Ekspresi Game Online dan Sumang Gayo (Sebuah Kajian Sosiologi)

oleh

Oleh : Vera Hastuti, M.Pd*

Sejak lama, Aceh termasuk di dalamnya daerah Gayo, memang berbeda dari provinsi-provinsi lain. Daerah ini dicap “istimewa” dibandingkan daerah lain di seluruh Indonesia. Berdasarkan catatan, Indonesia di jajah salama kurang lebih 350 tahun. Maka, Aceh hanya di jajah selama 38 tahun.

Mengapa daerah Aceh sulit ditaklukkan oleh penjajah? Ada beberapa penyebab mengapa Aceh bisa tangguh, salah satunya adalah semangat juang dan nilai-nilai Syariat Islam yang diterapkan di daerah ini.

Termasuk dalam menyikapi pengaruh Game Online, lagi-lagi Aceh berbeda. Provinsi yang terkenal dengan sebutan Serambi Mekah ini berani tampil beda, dengan mengeluarkan fatwa melalui MPU Aceh Nomor 1 tahun 2016 tentang Judi Online yang mengharamkan permainan judi online.

Tidak usai sampai disana, pada 19 Juni 2019, MPU Aceh juga mengeluarkan fatwa haram game Player Unknown’s Battlegrounds (PUBG) dan sejenisnya. Meskipun sudah ada fatwa dari MPU Aceh, nyatanya permainan game online tetap tumbuh mekar dan subur di provinsi paling Barat Indonesia ini. Bahkan, ada yang menjurus kepada judi online, sehingga dianggap menodai penerapkan syariat Islam di Aceh.

Game online merupakan salah satu permainan yang didukung oleh media internet. Seiring dengan perkembangan teknologi dan internet yang pesat, membuat penggunanya dapat mengakses aplikasi perminan ini dengan mudah. Tentunya, ada dampak positif yang diambil dan dampak negatif yang timbul oleh permainan berbasis online ini.

Sumang dan Game Online

Dari provinsi Aceh, pembahasan tulisan ini kita kerucutkan ke daerah Gayo. Suku Gayo adalah suku terbesar kedua di provinsi Aceh yang mendiami daerah Aceh Tengah dan Bener Meriah. Dalam realitas kehidupan sehari-hari, masyarakat Gayo diikat oleh adat dan budaya.

Di daerah ini, adat diperlukan sebagai acuan sistem norma/ tata sikap masyarakat dan memperkuat integritas dalam pola perilaku masyarakat.

Salah satu adat dan budaya yang masih dipegang teguh oleh masyarakat dataran tinggi Gayo saat ini adalah adat Sumang. Menurut buku yang ditulis oleh H. Mahmud Ibrahim dan A.R Hakim Aman Pinan, sumang adalah perbuatan atau tingkah laku yang melanggar nilai dan norma Agama Islam dan adat Gayo. Sumang terdiri atas sumang kenunulen, sumang perceraken, sumang pelangkahen dan sumang penengonen.

Berdasarkan kajian sosilogi budaya dan masyarakat terhadap pengaruh game online, dua dari empat jenis sumang yang telah disebutkan di atas sangat berdampak langsung dan berefek buruk terhadap pengaplikasian adat Sumang di tengah masyarakat, yaitu:

1. Sumang Perceraken

Dalam adat istiadat Gayo, sumang perceraken merupakan larangan berbicara atau mengeluarkan perkataan meliputi perkataan porno, nakal, kata-kata yang tidak menghormati orang lain dan kata-kata kotor. Dalam tata pergaulan Sumang Percerakan merupakan tata cara, adab, etika dan sopan santun dalam berbicara.

Dalam berbicara kita harus memperhatikan siapa orang yang diajak atau lawan berbicara, baik kepada orang tua, guru, pemimpin jenis, sebaya, anak-anak dan orang disektiar.

Pada beberapa jenis game online, penggunaan bahasa yang tidak sopan sudah menjadi hal biasa. Menurut sebuah penelitian, ada empat taraf kata-kata tidak sopan yang biasa dipakai oleh pemain pada game ini, yaitu taraf ringan, taraf sedang, taraf berat, dan taraf ekstrem. Yang mana, kata-kata tidak sopan ini sering terbawa dalam kehidupan nyata, baik di sengaja maupun tidak.

Selain itu, Mengutip dari Jurnal Buletin Psikologi UGM edisi 2019, beberapa game online menyajikan adegan kekerasan di dalamnya, seperti berkelahi, membunuh, dan menembak. Kondisi tersebut memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap alam sadar remaja. Gejala seperti mudah marah, mengucapkan kata kotor, emosional, merupakan tanda-tanda akibat negatif dari game online.

Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa ketika para remaja atau pelajar mengalami kesulitan atau setidaknya kalah dalam bermain game online, mereka akan dengan mudah mengeluarkan kata-kata atau istilah-istilah yang kurang mengenakan untuk didengar. Seperti kata-kata ‘binatang, anjrit’ dan lainnya. Bahkan, kata-kata tersebut sering terbawa ke lingkup kehidupannya di luar online.

2. Sumang Penengonen

Efek nyata pengaruh game online yang kedua adalah terkait sumang penengonen. Sumang penengonen ialah larangan melihat aurat dan memperlihatkan aurat. Hal ini dianggap tabu karena dikhawatirkan dapat terjurumus dalam kemaksiatan.

Sumang Penengonen menghendaki pendukungnya terhindar dari jalan yang dapat merusak harkat dan martabatnya sebagai manusia yaitu dari pelecehan seksual dan penyimpangan sosial.

Faktanya, pada beberapa jenis game online sering ditemui gambar-gambar kartun yang mengumbar aurat, terutama tokoh kartun wanita yang berpakaian fulgar dan seksi. Sehingga, gambar dan foto yang harusnya tabu untuk dilihat oleh remaja dan anak-anak usia sekolah kini menjadi tontonan umum dan kesannya biasa.

Pada beberapa jenis game online lainya, selain aurat wanita dalam bentuk animasi dipertontonkan dengan kentara. Bahkan, terkadang ada beberapa adegan di dalam permainan online yang mengarah kepada pornografi. Sebenarnya, apa yang dilihat oleh anak jauh lebih berbahaya dari apa yang didengar oleh seorang anak.

Karena, sifat dari anak adalah peniru ulung. Sehingga, tidak heran, akibat semaraknya game online kasus kejahatan seksual pada anak semakin meningkat di masyarakat.

Selain itu, efek lain dari game ini bagi pelajar adalah sering meninggalkan tugasnya sehari-hari termasuk dalam pengalaman ibadah shalat. Bahkan, berdasarkan hasil penelitian akhir seorang mahasiswa di Kabupaten Tanggamus dengan menggunakan pendekatan naturalistik mendapati bahwa dari lima belas remaja yang bermain game online sebagian besar malas dalam mengerjakan shalat, dan terlambat dalam mengerjakannya.

Kembali lagi, ini adalah sebuah tulisan ringan dengan pendekatan lingkungan masyarakat dan anak (pelajar) sebagai subjek penelitiannya. Bahwasanya, game online dalam kehidupan pelajar, harus masih dalam pengawasan ekstra orang tua dan lingkungan.

Sangat banyak efek negatif yang ditimbulkan oleh permainan online ini terhadap pelajar terutama anak-anak. Kita tidak dapat menepis, bila ada beberapa orang yang mengklaim ada manfaat positif game ini dari sudut pandang yang berbeda. Untuk kasus ini, semua kembali kepada sudut padang masing-masing, Pro atau Kontra.

• Guru SMAN 1 Takengon

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.