Munafik : Seolah Anti Yahudi, Tapi Ikut Cara Yahudi

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Kitab suci Al-Qur’an diturunkan untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya; Taurat, Zabur dan Injil. Usernya adalah orang Islam yang lahir dengan ridha Allah sebagai bagian dari kesempurnaan hidup dan kehidupan manusia; baik dalam keadaan normal maupun darurat.

Ayat Surah Al maidah ayat 3 :
الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kesempurnaan Islam itu, tidak hanya dalam konteks ibadah mahdah dan amaliah lainnya, tetapi juga mengatur cara berkehidupan; hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam serta menempatkan berdasarkan amanah tanggung jawab posisi seseorang jika melihat kemungkaran.

Sikap seorang muslim (terhadap hal itu) telah dibatasi oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda.

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, maka jika ia tidak mampu dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman”.

Kita hidup dalam negeri syariat; seharusnya semua harus diatur berdasarkan syariat; tidak hanya judi, minum-minuman keras dan khalwat, tetapi juga perilaku lainnya. Kalau tidak ada diatur melalui qanun atau peraturan lainnya, maka kembali kepada pribadi kita untuk melaksanakannya yang sudah tersurat di dalam Al-Qur’an dan prakteknya memang harus cerdas.

Sayangnya, faktanya memang tidak ada niatan dari sebagian saudara kita untuk melaksanakan Islam secara kaffah. Bahkan cenderung mengikuti cara yang mirip-mirip gaya ala Yahudi dalam upaya penyelesaian masalah. Rekayasa pengerahan demonstrasi terhadap PLT Gubernur Aceh yang berakhir dengan upaya interpelasi oleh DPR Aceh merupakan bukti gaya mereka jauh dari sikap islami.

Tuduhan dari “30 daftar kesalahan” PLT Gubernur Aceh, tidak ada satu butir pun yang berkaitan dengan; amoral, korupsi dan makar. Sehingga apa yang dituduhkan oleh DPRA sangat dangkal, kecuali hanya niatan membangun kebencian.

Padahal sama-sama kita tahu, tiada hari tanpa berita kekejaman Israel penganut agama Yahudi terhadap Palestina. Dunia tidak berdaya menghadapi bangsa yang sedang menjalankan “Protokol Zionis yang terbit 1903”.

Bahkan seolah Tuhan memuliakan dengan menjadikan Bangsa Israel pewaris dunia, setidaknya demikian pendapat para Rahib Yahudi dalam preamble Kitab Talmud; “Tuhanpun dalam waktu senggang mempelajari Kitab Talmud.”

Itulah yang membedakan antara kita dengan Para Zionis; mereka memuliakan diri mereka dengan merendahkan Tuhan, sedang kita memuliakan diri kita dengan mengagungkan Allahu Akbar. Begitu liarnya cara berfikir, bersikap dan berperilaku sampai diabadikan dalam Kitab Suci kita; “76 karakter Yahudi dalam Alqur’an” (Baca buku yang disusun Syaikh Musthafa Al-Maraghi).

Rencana strategis (Renstra) melalui Protocol Zionis adalah dalam rangka survival of fittes, homo homini lupus dan menghalalkan cara untuk mencapai tujuan Bangsa Israel. Mereka jauh lebih unggul dalam perang ekonomi, propaganda, politik dan diplomasi serta perang senjata. Rasanya tidak ada celah mengalahkan mereka.

Mengapa kita kalah dengan bangsa Yahudi yang jumlah mereka jauh lebih sedikit? Karena 76 karakter Yahudi dalam Al-Qur’an ada pada kita, bahkan kita menambahnya dengan karakter tidak terpuji lainnya, di antaranya; “tilok opoh kerung.”

Sungguh mereka itu telah menjadi orang yang munafik; mengaku anti Yahudi, tetapi praktek kehidupannya lebih cenderung kepada gaya dan prilaku buruk Yahudi yang terekam di dalam kitab suci Al-Qur’anul Karim.

(Mendale, Kamis, 10 September 2020)


Ikuti channel kami, jangan lupa subscribe :

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.