Oleh : Drs. Jamhuri Ungel, MA*
Usaha adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan diri atau untuk merubah kehidupan dari ketidak beruntungan menjadi kehidupan yang lebih layak.
Sedangkan do’a juga adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk meminta kepada Allah untuk dipenuhinya kebutuhan atau juga merubah kehidupan dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Usaha yang dilakukan manusia mencakup seluruh aspek kehidupan baik jasmani maupun aspek rohani, aspek jasmani termasuk didalamnya memperbaiki keadaan perekonomian dengan berusaha merubah nasip diri dari orang yang berkehidupan miskin menjadi orang kaya, dengan pekerjaan sesuai dengan profesi.
Para petani terus berusaha memperluas dan memperbanyak lahan pertaniannya dan juga berusaha meningkatkan kualitas tanaman agar hasil yang didapat semakin lama semakin meningkat, seorang buruh terus berusaha mencari pekerjaan setiap harinya untuk mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan upah dari jasa-jasa mereka, pedagang setiap hari menjajakan dagangannya supaya penjualannya meningkat dan mendapatkan keuntungan yang berlipat setiap harinya.
Demikian juga dengan pegawai, polisi, tentara dan lain-lainnya. Mereka tidak merasa puas dengan apa yang diusahakan, baik sebagai petani, pedagang, nelayan, buruh, pegawai dan lain-lainnya.
Karena sebagai seorang muslim mereka berkeyakinan semua usaha kalau tidak mendapat redha-Nya pasti akan sia-sia, kalau tidak dibatangnya, dibuahnya atau juga di harganya.
Bagi pedagang juga demikian tidak merasa puas dengan usahanya tanpa mengaitkannya dengan redha-Nya Allah, demikian juga dengan usaha-usaha lain yang dikerjakan. Sehingga sebagai muslim tidak bisa memisahkan antara usahanya sebagai pribadi dengan adanya peran Allah dalam usaha mereka.
Pada dasarnya semua usaha dan do’a berjalan secara baik tanpa adanya niat dan usaha untuk tidak baik. Seperti orang tua berusaha mencari nafkah kemudian memberikan kepada anaknya sebagai kewajiban nafkah, menyekolahkan anak-anak mereka sampai kepada jenjang yang paling tinggi dengan tidak lupa berdo’a kepada Allah agar anak-anak mereka menjadi orang yang berguna untuk agama dan bangsa.
Tetapi sangat kita sayangkan ketika hendak mendapatkan pekerjaan mereka membayar (menyogok) supaya anak mereka mendapat pekerjaan. Orang tua berusaha dan berdo’a sebagaimana telah disebutkan tetapi do’a agar anaknya sehat dibayar dengan uang supaya lulus pada tahap tes kesehatan.
Masyarakat selalu berdo’a agar kehidupan mereka menjadi sejahtera dengan redha Allah, setiap hari berusaha dan berdo’a adar negara (daerah) mereka terhindar dari segala macam musibah, mereka berdo’a agar pemimpin mereka memiliki sifat yang baik, jujur, adil tetapi ketika tiba masa pemilihan mereka semua lupa dengan usaha dan do’a mereka, mereka menerima uang. Akhirnya do’a mereka semua sia-sia.
Itulah fenomena aqidah yang terjadi pada saat ini, kebanyak orang tidak menghargai apa yang telah mereka usahakan secara baik dan benar. Mereka terpengaruh dengan nilai instan yang mereka ciptakan sendiri, mereka di awal telah menyerahkan diri secara total kepada Allah, tapi dengan mudah akhirnya mengganti usaha dan do’a mereka dengan ganjaran apa yang telah diharamkan oleh Allah.
Kalau kita berani sadar dan berpikir benar bukankah akibat ulah kita sendiri maka Allah mengambil berkah-Nya dari hidup kita, harta yang kita dapat tidak lagi berkah, ilmu yang kita punya tidak lagi berkah, akhirnya kita menganggap murka-Nya Allah tidak jauh berbeda dengan redha-Nya, bahkan sebaliknya murka-Nya kita anggap sebagai redha-Nya dan redha-Nya kita anggap sebagai murka….na’uzu billahi min zalik. []