[Chapter 2] Tgk Husni Jalil, Mantan Gubernur GAM Wilayah Linge ; Peristiwa Buntul Kubu

oleh

Oleh : Fauzan Azima*

Pada pukul 11.00 siang, Senin, 3 Maret 2003 sekelompok orang mendatangi kantor Joint Securuty Council (JSC) di Buntul Kubu, Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah.

Mereka protes dan menuduh GAM telah menyandera dan merampas uang milik toke kopi, H. Misriadi alias Adi Jan. Massa itu dipimpin oleh Teungku Lamno dan Man Ger.

Bahkan Teungku Lamno sempat menarik tanda pengenal Teungku Husni Jalil sebagai ketua tim leader perwakilan GAM di JSC. Anggota GAM lainnya di JSC adalah Teungku Amiruddin dan Teungku Jusilla.

Mereka datang ke Buntul Kubu sekitar 15 orang. Tidak ada pengakuan dari Husni Jalil karena masalah itu adalah intern GAM Wilayah Linge.

Dimana H. Misriadi adalah bagian dari GAM. Bupati Aceh Tengah, H. Mustafa M. Tamy mempercayakan Bang Adi Jan, begitu kami menyebut H. Misriadi sebagai penghubungnya dengan GAM Wilayah Linge, dengan perjanjian tidak tertulis, tidak ada perang di Aceh Tengah.

Sebagai kompensasinya Bupati memberikan dana kepada pasukan GAM, namun dana hibah itu menjadi alasan dan skenario Jakarta membatalkan pemberlakuan “Jeda Kemanusiaan” di Aceh.

Kelompok masyarakat itu tidak puas dan memaksa Teungku Husni Jalil, Teungku Amiruddin, Teungku Jusilla, Mr. Direk dari Thailand, Mayor Eko (TNI) dan Mayor Chandra (Polisi) di damping dari pihak keamanan TNI/Polri berjalan kaki ke lapangan Musara Alun.

Sesampai di lapangan Musara Alun, di tribun sudah menunggu Ir. Tagore (tokoh masyarakat Gayo pada masa itu) dan menyambut para anggota perwakilan para pihak di JSC. Tidak ada pidato di sana, tetapi setelah Ir. Tagore turun massa sudah mengamuk memukuli Teungku Husni Jalil sampai tidak sadarkan diri.

Mayor Eko pun tidak lepas dari sasaran amuk massa sampai batang hidungnya patah.
Teungku Amiruddin dan Teungku Jusilla lolos dari amuk massa karena wajah mereka mirip dengan orang Thailand yang dianggap tim internasional yang efeknya akan tidak baik bagi pihak Indonesia. Itu membuktikan bahwa amuk massa itu sudah direncanakan dengan sebelumnya karena sudah menetapkan sasarannya.

Setelah puas memukuli Teungku Husni Jalil, massa yang yang mencapai ribuan mulai menuju Kantor JSC Buntul Kubu. Massa mengobrak abrik kantor dan membakar fasilitas mobil anggota JSC.
Teungku Husni Jalil, Mayor Eko cepat dievakuasi ke Mapolres Aceh Tengah dengan truck reo.

Lalu Danrem Lilawangsa datang dan memerintahkan agar para korban segera diberangkatkan ke Banda Aceh untuk dilakukan perawatan. Dandrem Lilawangsa pada saat itu sangat marah karena melihat Teungku Husni Jalil masih mengenakan baju yang berdarah-darah dan memerintahkan untuk membeli baju dan celana baru.

Dandrem meminta baju yang berlumuran darah itu dibuang saja, tetapi Teungku Husni antara sadar dan tidak menegaskan agar baju bekas darahnya tetap dibawa ke Banda Aceh.

Teungku Husni Jalil dan Mayor Eko diterbangkan ke Banda Aceh dengan Helicopter. Sesampai di Blang Bintang mereka disambut T. Kamaruzzaman (Ampun Man) dan Teuku Sofyan Ibrahim Tiba dan dikawal dengan enam mobil JSC.

Teungku Husni Jalil menolak dirawat di RS Kesrem, akhirnya oleh Ampun Man dibawa ke Rumas Sakit Fakinah, Jalan Jenderal Sudirman.

Husni Jalil dibawa dengan mobil Ampun Man, padahal ambulance sudah disediakan. Setelah sekitar 30 menit diperiksa dan kondisi Teungku Husni Jalil sudah mulai normal, masuk sekitar delapan wartawan asing, termasuk dari CNN dan NHK mewawancarai Teungku Husni Jalil.

Teungku Husni Jalil dirawat di RS Fakinah selama 15 hari, kemudian kembali ke Hotel Rajawali yang merupakan kantor perwakilan JSC dari GAM dari kabupaten-kabupaten.

Sementara mereka menunggu Pimpinan GAM berunding di Jepang, Cut Nur Asikin punya firasat tidak baik dan memerintahkan seluruh anggota JSC keluar satu per satu agar tidak menimbulkan kecurigaan Brimob yang berjaga dengan dua mobil Baracuda.

Anggota JSC dari Wilayah Linge dan Pasee mereka bergabung dengan pasukan yang ada di Cot Keu’eung, sedangkan anggota JSC dari Pidie, Bateilek dan Pidie berkumpul di Sagor 26 di daerah Indrapuri, Aceh Besar.

Anggota JSC dari Meurehom Daya sampai ke Singkil mereka berkumpul dengan pasukan di daerah Lhoong. Akhirnya seluruh anggota JSC bisa meloloskan diri dari rencana pihak Indonesia, yang rencananya kalau gagal perundingan mereka semua ditangkap dan ditahan.

Setelah sekitar dua jam para anggota JSC meninggalkan Hotel Rajawali, Pasukan Brimob sudah dihukum oleh atasannya karena dianggap lalai membiarkan perwakilan GAM di JSC meloloskan diri.

Sebagai catatan, Aceh telah damai. Besar harapan peristiwa serupa tidak terulang lagi. Sebagai rakyat jangan pernah mau diprovokasi pihak manapun agar terjadi kerukunan sepanjang masa. Masing-masing pihak harus saling memaafkan. Sebagai pembelajaran pada generasi yang akan datang.

(Mendale, 1 April 2020)

Terkait : [Chapter 1] Tgk Husni Jalil, Mantan Gubernur GAM Wilayah Linge ; Seniman Ceh Didong

Comments

comments

No More Posts Available.

No more pages to load.