Ibrahim
Waktu membusuk di udara, menerkam gerimis
napas mulai tersenggal dan sebagian berdesakkan ke ubun-ubun
Malam pekat, sunyi menyergap lorong-lorong pasar. bau rokok, bau amis, bau busuk
lebih bersahabat bau anan yang menjajakan sepaket sirih
Diam-diam langit melirik sebatang jalan yang menawarkan pahanya di lintasan,
deru balap liar dan anak belasan tahun dengan senyum bermakna keluar singgah diremang lampu
Tepat tengah malam bau busuk menjadi-jadi
menembus daun jendela mereka yang sebagian lelap
mimpi mereka berubah haluan bertunas empedu, teriakan seperti lolongan
Waktu perlahan beraroma embun, subuh di ketiak penikmat malam
lorong-lorong pasar jadi hangat, bau busuk telah pulang
seorang anak belasan tahun mengunyah permen, senyumnya kini tak bermakna
Sekarung taruk jipang di atas becak,
haha hihi mulawi
terlalu banyak bicara kopi
lupa bau busuk yang menyengat malam tadi
Takengon, 2016
*Dipetik dari buku “Antologi Puisi 5 Penyair Modren Gayo – GERGEL-“, Takengon: The Gayo Institute (TGI), 2021.