Menanti Lailatul Qadar; Jangan Spekulasi Waktu

oleh

Oleh : Muhammad Nasril, Lc. MA*

Bulan suci Ramadhan 1442 H kini telah memasuki fase akhir. Tinggal menghitung hari, bulan yang penuh kemuliaan ini akan segera meninggalkan kita. Tidak ada manusia yang bisa memastikan apakah ia akan kembali bertemu  Ramadhan tahun depan atau tidak.

Saat ini adalah momentum yang tepat untuk mengevaluasi serangkaian amalan selama hari-hari Ramadhan yang telah berlalu, sehingga pada 10 akhir menjadi modal untuk lebih semangat dibandingkan sebelumnya, dan pada akhir Ramadhan ini terdapat bonus besar, yaitu Lailatul Qadar.

Lailatul Qadar merupakan  malam yang paling dinanti umat muslim di seluruh belahan bumi saat bulan Ramadhan. Sebagaimana digambarkan dalam Al Qur’an bahwa kemuliaannya  lebih baik dari seribu bulan.

Allah SWT berfirman;

”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS.AlQadr:1-3).

Sudah seharusnya, 10 hari terakhir Ramadhan ini menjadi puncak ibadah kita. Karena, pada fase ini menjadi penentu bagi siapa saja yang berhak disematkan gelar takwa, yaitu tujuan ibadah puasa, dan ke depan menjadi insan lebih taat.

Namun ada fenomena memilukan di tempat kita, dan terasa miris, di akhir Ramadhan, banyak orang yang mulai lupa bahwa mereka sedang dalam bulan yang dilipat gandakan pahala dan bulan peluang menjadi insan Muttaqin. Kita bisa melihat kondisi pasar, mall, warung kopi mulai ramai, target Ramadhan tidak tercapai dan Lailatul Qadar berlalu begitu saja.

Keberadaan Lailatul Qadar ini pasti, namun kapan  waktunya selalu menjadi misteri. Tanggal kedatangannya tidak ada yang dapat memastikan. Tidak ada dalil yang menyebutkan secara terang kapan waktunya terjadi, sehingga terjadi perbedaan  pendapat di kalangan ulama.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa malam kemuliaan itu terjadi di 10 hari terakhir Ramadhan dan secara khusus lagi pada malam-malam ganjil, yaitu malam 21, 23, 25, 27, dan 29.

Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa. Pada malam tersebut Allah akan mengabulkan segala permintaan hamba-Nya dan mengampuni dosa-dosanya. Nabi SAW bersabda;

“Dan barang siapa yang beribadah pada malam Lailatul qadar semata-mata karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Bukhari).

Dengan mengetahui kemuliaan Lailatul Qadar harus menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah di hari-hari terakhir Ramadhan dengan cara memperbanyak shalat malam, membaca Alquran, zikir, berdoa, membaca shalawat, tasbih, istighfar, i’tikaf, dan lainnya.

Meski saat ini kita berada dalam kondisi pandemi Covid-19, banyak aktivitas yang harus dilakukan di rumah termasuk beribadah, tapi tidak menghalangi semangat kita untuk meningkatkan amal ibadah.Kita tidak bisa melakukan i’tikaf, namun kita tetap dapat melaksanakan ibadah lainnya dengan penuh kekhusyukan, baik di rumah maupun di masjid untuk berburu Lailatul Qadar.

Pelaksanaan ibadah Ramadhan di rumah tidak menurunkan kualitas ibadah kita. Kualitas ibadah  tidak hanya ditentukan oleh tempat pelaksanaan yang penting diiringi dengan keikhlasan dan kusyu’.

Sebelum terlambat, mari berburu Lailatul Qadar dengan meningkatkan kualitas ibadah kita, tidak hanya pada malam ganjil dan tidak berspekulasi kapan Lailatul Qadar itu terjadi, tetapi fokuslah beribadah di 10 hari akhir Ramadhan.

Aisyah RA berkata, ‘Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, maka apa yang aku ucapkan? Beliau menjawab, ‘Bacalah: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Yang suka mengampuni, ampunilah aku”.

Meskipun saat ini kita berada dalam segala keterbatasan, tetaplah semangat menikmati madrasah Ramadhan. Mungkin aktivitas kita terbatas, namun ampunan dan ganjaran pahala yang Allah berikan tidak terbatas. []

*Pengurus Dayah Insan Qur’ani

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.