Oleh : Fifyn Srimulya Ningrum S.Psi*
Tepat hari Rabu, 28 Oktober 2020, Indonesia memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-92. Kongres pemuda dilakukan selama dua hari, kemudian ditutup pada 28 Oktober 1928 dan menghasilkan rumusan yang disebut oleh para pemuda yang hadir saat itu sebagai Sumpah Pemuda.
Ketika membaca dan mendengar kembali kisah perjuangan para pemuda yang memiliki peran penting dalam sejarah Republik Indonesia, kini menjadi tugas kita untuk menghargai upaya yang telah dilakukan sebelumnya. Salah satunya dengan aware terhadap isu-isu kesehatan mental.
Tahun ini hari Sumpah Pemuda (28/10/2020) dan hari Kesehatan Mental Sedunia (10/10/2020) diperingati dibulan yang sama pada saat kondisi banyak orang merasakan dampak khusus dari situasi pandemi COVID-19.
Beberapa bulan terakhir banyak tantangan yang dihadapi dari berbagai kalangan dan menjadi realitas baru seperti, Work from Home(WFH), petugas kesehatan yang harus siap siaga digaris terdepan menangani COVID-19, masyarakat yang sulit untuk mencari nafkah diluar rumah, para pekerja terancam di PHK, bahkan yang masih beraktifitas bekerja merasa was-was dan takut akan membawa pulang COVID-19 kerumah, siswa dan mahasiswa yang harus beradaptasi belajar secara daring dengan berbagai macam tantangan seperti kondisi jaringan internet, tidak adanya HP atau laptop dan lainnya.
Beradaptasi dengan perubahan gaya hidup seperti ini merupakan tantangan bagi kita semua. Jika kita belum pernah mengalami depresi atau kecemasan, mungkin mudah untuk berasumsi bahwa itu hanya terjadi pada “beberapa” orang. Tapi inilah satu hal tentang kesehatan mental: Ia tidak mendiskriminasi.
Frasa “Kesehatan Mental” cenderung digunakan dengan cara yang merendahkan. “Dia gila ya/ Dia pasti sakit jiwa/ Dia menderita penyakit mental.”
Kita harus tahu bahwa kesehatan mental sangat penting untuk kesejahteraan kita secara keseluruhan, bahkan sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Selain itu, pentingnya kesehatan mental perlu disadari karena kesehatan mental dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku kita.
Menjadi sehat secara mental tidak hanya berarti kita tidak memiliki masalah kesehatan mental. Ketika kita dalam kesehatan mental yang baik, kita dapat bekerja secara produktif, memanfaatkan potensi, mengatasi hidup, menikmati waktu luang kita, berkontribusi secara aktif serta berperan penuh dalam keluarga, tempat kerja, komunitas, dan di antara teman-teman kita.
Kesehatan mental adalah sebuah kontinum. Ada kemungkinan besar kita tidak berada di ujung spektrum yang “benar-benar sehat secara mental”. Menurut the Centers for Disease Control and Prevention, hanya 17% orang dewasa yang berfungsi pada “kesehatan mental yang optimal”, dan kemungkinan tidak ada yang tetap berfungsi pada kesehatan mental optimal tanpa batas waktu.
Kesehatan mental merupakan tanggung jawab semua orang. Kita semua pernah merasa sedih, stres atau ketakutan. Seringkali perasaan itu berlalu. Tapi terkadang mereka berkembang menjadi masalah yang lebih serius dan itu bisa terjadi pada salah satu dari kita. Setiap orang berbeda, kita mungkin bangkit kembali dari kemunduran sementara orang lain merasa terbebani untuk waktu yang lama.
Kita semua berhak merasa aman dan didukung ketika berbicara tentang kesehatan mental kita. Tetapi terlalu sering, stigma kesehatan mental membuat orang merasa terisolasi dan malu.
Kita semua dapat membantu menghilangkan stigma kesehatan mental dari satu percakapan pada satu waktu. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu memulai percakapan yang dapat mengubah hidup seseorang:
Beri waktu beristirahat untuk diri sendiri
Untuk diri yang sedang berada disituasi cemas, stres, dan tidak tenang. Istirahatlah sejenak, Karena itu bukan hal yang terlarang. HP dan laptop saja perlu diisi kembali daya listriknya setelah seharian dipakai, begitupula dengan diri kita. Setiap manusia juga butuh waktu istirahat yang cukup sebelum bisa berfungsi lagi, dan itu normal.
