Bupati Tak Hadiri Diskusi dengan Petani dan Toke Kopi, Ini Kata Kabag Humas Bener Meriah

oleh

REDELONG-LintasGAYO.co : Terkait adanya warga mengaku petani dan toke kopi yang melakukan aksi penjemuran gelondongan di halaman Kantor Bupati Bener Meriah, usai diskusi bersama jajaran Pemkab setempat, dan adanya pernyataan bahwa Pemkab Bener Meriah tidak serius menangani persoalan anjloknya harga kopi.

Menanggapi itu, Kabag Humas dan Protokoler Bener Meriah, Wahidi menyayangkan aksi yang dilakukan beberapa toke dan petani kopi itu.

Wahidi menjelaskan, sehari sebelumnya mereka telah bertemu dengan Bupati Bener Meriah di ruang kerja Bupati.

“Saat itu, sudah ada kesepahaman antara Bupati dengan para toke dan petani kopi, bahwa solusi yang ada saat ini mengatasi anjloknya harga kopi adalah resi gudang,” kata Wahidi, Selasa 21 April 2020.

Para petani dan toke kopi, lanjutnya saat berjumpa di ruang kerja Bupati, juga sudah disampaikan kondisi terkini tentang permasalahan tentang resi gudang.

“Karena itu cara yang bisa dilakukan untuk saat ini. Dunia tengah dilanda musibah non alam, berupa Pandemi Covid-19. Jadi kita juga, ingin menyelesaikan ini secara cepat. Jadi apapun solusinya pasti saja di rasa kurang,” terangnya.

Saat itu katanya lagi, semua sudah sepakat bahwa yang dibahas pada hari ini adalah teknis resi gudang.  “Karena sudah teknis, maka yang hadir itu Asisten, para Kadis, pihak Bank Aceh dan pengelola resi gudang. Sementara Bupati, melaksanakan kegiatan lain diluar jadwal,” terang Wahidi.

“Ini perlu kami sampaikan, agar tidak menimbulkan salah tafsir, karena ketidakhadiran bupati dalam penjelasan teknis itu,” tambahnya.

Katanya lagi, keadaan berubah pada hari ini. Kesepakatan penjelasan teknis terkait resi gudang, sebagian petani dan toke tidak terima.

“Hal ini sangat kita sayangkan. Pun begitu, tidak semua toke dan petani kopi yang keluar ruangan dan melakukan aksi jemur kopi gelondong di halaman Kantor. Itu hanya sebagian,” katanya.

“Padahal sehari sebelumnya mereka sudah sepakat pembahasan hari ini teknis penguatan resi gudang. Tapi kondisinya berbeda hingga ada yang menginjak-injak kopi,” tambahnya.

Diskusi yang sebelumnya alot, berubah menjadi aksi protes. Wahidi mensinyalir ada yang memanfaatkan kondisi itu, mempengaruhi para petani dan toke yang sudah menyepakati pembahasan resi gudang.

“Semua negara di dunia ini, tengah berjuang melawan Pandemi Covid-19. Ekonomi hancur, bukan hanya di daerah kita saja. Semua orang merasakan hal ini. Tinggal bagaimana kita menyikapi ini dengan rasional,” tegasnya.

“Jadi jangan memperkeruh suasana. Jangan seolah-olah berbicara mengatasnamakan petani dan toke kopi. Karena tidak semua mereka begitu, ada yang paham kondisi,” timpalnya.

[Darmawan]

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.