Radio Induk Buraq Antara (Part V) ; Pemimpin Berkonflik Tersebar se-Antero Donya

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Saya bermipi mendapatkan hadiah satu tas besar berisi uang dollar Amerika. Ketika saya mendapat rizki nomplok itu, iman saya sangat kuat. Sehingga saya tidak jatuh kepada perbuatan maksiat. Alhamdulilah!

Mimpi saya semakin jauh. Setelah menukarnya di money changer dengan rupiah, uang itu saya gunakan untuk mengunjungi saudara seperjuangan saya, yaitu anak-anak Radio Induk Buraq Antara. Saya berikan uang itu kepada mereka masing-masing bisa hidup makan tidur selama lima tahun. Alhamdulilah!

Saya terbangun dan membuyarkan dari indahnya bermimpi, setelah istri saya yang jauhnya tiga kali menyeberangi selat menelepon saya.

“Assalamualaikum, Abi”

“Alaikum salam, Umi”

“Apa kabar?”

“Baik”

“Jangan terlambat makan. Nanti lambungnya kumat”

“Iya Umi”

“Umi dengar ada ancaman wakil bupati kepada bupati karena tidak adil dalam pembagian proyek?”

Istri saya hanya alumni pesantren di daerahnya. Saya agak heran, beliau banyak tahu tentang situasi di ujung negeri ini. Saya sendiri enggan mengikuti gonjang ganjing itu.

“Iya Umi, tapi itu tidak ada urusannya dengan rumah tangga kita, kan?”

“Iya sih, masalahnya pernah menjadi trending topik nasional nomor wahid. Bahkan berita Covid-19 saja nomor urut tiga, Abi”

“Abi kurang mengikuti perkembangan, Umi. Kewajiban Abi mengkritisi dan memberi masukan sudah selesai pada awal-awal mereka memimpin di sini. Sekarang bergantung masyarakat menilai. Apakah yang Abi sampaikan benar atau hanya nafsu belaka?”

“Iya Umi tahu”

Sebegitu parahkah pertentangan bupati dan wakil bupati di sini? Sampai orang di NTB yang tidak ada hubungan “diplomatik” pun tahu. Memang saya dengar Plt Gubernur Aceh diminta oleh Mendagri untuk mendamaikannya, tetapi kedua makhluk keras kepala itu, tetap keukeuh tidak mau berdamai.

Sepatutnya mereka berdamai saja secara “syariat” meskipun “hakikatnya” saling bertentangan. Dalam menuju proses perdamaian yang sebenarnya, mereka bisa saling lobi soal penguasaan proyek APBK yang menjadi inti perpecahan itu.

Rencana DPRK Aceh Tengah akan mengadakan pansus, ditentang oleh LSM, yang menginginkan keduanya diberhentikan karena tidak saja, telah membangun hegemoni nepotisme, tetapi juga telah mempertontonkan karakter buruk kepada masyarakat luas dan dinilai telah mencemarkan nama baik daerah.

Sayangnya perpecahan itu kabarnya telah membawa-bawa mantan GAM Wilayah Samudera Pasai. Sedangkan informasi dari Radio Induk Buraq Antara yang sudah dikonfirmasi, bahwa tidak ada mantan GAM manapun yang mau terlibat dalam perpecahan itu.

“Jaga kesehatan, Abi,” kata istri saya di ujung telefon sambil memberikan kecupaan terakhir malam ini.

“Umi juga ya, mudah-mudahan setelah covid berlalu, kita akan bersatu kembali,” jawab saya, yang merupakan harapan kami.

(Mendale, Kamis, 11 Juni 2020)

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.