Bahkan tidak hanya istirahat secara fisik, namun istirahat secara mental juga diperlukan. Salah satunya luangkan waktu untuk me time. Terlebih saat pandemi, kita bisa melakukannya dengan aktifitas yang kita sukai, seperti menulis, bercocok tanam, merawat hewan ternak, menonton TV, atau merenovasi kamar, dapur dan lainnya.
Pikirkan tentang kesehatan mental sebagai satu kesatuan
Daripada menganggap kita sehat secara mental atau sakit mental, akui bahwa kita semua mengalami pasang surut dalam hidup, dan ada kalanya kesehatan mental kita akan lebih baik dan saat itu akan lebih buruk.
Bicarakan tentang perasaan kita
Membicarakan perasaan kita dapat membantu tetap dalam kesehatan mental yang baik dan dapat menghadapi saat-saat ketika kita merasa bermasalah. Berbicara tentang perasaan bukanlah tanda kelemahan. Itu bagian dari mengendalikan kesejahteraan dan melakukan apa yang kita bisa untuk tetap sehat.
Berbicara bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi masalah yang selama ini kita fikirkan. Hanya dengan didengarkan, dapat membantu kita merasa didukung dan tidak sendirian. Bahkan itu dapat bekerja dua arah.
Jika kita terbuka, itu mungkin mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial. Kesannya berbicara mengenai apa yang sedang dirasakan dan mengobrol itu hal sepele, tapi tanpanya kita bisa menjadi rentan untuk merasa kesepian juga depresi.
Kita dapat melakukannya bersama orang yang kita percayai secara virtual melalaui platform media sosial.
Bicarakan tentang sumber daya
Artinya, orang perlu tahu ke mana harus meminta bantuan. Tak satu pun dari kita adalah manusia super. Kita semua terkadang lelah atau kewalahan dengan perasaan kita atau ketika ada yang salah. Jika segala sesuatunya menjadi terlalu banyak untuk kita dan merasa tidak dapat mengatasinya, mintalah bantuan.
Keluarga atau teman kita mungkin dapat menawarkan bantuan praktis atau pendengar. Kita juga dapat menghubungi Layanan Psikologi terdekat, atau dapat melakukan konseling secara virtual dan ini akan membantu kita. Sekalipun saat ini dalam kondisi Pandemi COVID-19. Jika seseorang membutuhkan hal tersebut, biasanya merupakan awal yang baik.
Bagikan cerita kita
Bicarakan secara terbuka tentang periode dalam hidup kita ketika merasa tertekan atau cemas. Jelaskan kepada siapa pun yang mendengarkan bahwa kita yakin kesehatan mental dapat menimpa siapa saja dan penting untuk mencari bantuan.
Gabungkan percakapan tentang kesehatan mental ke dalam hari kerja
Masalah kesehatan mental memengaruhi segala sesuatu di tempat kerja mulai dari produktivitas hingga biaya asuransi kesehatan, jadi ini adalah insentif yang bagus bagi para pemimpin untuk membuka pintu percakapan tentang cara mengenali dan menangani masalah serta cara mengambil tindakan pencegahan.
Terimalah siapa diri kita
Kita semua berbeda. Jauh lebih sehat untuk menerima bahwa setiap kita unik daripada berharap lebih seperti orang lain. Merasa nyaman dengan diri sendiri dan love yourself, akan meningkatkan kepercayaan diri untuk mempelajari keterampilan baru, mengunjungi tempat baru, dan mencari teman baru. Harga diri yang baik membantu mengatasi saat kehidupan berubah menjadi sulit.
Banggalah terhadap siapa diri kita. Kenali dan terima apa yang tidak kita kuasai, tetapi fokuslah pada apa yang bisa dilakukan dengan baik. Cari tahu apakah ada sesuatu tentang diri kita yang masih ingin diubah. Apakah ekspektasi kita realistis? Jika ya, coba lakukan perubahan dalam langkah-langkah kecil.
*Alumni Psikologi Unsyiah
Ikuti channel kami, jangan lupa subscribe :