Oleh : Dr. Joni, MN*
Ada suatu kaum yang mencari ilmu dengan niat yang merusak demi keduniaan, dan supaya mereka mendapat pengakuan (harapan diakui/ pengakuan) dan ingin mendapatkan sanjungan dan agar dipatuhi orang.
Seterusnya, barulah mereka mendapatkan apa-apa yang mereka inginkan. Kaum yang demikian sama halnya seperti kelompok borjuis yang hanya mampu menyinari dunia dengan cahaya ilmu kesombongan, tidak memberikan kesan di dalam hati, dan ilmu mereka tidak membuahkan hasil berupa amal.
Orang-orang yang berilmu dan yang bersifat borjuis hanyalah orang yang benar-benar menginginkan generasi mereka. Dan, mereka-mereka hanyalah menyia-nyiakan ilmu dengan membicarakannya dengan yang bukan ahlinya bukan bidangnya.
Namun, ilmu haruslah ditempatkan dengan sesuai seterusnya harus bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkan, karena orang-orang yang semacam inilah yang disebut orang-orang yang bersyukur. Bila dibandingkan dengan Ilmu-Nya Maka sangat beruntunglah bagi orang-orang yang senantiasa bersyukur, dan merendah karena ilmu.
Di satu kaum lainnya, mereka mendapatkan ilmu, dan mereka mendapatkan kedudukan, lalu mereka bersikap zalim. Mereka melepaskan diri dari ikatan ilmu, dan melakukan berbagai dosa, dan kenistaan.
Kesemua golongan tersebut terus meriwayatkan ilmu-ilmu malah dalam jumlah yang besar. Tetapi, mereka meninggalkan generasi yang nampak kekurangan, mereka lebih mengedepankan yang berharta dan dari keturunan-keturunan yang berjois dalam melaksanakan dan merealisasikan ilmu dan amal.
Secara lahiriah mereka-mereka ini nampak seperti orang yang ahli ilmu dan yang dia cari adalah ungkapan “wah” dari orang lain, namun tidak mengusai ilmu – ilmu apa pun secara baik.
Allah SWT lebih mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, serta Allah tau apa-apa yang ada di dalam hati hambaNya. Maha Benar Allah atas segala firmanNya.
*Penulis adalah Waka 1 Bidang Akademik STIT ALWASHLIYAH Aceh Tengah