Oleh : Marhamah*
Hawa Ramadhan telah tiba, seluruh umat mukmin dan muslim diwajibkan melaksanakan ibadah satu ini sesuai tuntutan rukun Islam yang ketiga yaitu puasa pada bulan Ramadhan.
Di Indonesia, dalam menyambut ramadhan, setiap suku dan bangsa lain cara dalam memeriahkan kehadiran bulan penuh ampunan itu. Provinsi Aceh misalnya, Megang menjadi tradisi dan mendarah daging dalam jiwa masyarakat yang harus ditunaikan, sebelum puasa tiba.
Aceh yang memiliki beragam suku Budaya yang berbeda, memberikan warna-warni dalam prosesnya khususnya dari segi sajian makanan. Gayo misalnya, dalam Megang ada satu makanan yang tidak bisa dilupakan saat sebelum melakukan kenduri sebelum menjalankan puasa sebulan penuh.
Sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia menyambut bulan yang suci, bulan yang penuh berkah. Ada beberapa hal yang menurut masyarakat sangat wajib dilakukan sebelum puasa yaitu salah satunya membuat Lepat.
Selain membuat rendang daging, Kurik masam jing masakan khas Gayo (Ayam asam pedas) dan makanan ringan lainnya, maka membuat Lepat adalah suatu keharusan.
Makanan yang berbahan tepung beras yang direndam terlebih dahulu sekitar 30 menit lalu kemudian haluskan menjadi tepung. Selanjutnya, diadon menggunakan air aren, didalamnya disebut Tuke-Gayo, isi Lepat dilumuri kelapa yang juga diberi gula aren, lalu dibalut menggunakan daun pisang dan dikukus hingga Lepat benar-benar matang.

Warnanya yang coklat, manis campuran gula aren menurut masyarakat adalah kenikmatan yang begitu luar biasa. Bagi masyarakat Gayo umumnya Lepat Gayo bisa menjadi makanan menunda lapar, hingga berminggu pun masih dapat dikonsumsi.
Dibeberapa desa, kebiasaan ini sering dilakukan oleh masyarakat, disimpan di wadah disebut Niu (Tempayan yang terbuat dari rotan) kemudian ditempatkan diatas parabuang (Tempat penyimpanan bahan makanan), atau dengan menggantung Lepat Gayo di atas tempat memasak utem (Masak dengan kayu bakar diatasnya digantungkan Lepat, asapnya membuat Lepat semakin awet).
Dengan demikian mengkonsumsi Lepat yang telah berhari-hari ini menjadi variasi dilakukan, bisa di goreng dan di tunu (dibakar), menjadi khasnya masyarakat ditemani dengan segelas Kopi Arabika Gayo dan temani istirahat bila dalam kondisi hujan.
*Penyuka Budaya Tinggal di Makmur Sentosa Pondok Gajah Bener Meriah